20

1.4K 289 7
                                    

Gara-gara percakapan dengan Igor mengenai peri, rasa penasaran dalam diriku pun tergelitik. Ada banyak pertanyaan terkait alasan diriku bisa mengalami regresi. Tidak cuma sekali, tapi berkali-kali. Rata-rata aku selalu kembali di saat Ivy sekitar enam belas tahun. Di semua percobaanku hanya mengarahkanku pada akhir buruk, kematianku.

Lantas mengapa kali ini aku bisa berada pada sosok Ivy yang masih berusia enam tahun? Apa persyaratan yang tidak kupenuhi saat itu hingga harus menjalani Ivy versi dewasa, sementara sekarang tidak?

Semakin lama aku berpikir, kian tidak terbendung penasaran dalam diriku. Apa yang kulakukan? Tentu saja mencari informasi. Pertama, lewat perpustakaan milik Joa. Di sana ada bermacam buku mengenai peri, tapi sayangnya tidak satu pun memberiku jawaban memuaskan!

“Apa yang sedang kaucari?”

Igor yang baru saja selesai berlatih pedang kini berdiri di sampingku. Kami berdua mengamati rak yang menjulang, berisi aneka buku tentang peri. Kupikir usai latihan dia akan langsung mandi, tetapi ternyata pilihan yang ia ambil ialah mengekoriku ke perpustakaan.

“Aku penasaran dengan manusia yang hidup berkali-kali karena dicintai peri,” kupilih memberi jawaban jujur. Tidak ada gunanya menyembunyikan sesuatu dari Igor. “Apa kau tidak bisa memberiku bantuan?”

“Ivy, itu hanya kisah yang dituturkan oleh ayahku.”

Bom! Aku bisa mendengar suara hancurnya ekspektasiku. Berkeping-keping.

“Ti-tidak ada catatan?” Perlahan balon semangat dalam diriku mengempis. “Sama sekali?”

“Mungkin perpustakaan di istana jauh lebih lengkap,” Igor mengusulkan. Barangkali dia tidak tega melihatku lesu. “Paman bisa membantumu.”

Itu ide bagus! “Apakah kau bersedia menemaniku?”

Ahahahaha di sana ada Ray! Terima kasih saudara-saudara, aku tidak mau mati!

Igor memamerkan cengiran lucu. Saat ia tersenyum, maka kedua matanya akan terlihat berbinar. Sama seperti cara Duke Joa tersenyum. Mungkin semua keturunan Joa memiliki senyum paling menawan seantero Enua.

“Tentu,” Igor menyanggupi.

Maka, janji pun dibuat. Berhubung yang ingin aku kunjungi ialah perpustakaan milik istana, maka perlu membuat surat permohonan terlebih dahulu. Bukan perkara sulit. Duke Joa bisa menyelesaikannya. Selain itu, aku ada Igor. Dia bisa kujadikan sebagai tameng. Istilahnya akan kuteriakkan, “Igor, gigit Ray!” Begitu.

Sempurna sekali rencanaku ini. Sempurna.

***

Perpustakaan istana! Aku datang!

Aku mengenakan gaun merah muda dan sepasang sepatu merah rubi. Rambutku dikepang menjadi satu bagian. Ada pita merah muda yang diselipkan dalam setiap kepangan. Igor pun memakai pakaian indah bernuansa biru dan putih. Duke Joa? Dia terlihat tampan dalam balutan baju mahal bernuansa abu-abu dan perak.

Kupikir Duke Joa akan ikut menemaniku di perpustakaan. Ternyata dia justru dipaksa menemani Raja Eza main catur.  Aneh sekali.

Jadilah hanya aku dan Igor saja yang ke perpustakaan.

Di perpustakaan pun kami disambut oleh seorang pegawai berseragam. Dia merupakan seorang pria berkacamata. Sebelum masuk ke perpustakaan, dia telah terlebih dahulu bertanya perihal buku yang ingin kami baca. Kujawab saja, “Peri!” Dengan ramah ia membimbing kami masuk ke area yang kuinginkan.

Igor turut membantuku mencari beberapa buku. Kami membawa semua buku ke meja terdekat ... kurang ajar! Tidak ada kursi untuk anak kecil!

“Ini pelecehan,” kataku tidak terima.

“Kita bisa duduk di lantai,” Igor menyarankan.

“Ta-tapi, bangsawan tidak ... duduk di lantai.”

Aku tidak masalah duduk di lantai, tapi Igor beda!

“Ivy, aku tidak akan mati hanya karena duduk di lantai.”

Tidak ada perdebatan. Aku mengikuti nasihat Igor. Kami duduk di lantai yang untungnya dilapisi karpet merah. Selama sekian menit kami hanyut dalam bacaan masing-masing. Sejauh ini buku hanya memberitahuku mengenai jenis peri yang muncul di hadapan manusia. Mereka digambarkan sangat elok. Tidak seperti elf. Sebagian dari mereka ada yang memiliki telinga dan ekor serigala, adapula yang bersayap kupu-kupu, dan ada jenis yang wujudnya tidak mirip dengan manusia ataupun makhluk dalam penggambaran film fantasi.

Akan tetapi, peri tidak semuanya jinak. Beberapa dari mereka mampu mencuri mimpi. Manusia yang mimpinya dicuri tidak akan mampu bermimpi lagi. Saat mata terpejam, hanya kegelapan tidak berdasar saja yang ia temukan.

Sontak aku pun menggigil. Itu jelas tidak menyenangkan. Tidur tanpa mimpi? Bahkan mimpi buruk sekalipun? Seram!

“Mungkin ini yang dimaksud oleh ayahku.”

Igor meletakkan sebuah buku di pangkuanku.  Halaman dengan ilustrasi seorang pria yang tengah dipeluk oleh seorang gadis bersayap kupu-kupu pun muncul. Mataku langsung membelalak.

[Kehidupan ini berlangsung tiada akhir. Aku tidak bisa menua, tak tersentuh oleh penyakit, bahkan kematian enggan mengetuk pintu rumahku. Dia mencintaiku, tapi asmara ini terlampau panas. Apinya membakar seluruh diriku dan tidak memberiku ruang sedikitpun. Ke mana perginya kebebasan yang selama ini kurindukan?]

Jelas kasus yang dialami orang ini tidak sama denganku. Dia bisa hidup kembali, pada detik yang sama, dan tidak mengulang waktu. Diriku harus menjalani beberapa kehidupan seolah waktu menginginkanku mengubah sesuatu. Namun, apa yang dikehendaki oleh alur waktu tersebut? Apa yang harus kuubah?

“Lihatlah, Ivy. Peri bahkan menolak melepaskan pria itu dari bayangan kematian. Aku tidak bisa membayangkan menjalani kehidupan sepanjang itu.”

Kerutan di keningku bertambah dalam, terutama saat membaca sebuah paragraf.

[Maka kuputuskan menyerahkan jiwaku kepada iblis. Asal kematian bisa jadi akhir bagiku, maka aku tidak keberatan menyerahkan apa pun yang tersisa dalam diriku.]

Halaman berikutnya menampilkan sosok naga hitam yang sangat besar. Naga itu mengamuk dan menghancurkan apa pun yang ada di hadapannya. Gadis bersayap kupu-kupu terlihat lunglai dan hancur. Dia menangis dan semua bunga yang ada di dekatnya pun layu.

“Apa ini sejarah mengenai Raja Akasa?” tanyaku kepada Igor. “Setahuku dialah yang berhasil membantai naga, bukan?”

“Bisa jadi. Ada banyak kisah mengenai naga di Enua. Itu belum termasuk sejumlah pembantai yang diceritakan di dalamnya.”

Ini tidak membantuku! Aku belum menemukan jawaban dan sepertinya seseorang perlu menjelaskan alasan peri tidak bersedia melepaskan cintanya! Memangnya tidak ada cinta baru? Oh iya, aku lupa. Seseorang yang tidak punya pengalaman cinta tidak berhak mengomentari kehidupan asmara makhluk lain. Iya, aku!

“Tidak memuaskanku,” keluhku sembari berusaha bangkit. Kedua tanganku mendekap buku, bersiap mengembalikannya kepada petugas. “Mungkin kita perlu belajar melepaskan sesuatu.”

“Ayolah, tidak seburuk itu.”

Usai mengembalikan buku, segalanya makin terasa menyebalkan. Aku belum menemukan jawaban atas fenomena mati hidup mati hidup. Terus terang aku lelah!

“Igor, sebentar lagi kau akan pergi ke akademi,” ujarku begitu kami telah berada di luar perpustakaan. “Aku pasti akan merindukanmu.”

“Tenang saja. Aku akan berusaha lulus secepat mungkin.”

“Iya, aku juga akan berusaha belajar giat. Agar nanti bisa bekerja di kantor impianku.”

“Sudah kubilang kau tidak perlu bekerja keras. Aku akan mengurus semuanya.”

Igor terlalu baik. Semoga istrinya di masa depan tidak cemburu kepadaku. Kasihan. Sungguh kasihan.

***
Duke Joa: “Aku tidak suka catur!”
Raja Eza: “Kau berutang satu permainan!”
Duke Joa: “Tidak!”

***
Selesai ditulis pada 29 September 2024.

***
Syalalalalalalalala episode baru! Sungguh menyenangkan! Semoga saya tetap produktif nulis. Emmm Asmara entar dulu! Hiks.

Dear Lady Ivy (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang