Pulang dengan cara tidak elegan. Kami, aku dan Igor, jatuh persis apel menghantam kepala seorang ilmuan yang akhirnya mencetuskan gravitasi. Tepatnya.... Igor terkapar di karpet, sementara diriku menimpa perutnya. Kami berdua mirip tanda silang dalam rumus matematika.
Kabar baiknya, Igor sadar. Barangkali gara-gara beban tambahan, aku, yang menggencet perut. Semua orang terkesiap, kudengar seseorang memanggil Duke Res. Aku tidak peduli dengan reaksi siapa pun, selain satu hal mengenai pikiranku sendiri.
Igor berusaha duduk tegak, gerakan yang membuatku makin mirip orang mesum. Bagaimana tidak? Aku yang menimpa Igor, tetapi justru diriku merasa sakit karena tubuh Igor keras! Alhasil perut dan rusukku rasanya sakit. Jangankan bangkit, berusaha bergerak pun membuatku kesulitan. Aku mengaduh, berusaha mempertahankan sedikit harga diri.
“Ivy?”
“Tolong aku,” ucapku memohon bantuan, “Igor, aku tidak bisa duduk tegak!”
Perlahan Igor membantuku bangkit. Setelah berhasil menjinakkan rasa nyut-nyut yang mendera rusuk, aku pun mengedarkan pandang. Tidak ada ruangan mengerikan yang mirip bagian dari film horor. Aku bahkan tidak menemukan ranjang yang ditempati Ekiel maupun Lilia. Justru sekarang aku berhadapan dengan pelayan perempuan. Dua orang pelayan. Salah satu di antara mereka berusaha mendekat, tetapi mengurungkan niat.
“Di mana?” tanyaku kepada salah satu pelayan berambut hitam.
“Anda sekarang berada di ruang kerja milik Duke Res.”
Di luar sana, di luar jendela, malam telah tiba. Tanganku spontan meraih lengan Igor, memeluknya. Tidak banyak hal yang membuatku takut, tapi mengetahu diriku terlempar ke tempat satu dan ... oh aku kacau.
Aku ingin bertanya, tetapi suara gaduh mengalihkan perhatianku. Pintu menjeplak terbuka. Kulihat Duke Joa mengahambur masuk. Dia tidak memberiku kesempatan mencerna fenomena, langsung memelukku dan Igor.
“Kupikir kalian diculik!”
Duke Res, Elvan, bahkan Ekiel dan Lilia pun muncul. Mereka terlihat lega saat mendapatiku ada di sini. Seakan musim buruk telah berlalu dan kini musim baik penuh cinta tiba.
“Kami hanya pergi sejenak,” kilahku berusaha menenangkan Duke Joa. “Tidak lama. Ayah Joa, kenapa bisa ada di sini?”
“Apa maksudmu, Ivy?” pekik Duke Joa yang kini bersedia melepaskan kami. “Kalian hilang selama tujuh malam! Bagian mana dari hal itu yang membuatku merasa tenang? Andai saja kepala pelayan tidak mengabariku, mungkin aku tidak akan tahu!”
Pantas saja Ekiel dan Lilia sudah bisa beraktivitas secara normal. Ternyata mereka telah menghabiskan waktu untuk pemulihan.
“Lain kali jangan terima permintaan tolong siapa pun,” Duke Joa memperingatkan. “Sekalipun Igor bersamamu, tetap saja kau tidak tahu seberapa kacau masalah yang menunggumu.”
“Biarkan mereka beristirahat,” Duke Res menyarankan.
Kupikir Duke Joa hendak mendebat, ternyata dia mengamini ide Duke Res.
Aku dan Igor digiring ke ruang lain. Sesungguhnya Igor akan dipisahkan dariku, tapi aku menolak. Aku ingin bersama Igor dan menjelaskan segalanya kepada Duke Joa. Maka, kami pun diberikan satu ruang khusus. Pelayan telah menyiapkan cokelat hangat dan beberapa kudapan baik yang gurih maupun manis. Kusempatkan diri memanjakan perut sebelum bicara panjang lebar kepada dua orang manusia kesayanganku.
“Aku bertemu seorang pemuda,” jelasku setelah kenyang. “Dialah yang mengirim penyakit kepada Ekiel dan Lilia.”
Igor diam. Dia tampak terpukul seolah tidak bisa memberikan bantuan membuatnya merasa tidak berguna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Lady Ivy (Tamat)
FantasyHidup seperti kemalangan tiada akhir. Siang dan malam memberiku kegilaan tak tertangguhkan. Sungguhkah bertahan hidup harus mengorbankan sedikit demi sedikit jiwa? Maka sudah pasti jiwa milikku tinggal setetes dan tidak terselamatkan. Orang mengira...