Setelah menunggu dengan sabar, akhirnya hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Alvin yang awalnya terbaring lemah di ranjang rumah sakit karena luka pukulan kini telah mendapatkan kabar baik. Dokter yang merawatnya telah memberikan izin untuk pulang.
Ardan dengan penuh perhatian membantu mengemas barang-barang milik Alvin, memastikan bahwa ia tidak meninggalkan apa pun didalam kamar inap tersebut.
Selama diperjalanan tidak begitu banyak obrolan yang menemani mereka, Ardan yang fokus menyetir mobilnya dan Alvin yang terus memandangi Kota Bandung dari jendela mobil. Sesekali Ardan melirik Alvin, namun ia kembali fokus pada setir didepannya.
Sampai di kost, Ardan tidak hanya sekedar mengantar, tapi juga memastikan bahwa Alvin itu nyaman dan memiliki segala yang dibutuhkan untuk menjalani masa pemulihan didalam kamarnya.
Tangan Ardan ditahan oleh Alvin ketika Ardan hendak meninggalkan kamar Alvin. Ardan hanya menatap Alvin tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun.
"Thanks udah bantuin Alvin," Ucap Alvin dengan pelan, ia terus menatap Ardan.
Ardan tersenyum dan mengangguk. Lalu ia mengusap kepala Alvin dengan sangat lembut sebelum ia keluar dari kamar Alvin.
"Ya Tuhan, jantung gue.." Alvin memegang kembali dadanya, jantungnya sekarang lebih sering berdetak cepat jika Ardan menyentuhnya.
Tidak lama kemudian belum sempat Alvin menutup pintunya, sosok Devin sudah berdiri diambang pintu kamarnya membuat Alvin sedikit mundur.
"Kayanya ada yang lagi deket sama Ardan nih," Ucap Devin yang masuk begitu saja kedalam kamar Alvin. Alvin mencoba untuk tenang dan tidak panik.
"Mau deket atau enggak juga bukan urusan Aa kan?" Jawab Alvin dengan senyumnya, ia berusaha tetap tenang padahal didalam hatinya ia sungguh takut kepada Devin.
"Tapi Ardan itu bukan Gay kaya kita." Suara Rendah Devin dan langkah Devin yang mulai mendekati Alvin membuat Alvin mulai panik.
Duk
Alvin yang terus berjalan mundur akhirnya menabrak lemari yang sekarang berada dibelakangnya.Kesempatan itu dimanfaatkan oleh Devin, Devin menghalangi pergerakan Alvin dengan kedua tangan yang ia letakan di sisi kanan dan kiri Alvin sedangkan kaki kanannya ia letakan diantara kedua kaki Alvin membuat Alvin tidak bisa lari tentunya.
Alvin menatap tajam kepada Devin, ia harus bisa menyembunyikan rasa takutnya. Namun seolah-olah tatapan Alvin sangat lucu, Devin justru terkekeh dan mengusap pipi Alvin dengan begitu lembut.
"Ini bekas Ardan hm?" Ibu jari Devin mengusap bibir Alvin yang terdapat sedikit luka, memang itu adalah perbuatan Ardan tempo hari. Namun Alvin langsung menepis tangan Devin.
"Lepas!" Devin semakin terkekeh dan tersenyum miring mendapatkan respon yang tidak mengenakan dari Alvin.
Devin mencengkram rahang Alvin membuat Alvin meringis, wajah Alvin masih terasa ngilu akibat pukulan kekasih Stella dan sekarang Devin dengan mudahnya mencengkram rahang Alvin.
“Mmmph Alvv! (Lepasin Alvin!)" Suara Alvin teredam dan tidak jelas karena rahangnya masih dicengkram oleh Devin.
"Aa lepasin kalo kamu nurut sama Aa." Bisik Devin dengan nada rendah yang menakutkan bagi Alvin.
"Gimana?" Tanya Devin kembali. Namun Alvin yang terus diam membuat Devin menjadi kesal.
Devin semakin mencengkram rahangnya membuat Alvin terpaksa menganggukan kepalanya meskipun ia tidak tahu harus menuruti permintaan Devin yang seperti apa.
"Ok anak pinter." Devin melepaskan cengkramannya dan mengusap lembut rahang Alvin, Alvin membuang muka karena ia tidak ingin disentuh oleh Devin.
"Gak aneh-aneh kok, cuman kalo Aa chat kamu nyuruh samperin Aa ya kamu harus samperin Aa. Kalo kamu nolak atau kamu laporin ini kesiapapun, Aa bisa pastiin kamu gak bakal bisa ketemu temen-temen kamu lagi. Termasuk Ardan." Devin menatap tajam kearah Alvin dan langsung keluar dari kamar Alvin begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
SIKAPMU SEDINGIN BANDUNG [END] | PerthChimon (BL)
Fanfiction🏳️🌈 BxB 1821 Area (MPREG tapi bukan OMEGAVERSE) 🏳️🌈 Ardan Sagara, mahasiswa semester akhir yang dikenal dengan sikap dingin dan acuh, hanya ingin menyelesaikan studinya tanpa gangguan. Namun, kehidupannya berubah drastis ketika Alvin Arsenalio...