#82

262 27 5
                                    

"Bukankah kita harus bersikap profesional? Iya kan, Alvin?" Ardan terus menatap tajam kearah Steve yang sekarang mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.

"Steve Ishikawa Gladwyn." ucap Steve seolah memperkenalkan diri ketika Ardan menjabat tangannya.

"Ardan Sagara Bintang." jawab Ardan dengan sangat dingin. Ia segera melepaskan jabatan tangannya.

Alvin hanya menunduk ketika Steve terus menatap kearahnya. Tangannya terus menggenggam tangan Ardan dengan sangat erat. Sedangkan Steve masih mengulurkan tangannya kearah Alvin. Usapan lembut ibu jari Ardan pada punggung tangan Alvin seolah nengatakan jika semuanya akan baik-baik saja.

"A-Alvin Arsenalio.." ucap Alvin sangat pelan, ia memberanikan diri untuk menjabat tangan Steve.

Setelah berjabat tangan, Steve mempersilahkan mereka untuk duduk. Ardan langsung menarik kursi Alvin agar lebih dekat dengannya. Hal itu membuat Nisa dan Wahyu terheran-heran.

Rapat pun dilakukan dengan sangat profesional meskipun Alvin terus menundukan kepalanya dan memainkan ujung jas nya. Ia memang tidak berniat ikut campur urusan peruhaan Ardan.

Ardan menggenggam tangan Alvin menggunakan tangan kirinya karena ia mengetahui jika Alvin masih gugup dan merasa takut kepada Steve. Sesekali Ardan beradu pandang dengan Steve, keduanya saling menatap dengan tatapan tajam.

Steve selalu saja menunjukan senyumnya ketika melihat ke arah Alvin, itu membuat Ardan ingin sekali menghajar Steve. Namun ia harus tetap profesional dan menahan semua emosinya.

Rapat pun berjalan dengan lancar. Semua orang termasuk Nisa dan Wahyu keluar dari ruangan itu. Ardan langsung melingkarkan tangannya pada pinggang ramping Alvin. Steve tersenyum sinis ketika melihat cincin yang tersemat dijari Ardan dan juga Alvin.

"Vin, Kakak masih inget gimana tubuh kamu yang telanjang waktu itu. Dia (Ardan) pasti nikmatin kan?" ucapan Steve membuat langkah Alvin terhenti. Ia bertanya didalam hatinya apa maksud Steve mengatakan itu didepan Ardan.

Tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun, Alvin melepaskan tangan Ardan di pinggangnya. Ia berbalik dan berjalan menghampiri Steve yang masih berdiri didekat meja rapat.

PLAK!!!
Sebuah tamparan yang cukup kencang Alvin berikan kepada Steve hingga Steve memalingkan wajahnya.

Alvin berlari keluar dari ruangan itu melewati Ardan begitu saja. Ardan mengacungkan jari telunjuknya ke arah wajah Steve sebelum ia mengejar Alvin.

"Yang! Alvin!" Ardan terus memanggil Alvin namun Alvin tidak mendengarkannya.

Alvin berhenti tepat disamping mobil Ardan, air matanya mengalir. Ardan langsung menarik tubuh Alvin kedalam dekapannya ketika tahu Alvin tengah menangis.

Bukan tanpa alasan Alvin kesal kepada Steve dan sekarang ia menangis. Alvin tidak mengatakan kepada Ardan ketika Alvin disentuh paksa oleh Steve, kondisi tubuhnya sudah tidak memakai sehelai benangpun.

Dan sekarang Ardan mendengarkan langsung dari Steve yang mengatakan jika Steve telah melihat bagaimana indahnya tubuh Alvin yang tidak terbalut apapun kala itu.

Ardan menghela nafasnya. Sebenarnya ia juga merasa kesal karena ucapan Steve yang seolah tengah merendahkan kekasihnya dan memprovokasinya dengan fakta jika Steve sudah melihat bagaimana indahnya tubuh Alvin.

Tapi Ardan juga tahu jika kejadian itu murni bukan keinginan Alvin, jadi Ardan tidak harus merasa kesal atau emosi kepada Alvin. Ardan segera mengajak Alvin untuk masuk kedalam mobilnya dan bergegas pulang menuju hotel tempat Ardan singgah.

Sesampainya di kamar hotel, Alvin langsung duduk ditepian tempat tidur dengan air mata yang masih mengalir. Ia enggan untuk mengangkat kepalanya.

"Yang, padahal Aa ada disamping kamu. Tapi masih ada aja yang deketin kamu." ucap Ardan yang duduk menemani Alvin.

SIKAPMU SEDINGIN BANDUNG [END] | PerthChimon (BL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang