"Ah, Steve ini Alvin, Dia adik sepupu gue alias anak Tante gue. Dan Alvin ini Steve, temen kakak di Jakarta. Dia asalnya dosen juga, tapi sekarang udah fokus jadi CEO." Ansel mencoba mencairkan suasana karena Ansel dapat melihat bagaimana Steve seperti akan meneteskan air matanya.
"Hai kak Steve, aku Alvin. Mahasiswa baru disini. Nice to meet you kak!" Alvin tersenyum dan mengulurkan tangannya untuk berjabatan dengan Steve.
Steve langsung memeluk tubuh Alvin membuat Alvin dan Ansel terkejut. Alvin terdiam dan menatap Ansel seakan-akan matanya berbicara untuk menyuruh Steve melepaskan pelukannya.
"Steve, Come on! Gue tau dia mirip Alby, tapi lo gak bisa tiba-tiba meluk kaya gitu!" Ansel menarik tangan Steve sehingga Steve melepaskan pelukannya ditubuh Alvin.
"Alby? Siapa dia kak Ansel? Apa mantan kak Steve?" pertanyaan Alvin mendapat anggukan dari Steve.
Sedangkan Steve tidak bisa untuk memalingkan pandangannya dari Alvin. Alvin begitu mirip Alby dimata Steve.
Alvin dapat melihat bagaimana mata Steve memerah seperti menahan air matanya. Alvin bertanya-tanya didalam hatinya mengapa sikap Steve begitu kepada Alvin, apa karena hubungan Steve dengan Alby terpisah sangat menyakitkan? Tentu Alvin tidak tahu.
"Vin, boleh minta nomer lo gak? Kakak ganti nomer soalnya. Sekalian nanti kirim nomer Om sama Tante juga ya, udah lama juga kakak gak mampir kerumah lo." Dengan senang hati Alvin menuliskan nomornya pada ponsel Ansel.
"Nanti Alvin kirim nomer Ayah sama Ibu ya kak, sekarang Alvin mau ke kantin dulu. Laper. See you next time kak Ansel, dan see you next time juga kak Steve!" Alvin tersenyum riang sebelum ia melangkahkan kakinya menuju kantin.
"Kak Steve wangi banget, wanginya maskulin. Kayanya kak Steve umurnya jauh dari gue. Mungkin dia seumuran kak Ansel sama kak Axel," Gumam Alvin yang sekarang sudah duduk di kantin dan membuka kotak makan yang diberikan oleh Stella.
"Steve, untung si Alvin anaknya gak risih langsung lo peluk kaya gitu. Kalo anaknya risih atau marah gimana? lo jangan asal peluk gitu!" Ansel menatap Steve yang sekarang pandangannya terus menatap keluar kaca mobil Ansel.
"Sorry, bilangin ke Alvin gue minta maaf sama kejadian tadi Sel. Gue kaget soalnya dia mirip banget Alby. Disaat gue udah move on dari Alby , Tuhan malah bikin gue ketemu sama orang yang mirip Alby. Gue bingung, apa Tuhan lagi mainin gue ya?" Steve berkata tanpa menatap ke arah Ansel yang sibuk menyetir mobilnya.
"Jangan digaet! Umur lo berdua jauh banget. Lo gak mau kan disebut pedo? Dulu lo sama Alby aja umurnya jauh, apalagi sama si Alvin." Ucapan Ansel mendapat helaan nafas dari Steve. Ia seperti dipaksa kalah sebelum berperang.
Steve dan Ansel melajukan mobilnya menuju hotel yang telah dipesan oleh mereka berdua, Ansel datang ke Bandung hanya untuk bertemu dengan Dekan kenalannya karena ada urusan. Namun Steve memutuskan agar mereka sekalian berlibur di Bandung.
Sekarang tampilan Ansel dan Steve tentu semakin mempesona, layaknya pria yang sudah benar-benar matang karena umur mereka sudah mendekati kepala tiga. Namun keduanya masih belum memiliki pendamping. Jadi Ansel memutuskan untuk fokus menjadi dosen saja dan Steve pun memutuskan untuk fokus menjadi CEO diperusahaan milik ayahnya, Pak Wiradharma Gladwyn.
Sementara itu di kantin kampus, Alvin tengah menikmati makanan buatan Ibu Stella, makanannya sangat enak membuat Alvin menjadi merindukan Ibunya di Jakarta.
Suapannya terhenti ketika ia terkejut oleh keberadaan Adit yang tiba-tiba saja duduk disampingnya.
"Aa ngagetin Alvin aja! Untung Alvin gak keselek!" Alvin mendengus kesal membuat Adit terbahak.
"Lagian kamu nya ngelamun aja, kayanya tadi kamu gak bawa kotak makan. Ko sekarang bawa?" Adit menatap kotak makan yang ada didepan Alvin.
"Oh ini dikasih sama Stella A, temen di kelas Alvin." Alvin tersenyum dan menyodorkan sebuah potongan sushiroll kehadapan mulut Adit.
Adit terkejut namun ia tetap santai dan melahap sushiroll yang disodorkan oleh Alvin. Tanpa mereka berdua sadari jika Ardan sedang menatap mereka dari kejauhan.
"Tadi Adit liat kamu ngobrol sama orang yang kayanya lebih tua dari kamu, terus tiba-tiba dipeluk juga. Sodara kamu ya Vin?" Pertanyaan Adit mendapat anggukan dari Alvin. Ia tidak bisa menjawab karena mulutnya sedang dipenuhi oleh makanan.
"Yang tadi pake jas item itu kakak sepupu Alvin, nah yang pake kemeja putih itu temennya. Dia meluk soalnya Alvin mirip sama mantannya katanya tuh." Alvin bersuara ketika mulutnya sudah kosong.
Ucapan Alvin membuat Adit ber-oh ria, sebenarnya Adit merasakan cemburu ketika Alvin dipeluk sangat erat oleh Steve. Namun Adit bisa apa? Adit bukan siapa-siapa Alvin sehingga untuk cemburu pun Adit tidak berhak. Alvin dengan senang terus menyodorkan makanan kemulut Adit membuat Adit tersenyum.
"Andai aja kamu milik Adit, Vin.." batin Adit.
Drrtt.. Drrrttt.. Drrtt..
Ponsel Alvin bergetar menandakan ada pangilan masuk. Alvin segera mengangkat teleponnya meskipun dia tidak tahu siapa yang menghubunginya ini."Halo?"
"Halo Vin, ini kak Ansel."
"Oh kak Ansel, kenapa kak?"
"Engga Vin, cuman mau ngajak nanti malem buat Dinner bareng Steve juga. Bisa gak?"
"Bisa sih kak, Alvin kebetulan ada waktu terus sekarang. Mungkin karena masih mahasiswa baru kali ya? Nanti kakak kirim lokasinya aja, Alvin nyusul berangkatnya."
"Gak mau dijemput aja Vin?"
"Enggak ah kak, Alvin berangkat sendiri aja nanti naik mobil."
"Oh ya udah, nanti kakak kirim lokasi dinner nya ya."
"Ok kak Ansel, see you!"
"See you Alvin!"
Sambungan telepon terputus Alvin menoleh ke arah Adit yang sedari tadi menatapnya saat Alvin sedang berbicara dengan Ansel di telepon.
"Kamu mau pergi Vin?" Adit menatap Alvin dengan tangannya yang menyodorkan segelas jus apel ke arah Alvin.
"Iya A, tapi nanti malem sih. Kakak sepupu Alvin ngajakin Dinner." Alvin tersenyum dan meminum jus Apel yang diberikan Adit. Adit ber-oh saja karena ya Adit harus melakukan apa?
Hari sudah mulai siang, Alvin pun berpamitan kepada Adit untuk segera masuk ke kelas lagi karena masih ada mata kuliah. Adit pun mengiyakan dan tersenyum ke arah Alvin yang berjalan semakin jauh dari Adit.
Adit pun segera beranjak dari kantin dan memutuskan untuk pergi ke ruang BEM Fakultas saja. Jangan lupakan jika Adit ini wakil ketua BEM Fakultasnya di Fakultas Kedokteran Gigi.
Adit tidak heran jika Ansel adalah sepupu Alvin, karena Alvin memiliki mobil yang harganya juga lebih dari setengah milyar. Dilihat dari tampilan Ansel dan Steve saja terlihat jika mereka berdua bukan dari kalangan biasa.
Adit mengirimkan pesan kepada Alvin jika dirinya berada diruang BEM Fakultas, Adit tentu akan menunggu Alvin selesai kelas nya karena Reza terus menyuruh Adit untuk tetap menemani Alvin. Karena Reza khawatir jika Bastian akan mendekati Alvin.
![](https://img.wattpad.com/cover/376524125-288-k196934.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SIKAPMU SEDINGIN BANDUNG [END] | PerthChimon (BL)
Fanfic🏳️🌈 BxB 1821 Area (MPREG tapi bukan OMEGAVERSE) 🏳️🌈 Ardan Sagara, mahasiswa semester akhir yang dikenal dengan sikap dingin dan acuh, hanya ingin menyelesaikan studinya tanpa gangguan. Namun, kehidupannya berubah drastis ketika Alvin Arsenalio...