#16

310 35 2
                                    

Alvin terisak dan menundukan kepalanya pada setir mobilnya yang sedari tadi sudah terparkir rapi pads basement hotel tempat Steve berada.

Ia tidak berani untuk bertemu Steve dengan kondisi seperti ini, karena nantinya Steve pasti mengadukan semuanya kepada Ansel. Ia tidak ingin membuat kakak sepupunya itu menjadi khawatir.

Ponsel Alvin sudah beberapa kali berdering karena telepon masuk dari Steve. Alvin yang tidak mengangkat teleponnya membuat Steve khawatir.

"H-Halo?"

"Kamu dimana? Kamu kenapa Vin? Nangis? Dimana? Kakak jemput."

"E-Enggak nangis kok kak, Alvin udah di basement. Ini mau naik ke atas."

"Kakak ke lobby sekarang."

"Heem kak, ini Alvin mau ke lobby juga."

Panggilan terputus, Alvin segera mengusap wajahnya dengan tissue dan menata rambutnya kembali. Ia menghela nafasnya dan langsung keluar dari mobilnya untuk berjalan menuju lobby hotel bintang 5 itu.

Alvin sampai di lobby berbarengan dengan Steve yang baru keluar dari lift. Steve langsung menghampiri Alvin yang sedang duduk disofa mewah yang letaknya tidak jauh dari meja resepsionis.

Steve memegang pundak Alvin untuk mengikutinya ke kamar yang telah Steve pesan. Steve menjadi seakan-akan dejavu, ia teringat bagaimana awal bertemu dengan Alby di lobby apartemennya dan persis seperti ini. Hati Steve sedikit tercubit mengingat kenangan dengan mantan kekasihnya itu.

Alvin berjalan mengikuti Steve dengan kepala yang menunduk, ia tidak ingin menunjukan wajahnya yang terlihat sangat menyedihkan dihadapan Steve.

Sesampainya di depan kamar Steve, Steve mempersilahkan Alvin untuk masuk dan duduk di Sofa yang letaknya bersebrangan dengan tempat tidur king size. Kamar yang begitu sangat mewah dengan nuansa maroon dan hitam. Alvin yakin harga semalam untuk hotel ini sangat mahal.

Steve mengambil jus apel kemasan da menyerahkannya kepada Alvin yang sedang duduk menunduk.

"Nangis?" Steve duduk disamping Alvin, Alvin menggeleng.

Steve menyentuh dagu Alvin dengan sangat lembut dan mengarahkan wajah Alvin agar berhadapan dengannya. Wajah Alvin yang sedikit memerah, mata yang berkaca-kaca, dan hidung yang sangat merah menunjukan jika Alvin sudah menangis.

"Kenapa hm?" Steve mengusap pipi Alvin dengan sangat lembut. Ah Alvin rasanya ingin Steve terus membelai pipinya.

"Alvin gak kenapa-kenapa kak, cuman ada masalah aja pas mau kesini." Alvin menatap Steve dengan mata sembabnya membuat Steve langsung memeluk tubuh Alvin. Steve merasa jika tubuh Alvin sama dengan Alby, pas sekali dipelukannya.

Steve mengusap lembut punggung Alvin, Alvin menenggelamkan wajahnya pada dada bidang Steve yang terbalut kemeja warna denim dan aroma parfume maskulin tapi menenangkan.

Alvin dapat merasakan detak jantung Steve yang semakin cepat dan badan Steve yang terasa semakin hangat ditubuhnya. Pelukan Steve memang menenangkan, ia menjadi membayangkan bagaimana Alby diperlakukan lembut oleh Steve membuat Alvin tidak sadar mencengkram kemeja belakang Steve.

"Kenapa?" Steve membuat jarak diantara mereka agar dapat melihat wajah Alvin. Steve seperti itu saat merasakan jika Alvin mencengkram kemejanya.

"Alvin jadi ngebayangin kak Steve pas masih pacaran sama kak Alby. Pasti kak Alby diperlakuin lembut kaya gini setiap hari." ucapan Alvin membuat Steve tersenyum.

"Tentu, kakak selalu lembut ke Alby. Nyampe Ansel aja gak percaya kakak bisa selembut itu. Tapi dulu kakak sibuk banget nyampe kadang gak ada waktu buat Alby, dan kakak juga ninggalin Alby ke Jepang gitu aja. Itu ngebikin Alby ngerasa kalo hubungan kami berakhir, padahal kakak ninggalin dia buat urusan bisnis. Lupain aja, dia udah bahagia sama pasangan barunya. Denger-denger juga dia mau tunangan." Steve tersenyum dan mengusap pipi Alvin membuat Alvin salah tingkah.

SIKAPMU SEDINGIN BANDUNG [END] | PerthChimon (BL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang