Alvin Arsenalio Orenzy tidak pernah menyangka bahwa dirinya diterima di salah satu universitas besar di Bandung. Tentu saja, ia merasa kaget. Mau tidak mau, Alvin harus pindah dan tinggal di kos-kosan di Bandung. Ayah dan ibunya tidak bisa ikut pindah ke Bandung karena mereka sudah memiliki rumah sendiri di Jakarta dan tidak mungkin meninggalkan kota tersebut.
Alvin, yang nama panjangnya merupakan plesetan dari salah satu klub sepak bola luar negeri dan warna salah satu klub bola dalam negeri, juga tidak mengerti mengapa orang tuanya memberinya nama tersebut. Namun, ia merasa nama itu keren meskipun sering menjadi bahan ledekan.
Lahir dan besar di Jakarta, Alvin adalah anak tunggal. Tidak lama setelah kelahirannya, ibunya harus menjalani operasi pengangkatan rahim. Alvin tidak terlalu memahami alasan di balik operasi tersebut dan tidak ingin banyak bertanya.
Alvin lahir di keluarga menengah, tidak terlalu kaya namun juga tidak sederhana. Ayahnya adalah pemilik salah satu perusahaan di Jakarta, sementara ibunya memiliki butik yang cukup terkenal meskipun tidak terlalu besar.
Dengan tinggi badan 175 cm, Alvin merasa beruntung memiliki kulit yang bersih dan cukup putih. Kulitnya juga tidak berbulu, sesuatu yang sedikit aneh untuk seorang pria, namun itulah kenyataannya. Hal yang paling unik tentang Alvin adalah bahwa ia menyukai sesama pria, alias ia gay. Namun, ayah dan ibunya tidak mengetahui orientasi seksualnya karena Alvin tidak pernah menunjukkan tanda-tanda bahwa ia gay.
Alvin merasa sedikit kesal karena ia menjadi pihak bawah dalam hubungan, padahal menurutnya akan lebih keren jika ia menjadi pihak atas. Namun, ia menerima kenyataan tersebut dan hanya perlu mencari pasangan yang sesuai dengan kepribadiannya.
Perlu digarisbawahi, meskipun Alvin menjadi pihak bawah, ia tidak bersikap lemah. Di mata orang lain, ia termasuk pria yang sedikit maskulin, meskipun lebih banyak menunjukkan sisi lembutnya. Alvin tidak melambai-lambai. Ia juga menyukai warna-warna gelap, meskipun warna terang juga menarik baginya, asalkan tidak terlalu mencolok.
Sekarang Alvin menginjak usia 18 tahun, dan selama itu pula Alvin belum pernah melakukan hubungan sex sampai penetrasi. Paling jauh, Alvin hanya melakukan blow job atau hand job saja.
Sekarang Alvin sedang membereskan pakaian dan beberapa barang yang harus dibawanya ke Bandung. Ia juga bingung apakah harus membawa mobil atau motor. Namun, Alvin merasa lebih nyaman membawa mobil agar lebih mudah saat jalan-jalan atau berbelanja tanpa repot membawa barang.
Alvin sudah memilih kost yang akan ditempatinya. Ibunya menyarankan untuk memilih kost putra agar Alvin tidak terjerumus dalam pergaulan bebas. Namun, Alvin merasa justru lebih berbahaya tinggal di kost yang semua penghuninya laki-laki karena orientasi seksualnya. Meskipun begitu, sebagai anak yang baik dan patuh kepada orang tua, Alvin mengikuti saran ibunya.
Alvin memilih Fakultas Bisnis Manajemen di universitas tempatnya kuliah, karena ia ingin mengikuti jejak ayah dan ibunya yang menjadi pengusaha. Menurutnya, memiliki perusahaan sendiri terdengar menyenangkan. Meskipun ia belum tahu bagaimana realita ke depannya, yang penting baginya adalah belajar terlebih dahulu.
Namun, Alvin sedikit bingung dengan warna jas almamaternya. Warnanya seperti biru dongker tetapi ada sedikit nuansa hijau. Meskipun begitu, Alvin merasa jas tersebut tetap terlihat keren.
"Dek, sudah disiapkan semuanya belum?" tanya ibunya yang tiba-tiba muncul dari balik pintu. Alvin sudah tidak kaget lagi karena ibunya memang sering muncul tiba-tiba saat pintu kamarnya terbuka. Namun, jika menutup pintu, ibunya selalu mengetuk terlebih dahulu.
"Makan dulu, Ayah udah ningguin," ajak ibu Alvin untuk makan malam. Alvin yang sedang sibuk beres-beres sampai lupa waktu karena begitu bersemangat untuk pindah keluar kota dan pertama kali dalam hidupnya akan tinggal di kos dan jauh dari orang tua.
Akhirnya, Alvin mengikuti ibunya turun ke ruang makan. Ayahnya sudah setia menunggu anak semata wayangnya untuk turun. Ayah Alvin tidak pernah mau makan duluan jika tidak ada ibu atau Alvin di meja makan. Berbeda jika di kantor, mau tidak mau ia harus makan sendiri.
"Besok udah siap berangkat, kan?" tanya ayahnya. Alvin langsung mengangguk, menunjukkan bahwa ia sangat siap. Selain untuk kuliah, siapa tahu ia juga bisa bertemu dengan cowok Bandung yang ganteng.
"Berangkatnya agak siangan aja, Yah, biar kita bisa sarapan dulu," usul ibunya.
Alvin hanya mengangguk dan mengiyakan, karena semua persiapan sudah diurus oleh kedua orang tuanya. Ia hanya perlu mengikuti arahan mereka.
Acara makan malam mereka diselingi obrolan santai khas antara orang tua dan anak. Tidak ada pembicaraan berat seperti masalah bisnis atau lainnya. Mungkin inilah yang disebut family time, meskipun hanya duduk dan ngobrol di meja makan.
Meskipun Alvin adalah seorang pria, ia termasuk rajin. Ia suka beres-beres dan tidak suka tempat yang berantakan. Setelah makan, Alvin selalu membantu ibunya merapikan meja makan dan mencuci piring. Ia merasa risih melihat tempat yang kotor atau berantakan, mungkin karena sejak kecil ia selalu diajarkan untuk beres-beres oleh ibunya.
Setelah semuanya selesai, Alvin pamit ke kamar lagi untuk membereskan sisa barang-barangnya. Ia khawatir ada barang yang tertinggal, yang bisa membuat segalanya menjadi lebih ribet.
Ayah dan ibunya mengizinkannya kembali ke kamar. Biasanya, mereka bertiga selalu menghabiskan waktu bersama untuk menonton di platform berinisial N di smart TV yang ada di ruang keluarga. Keluarga Alvin memang termasuk keluarga yang hangat, dan ayahnya juga sangat family man.
Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Setelah selesai sarapan dan menyusun barang-barang di bagasi mobil, Alvin langsung mengendarai mobilnya menuju Bandung. Ayah dan ibunya mengikuti di belakang menggunakan mobil ayahnya.
Karena jalanan tidak begitu padat, Alvin hanya membutuhkan waktu sekitar empat jam untuk sampai di Bandung. Itu pun diselingi istirahat di rest area karena Alvin mudah merasa lapar. Meskipun begitu, tubuhnya tetap tidak gemuk.
Sekarang Alvin sudah berada di depan gerbang kost putra yang tidak begitu jauh dari lokasi kampusnya nanti. Dari luar, terlihat nuansa putih dan abu-abu yang cocok untuk kost putra. Mereka disambut dengan baik oleh pemilik kost, Ibu Elly, yang asli daerah tersebut dan rumahnya tidak jauh dari kost-an.
Ibu Elly langsung mengajak Alvin dan orang tuanya ke lantai dua, tempat kamar Alvin berada. Alvin sangat senang karena kamarnya berada di pojok, sehingga ia tidak akan terganggu oleh penghuni kost lainnya.
Di dalam kamar Alvin sudah terdapat kasur, lemari, meja belajar, dan juga smart TV. Meskipun Bandung dingin, kamar tersebut juga dilengkapi dengan AC. Alvin merasa benar-benar hanya perlu membawa badan dan pakaian saja. Tidak lupa, kamar mandinya ada di dalam kamar, jadi tidak perlu antri untuk ke kamar mandi.
Ibu Elly mengatakan bahwa Alvin bebas menata ulang apapun di dalam kamar asalkan tidak mencoret-coret tembok. Alvin berpikir, untuk apa mencoret tembok? Paling ia hanya akan mengganti warna sprei saja.
Sementara itu, ibunya sibuk mengobrol dengan Ibu Elly di sofa yang memang disediakan untuk menerima tamu, sedangkan ayahnya membantu Alvin mengangkat beberapa dus berisi barang-barangnya ke dalam kamar.
Hari semakin sore, akhirnya orang tua Alvin pamit untuk pulang ke Jakarta. Mereka tidak lupa memberikan banyak pesan dan wejangan, terutama agar Alvin tidak terjerumus dalam pergaulan bebas, apalagi sekarang ia jauh dari orang tua. Alvin tentu saja mengiyakan. Ia mengantar kepergian orang tuanya sampai depan gerbang kost. Meskipun Alvin senang bisa ngekost sendiri, ia juga merasa agak sedih karena sekarang harus hidup mandiri. Meskipun begitu, ayahnya tetap akan memberikan uang saku setiap bulan.
Saat Alvin hendak masuk kembali ke kamar, ia merasa ada yang memperhatikannya dari seberang. Bentuk kost ini seperti huruf U, dan letak kamar Alvin di ujung sehingga bisa melihat ke seberang.
Alvin cuek saja, mungkin orang itu heran siapa yang baru pindah ke sini. Besok saja ia akan mencoba berkenalan dengan mereka jika mereka ada di luar kamar. Sekarang, Alvin ingin membereskan kamarnya agar tidurnya nyaman.
![](https://img.wattpad.com/cover/376524125-288-k196934.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SIKAPMU SEDINGIN BANDUNG [END] | PerthChimon (BL)
Fanfic🏳️🌈 BxB 1821 Area (MPREG tapi bukan OMEGAVERSE) 🏳️🌈 Ardan Sagara, mahasiswa semester akhir yang dikenal dengan sikap dingin dan acuh, hanya ingin menyelesaikan studinya tanpa gangguan. Namun, kehidupannya berubah drastis ketika Alvin Arsenalio...