#26

141 19 0
                                    

🔞 SEDIKIT 🔞

"Hngghhhh~ Eja.. Sshhh.."  Adit tidak bisa menahan desahannya ketika tangan Reza mengusap penis milik Adit dengan begitu sensual meskipun hanya diluar celananya.

"Ssttt.. Jangan berisik, nanti ada yang denger." Reza berbisik tepat ditelinga Adit dan mengigit telinga Adit membuat Adit semakin terangsang.

"Eja.. Jangan Ja.. Hnghh.. Ja~" Adit mengerang karena Reza menciumi leher Adit dan mulai membuka celana Adit.

Sungguh Adit tidak menyangka jika Reza akan bertindak seperti ini karena Reza kesal kepada Adit. Meskipun Adit memang menginginkan tubuh Reza lebih dari hanya sekedar menciumnya, namun Adit tidak ingin terburu-buru dan memaksa Reza. Karena Adit mengerti dengan adaptasi orientasi seksual Reza menjadi Gay.

Reza pun membuka celananya hingga sekarang Reza sudah tidak mengenakan sehelai benangpun, Adit nampak kesulitan untuk menelan ludahnya sendiri. Lalu Reza duduk kembali diatas pinggul Adit hingga membuat penis Adit yang sudah sangat tegang dan keras bersentuhan dengan bokong Reza.

Sebenarnya Reza terkejut melihat bagaimana tegangnya penis milik Adit, karena selama ini Adit tidak pernah ereksi ketika bersentuhan dengan Reza. Namun sekarang Reza menjadi melihat penis Adit yang tegak seolah menantang langit.

"Eja.. Asli ini mah, Eja jangan kaya gini.. Adit takut kelepasan, takut gak bisa nahan nafsu Adit sendiri." Adit yang hendak menyentuh tubuh Reza pun kalah cepat dengan Reza yang menahan tangan Adit diatas kepala Adit sendiri.

Wajah Adit sudah sangat merah, matanya pun sangat sayu. Ia sedang terus berjuang menahan nafsunya agar tidak khilaf. Adit yang melihat tubuh telanjang Reza dari bawah membuat precum adit keluar dan mengenai bokong Reza.

Reza tersenyum miring dan memundurkan posisi duduk nya agar menduduki penis Adit. Adit yang merasa jika penisnya berada diantara bongkahan bokong Reza membuat nafsunya semakin diujung kepala.

"Sshhhh~ hngghhh.. E-ja.. Aahhh~" Mata Adit terpejam menikmati gesekan antara penis dan bokong Reza, Reza dengan sengaja memaju-mundurkan bokongnya agar bergesekan dengan penis milik Adit.

Adit sedikit kesal karena tangannya yang masih ditahan oleh Reza membuatnya tidak dapat menyentuh tubuh Reza yang sekarang sedang berada diatasnya.

Reza sedikit merasa aneh ketika bokongnya bergesekan dengan penis keras Adit, tentu saja merasa aneh karena ini kali pertama Reza melakukan dengan seorang pria.

Gerakan Reza tiba-tiba berhenti membuat Adit pun mengerutkan keningnya. Disaat dirinya akan sampai pada puncaknya, Reza malah menghentikan gerakannya.

"Udah, sisanya urus aja sendiri. Ini hukuman buat Adit!" Reza beranjak dari tubuh Adit membuat Adit sedikit dongkol.

"Eja, Adit bentar lagi keluar padahal.." Terdengar suara berat Adit yang sangat kecewa karena merasa ditinggalkan disaat sedang enak-enaknya.

Reza mengendikan bahunya dan kembali memakai bajunya. Jika saja itu bukan Reza, mungkin Adit akan marah atau bahkan akan memaksa agar kegiatan sex nya dilanjutkan. Namun tentu Adit tidak ingin seperti itu kepada Reza.

Dengan berat hati Adit pun mengangguk dan tersenyum kepada Reza. Ia terdiam merasakan kesal dihatinya beberapa saat hingga penisnya kembali tertidur.

"Loh? Naha (kenapa) gak dilanjutin sendiri aja?" Reza menatap Adit heran karena sekarang Adit sudah memakai kembali celananya.

Adit hanya menggeleng dan tersenyum tanpa mengatakan apapun. Adit mengambil sebotol air minum yang ada didalam kulkas Reza dan langsung meminumnya.

Adit mengambil salah satu bantal Reza dan merebahkan tubuhnya diatas karpet, matanya ia tutup menggunakan jaket yang sebelumnya dipakai oleh Adit.

"Tumben gak rebahan di kasur?" Ucapan Reza tidak mendapat jawaban dari Adit. Tanpa Reza ketahui, Adit sekarang sedang mengatur nafasnya agar nafsu didalam dirinya hilang.

Sungguh kepala Adit terasa pening karena ia tidak jadi untuk mengeluarkan spermanya. Ingin marah tapi tidak bisa. Ingin memaksa juga ia tidak mungkin. Rasanya ia ingin berteriak, tapi ia harus menahannya.

"Apa Eja keterlaluan ya?"  Batin Reza. Reza terus menatap Adit yang terus terdiam dibawah sana.

"Tapi kan salah dia juga kenapa kaya gitu." Batinnya lagi. Reza merebahkan tubuhnya diatas kasur dan sesekali melihat tubuh Adit yang terlentang dibawah.

Reza sesekali memanggil nama Adit namun tidak ada jawaban sama sekali dari Adit. Adit masih terdiam dengan posisi seperti itu. Reza menyangka jika Adit sudah tertidur, padahal Adit sama sekali tidak memejamkan matanya.

"Masih sange ya Tuhan.."  Batin Adit.

Ia mencoba memejamkan matanya namun ia tidak bisa. Hingga akhirnya Adit memutuskan beranjak dan keluar dari kamar Reza tanpa mengatakan apapun membuat Reza keheranan.

Sedangkan di Mall, Alvin masih asik dengan Stella hingga mereka berdua memutuskan untuk berfoto menggunakan Photobox yang  memang berada di salah satu studio foto paling hits di Bandung.

Dari kejauhan Ardan terus menatapnya membuat sang Adit sangat kesal karena mereka berdua seperti orang yang sedang menguntit orang lain.

"Nia, kakak kan gak ada perasaan apa-apa ya ke orang itu. Tapi kakak kok kesel kalo liat dia sama orang lain, itu kenapa?" Pertanyaan Ardan membuat adiknya terbahak.

Ayolah Ardan ini sudah dewasa, namun kenapa ia menanyakan hal ini kepada adiknya yang lebih muda dari dirinya.

"Apa gara-gara kakak dicium sama orang itu ya? Tapi dia nyium kakak juga karna dia lagi mabok aja, terus kakak gak suka ke dia karna dia kaya murahan gitu. Sasimo, sana sini mau gitu lah ke cowo teh." Adiknya berhenti tertawa ketika mendengar ucapan kakaknya yang ini.

"Mabok? Kela (Bentar) , ini teh kakak merhatiin yang cewenya atau yang cowonya sih anjir? Nia gak paham." Oh tentu saja sang Adik menyangka jika kakaknya sedari tadi memperhatikan Stella, padahal Ardan memperhatikan Alvin.

"Nu lalakina (yang cowo)." Ucap Ardan dengan wajah datarnya.

Berbeda dengan adiknya, adiknya justru terkejut karena kakaknya dicium oleh seorang pria juga.

"Kakak gak salah? Kakak dicium cowo? Kakak teh normal apa enggak?" Pertanyaan gadis itu membuat Ardan berdecak.

Memang Ardan pun selama ini sama seperti Reza, dia tidak pernah menjalin hubungan apapun dengan pria meskipun lingkungan kost nya dipenuhi oleh gay.

"Normal atau enggak juga bukan urusan kamu kan, Nia?" Adiknya pun terdiam mendengar suara Ardan yang sangat rendah, aura Dominan Ardan seketika keluar membuat adiknya pun sedikit takut.

"Ya.. Iya sih kak.. Tapi kan Nia taunya kakak tuh normal, lagian kakak juga pernahnya pacaran sama cewe.." Adiknya menatap Ardan dengan perasaan tidak enak hati.

Sedangkan Ardan masih menatap lurus pada Alvin yang sedang bersenda gurau dengan Stella dengan sehuah foto yang sedang mereka genggam.

"Hayu balik. (Ayo pulang.)" Ardan beranjak dan segera melangkahkan kakinya untuk menuju parkiran basement. Adiknya pun mengekor dibelakangnya dengan membawa satu paperbag berisi jaket milik kakaknya.

Alvin melihat ke arah perginya Ardan hingga Ardan sudah tidak terlihat lagi dipandangannya. Ternyata Alvin pun menyadari jika Ardan terus memperhatikan dirinya dan Stella.

Namun Alvin tidak memikirkan hal yang macam-macam karena melihat Ardan bersama seseorang dan kemungkinan memang mereka secara kebetulan saja berada di mall yang sama, karena mall ini memang mall terdekat dari kost yang mereka tempati.

SIKAPMU SEDINGIN BANDUNG [END] | PerthChimon (BL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang