Akhirnya Alvin berhasil mengikuti serangkaian kegiatan Ospek di kampusnya dan sekarang ia sudah resmi menjadi Mahasiswa di Universitas Pancasila. Reza pun terlihat seperti biasa layaknya di kost, dia tidak sesangar seperti masa Ospek kemarin.
"Maafin Eja ya Vin, Eja gak maksud buat maki-maki kamu kok." Reza memeluk tubuh Alvin yang tentu tingginya lebih pendek dari Reza.
"Ih santai aja A Eja, meskipun ya Alvin kaget kalo Aa ngoceh-ngoceh kaya gitu." Alvin memegang pipi Reza dan mereka berdua pun tertawa.
Mereka berdua tidak merasakan perasaan yang aneh-aneh, mereka benar-benar layaknya sahabat meskipun belum lama saling mengenal. Namun penghuni Kost lain yang melihatnya tentu menjadi bertanya-tanya, Reza memang friendly tapi Reza tidak pernah seriang itu ketika bertemu dengan teman baru.
Terutama pikiran Devin, Farhan, dan Bastian. Mereka melihat perlakuan Reza kepada Alvin yang seperti itu menimbulkan rasa iri. Ah jangan lupakan Aditya, Adit tentu sangat kesal jika melihat Reza sedekat itu dengan Alvin.
"Udah kali pelukannya, kaya teletubbies aja." Devin berkata dengan tatapan yang tidak lepas dari Alvin.
Reza hanya berdecak dan semakin memeluk Alvin dengan erat membuat hati Devin menjadi semakin dongkol.
"A Devin mau dipeluk juga? Sini-sini." Alvin melepaskan pelukan Reza dan langsung memeluk Devin.
Devin dapat mencium bagaimana wanginya rambut Alvin yang terlihat masih sedikit basah. Adit yang sedang duduk di sofa tempat berkumpulnya pun mendengus kesal.
"Apin, beli baso bakar sama sosis bakar yuk!" Ajak Reza.
Apin? Ah sekarang nama Alvin tiba-tiba diubah menjadi Apin oleh Reza. Reza tahu jika Devin sedikit mencurigakan jadi Reza beralasan agar Devin melepaskan pelukan Alvin. Alvin yang diajak untuk membeli makanan kesukaannya pun langsung mengangguk dan melepaskan pelukan Devin.
Ia berlari kecil mengikuti Reza dari belakang. seperti biasa Alvin hanya memakai celana pendek yang sekarang justru lebih pendek. Sepertinya hanya satu jengkal dari bawah pantatnya. Membuat paha mulusnya dapat terlihat jelas oleh para penghuni kost disana.
"Bisa mulus begitu ya si Alvin, jadi pengen gak sih?" Ucapan Bastian membuat para pria yang sedang berkumpul pun saling bertatapan.
"Jangan berani nyentuh si Alvin!" Suara Datar Adit membuat Bastian berdecak.
"Kenapa emang? Kan dia gak ada yang punya Dit, jangan-jangan kamu juga pengen nyentuh si Alvin?" Devin menatap tajam pada Adit dan memiringkan senyumannya membuat Adit berdiri dari duduknya dan langsung pergi meninggalkan teman-temannya.
Adit berpapasan dengan Ardan yang baru saja keluar dari kamarnya.
"Bilangin sama si anak baru, celananya jangan pendek banget. Kaya gak tau si Bastian aja." Ardan berlalu begitu saja tanpa menatap Adit. Membuat hati Adit semakin dongkol.
"Aa sejak kapan nama Alvin jadi Apin?" Alvin berjalan disamping Reza dan membuat Reza terkekeh mendengar pertanyaan Alvin.
"Sejak sekarang, pokoknya Apin cuman boleh Eja yang nyebut!" Reza mengacak-ngacak rambut Alvin membuat Alvin sedikit merengek.
Mereka terus berjalan menuju lapangan komplek tempat bakso dan sosis bakar berada. Terlihat banyak sekali anak-anak yang bermain disana jika sore hari seperti ini.
"Saha eta Za? (Siapa itu Za?)" Suara seseorang membuat Reza menghentikan langkahnya dan tentu Alvin juga menjadi ikut menghentikan langkahnya.
"Oh ieu? Adi urang ieu mah Wan, kasep nya siga urang? (Oh ini? Ini adik aku Wan, ganteng ya kaya aku?)" Alvin tentu tidak tahu siapa orang yang sedang Reza ajak bicara, dan Alvin tidak mengerti bahasa Sunda yang sedang mereka ucapkan.
"Dih, hoream! Sugan teh awewe, sukuna kuatka bodas jeung mulus kitu euy. Rek kamarana? Teu tiris kitu eta adi na make calana pendek siga kitu? (Dih, malesin! Kirain cewe, kakinya putih sama mulus gitu. Mau pada kemana? Gak dingin gitu adiknya pake celana pendek kaya gitu?)" Orang tersebut tentu heran kenapa Alvin memakai celana yang sangat pendek. Reza pun menjawab jika Alvin baik-baik saja memakai celana pendek seperti ini.
Setelah selesai basa-basi nya, Reza pamit kepada orang itu dan kembali mengajak Alvin untuk melanjutkan perjalanannya. setiap Reza berpapasan dengan orang lain pasti saja mereka saling menyapa, Alvin menjadi heran kenapa Reza bisa se terkenal itu di sana. Tapi sikap Reza yang Friendly mungkin yang membuat banyak orang menjadi kenal dengan dirinya.
"Apin, kalo kamu risih sama orang di kost mah bilang aja sama Eja ya? Jangan diem-diem terus. Biar kita semua nyaman." Reza menarik pipi Alvin dengan lembut dan Alvin pun menganggukan kepalanya.
Sejauh ini tidak ada yang membuatnya risih, hanya saja sedikit dongkol kepada Ardan yang sikapnya sangat dingin dan seolah tidak ingin menjadi teman Alvin disana.
Mereka duduk di bangku yang letaknya tepat disamping tempat bakso dan sosis bakar. Pandangan mereka langsung mengarah pada lapangan yang sekarang banyak sekali anak kecil yang sedang bermain bola dan ada juga yang bermain sepeda di luar lapangan.
Akhirnya pesanan mereka sudah siap dan Reza langsung membayar untuk pesanan Alvin juga membuat Alvin menarik tangan Reza.
"Dih A Eja kenapa bayarin punya Alvin juga? Kan Alvin bisa bayar sendiri." namun ucapan Alvin hanya dijawab dengan Reza yang mengendikan bahunya membuat Alvin menjadi gemas.
Reza berlari meninggalkan Alvin yang terus saja mencubit tangan dan pinggangnya.
"Rasanya punya Abang kaya gini kali ya? Ah terimakasih Tuhan, udah ngasih gue temen yang kaya A Eja." Alvin menghentikan langkahnya dan tersenyum melihat Reza yang terus saja berlari kecil.
Matanya tertuju pada kedai Es Thai Tea, sepertinya enak jika memakan Sosis Bakar ditemani dengan Thaitea. Jadi Alvin langsung belok menuju kedai Thaitea itu. Reza berhenti dan melihat ke belakang tidak ada Alvin yang mengejarnya.
"Si anjir. Kamana eta budak? (Si anjir, bocah itu kemana?)" Reza menolehkan kepalanya ke kanan dan kekiri namun ia tidak melihat tanda-tanda Alvin.
Reza segera menghubungi Alvin dan Alvin langsung mengatakan jika ia membeli es terlebih dulu. Reza menghela nafasnya, ia pikir Alvin diculik.
"Aa," Suara Alvin yang sangat lembut membuat Reza menolehkan kepalanya. Alvin membawa dua Thaitea dan memberikan kepada Reza salah satunya.
"Bikin panik, kirain kemana!" Reza menarik telinga Alvin dengan pelan dan lembut tentunya.
"Jangan bikin Aa khawatir atuh Apin," ucap Reza.
Alvin dapat melihat jelas bagaimana ekspresi Reza yang seperti benar-benar khawatir kepada dirinya.
"Iya Aa maafin Alvin, lagian suruh siapa lari-larian?" Alvin menggoyangkan lengan Reza seperti anak kecil.
Alvin terus menggoyangkan lengan Reza sepanjang perjalanan menuju kost nya, dari jauh terlihat Ardan yang memperhatikan Reza dan Alvin.
"Gaes, maaf nih ya kalian gak dibeliin. Kalo mau mah beli sendiri aja ya!" Reza duduk di Sofa diikuti oleh Alvin. Alvin yang duduk membuat celananya semakin terangkat.
Tiba-tiba saja Adit melemparkan jaketnya tepat dipaha Alvin membuat Alvin dan Reza terkejut.
"Tutupin pahanya!" Adit berlalu begitu saja membuat Reza beberapa kali memanggil nama Adit. Dan Alvin menurut saja untuk menutupi pahanya menggunakan jaket milik Adit.
"Kayanya harus beli celana boxer yang agak panjang deh, padahal kan pas di rumah udah biasa pake boxer pendek kaya gini," gumam Alvin didalam hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SIKAPMU SEDINGIN BANDUNG [END] | PerthChimon (BL)
Fanfic🏳️🌈 BxB 1821 Area (MPREG tapi bukan OMEGAVERSE) 🏳️🌈 Ardan Sagara, mahasiswa semester akhir yang dikenal dengan sikap dingin dan acuh, hanya ingin menyelesaikan studinya tanpa gangguan. Namun, kehidupannya berubah drastis ketika Alvin Arsenalio...