Reza duduk bersebelahan dengan Adit diatas karpet karena Sofa sudah diduduki oleh Ardan dan Devin. Tampak Bastian yang menatap tajam pada Reza membuat Reza mengerutkan keningnya.
"Kunaon maneh melongkeun wae si Reza? Boga dendam? (Kamu kenapa liatin Reza terus? Punya Dendam?)" Ucapan Adit membuat semua mata tertuju padanya.
"Saha oge nu melongkeun si Reza! (Siapa juga yang liatin Reza!)" Bastian yang sedikit menaikan nada bicaranya membuat Adit kesal.
"Cik atuh euy, tong sok nyiar-nyiar masalah anyar deui. Nu ieu ge can beres! (Ayolah, jangan nyari masalah baaru lagi. Yang ini aja belum selesai!)" Bentak Devin.
Reza menarik tangan Adit mengisyaratkan agar Adit diam dan tidak banyak bicara karena situasinya sedang tidak baik-baik saja. Adit mengehela nafasnya namun tatapan nya masih tajam ke arah Bastian.
Diruang santai itu tidak banyak obrolan, Reza dan Adit hanya diberikan beberapa pertanyaan saja oleh Ardan dan Devin. Devin ini memang sangat pandai memainkan topengnya.
Sebenarnya Adit merasakan ada yang tidak beres pada Devin, namun ia tidak dapat berasumsi lebih karena mungkin itu hanya perasaannya saja.
Adit masih mengingat jelas bagaimana Devin mencium Alvin begitu saja saat di parkiran kampusnya. Adit menjadi tidak nyaman dengan perasaannya ini.
Semuanya sudah masuk kedalam kamarnya masing-masing. Hanya menyisakan Ardan yang masih duduk diatas Sofa ruang santai dengan menengadahkan kepalanya menatap langit-langit.
Wajah Alvin langsung terlintas begitu saja dipikiran Ardan membuat Ardan berdedak. Ardan mengusap wajahnya dengan kasar.
"Naon alusna jelema eta nepikeun ka dikitu-kitu ku lalaki? (Apa menariknya orang itu sampai dia diperlakukan seperti itu oleh banyak pria?)" Gumam Ardan.
Ardan masih tidak habis pikir mengapa Alvin diperlakukan itu, padahal menurut Ardan sosok Alvin sama sekali tidak menarik untuk dijadikan bahan rebutan atau bahan pelecehan oleh para pria.
"Lamun lain gara-gara amanat ti si Bu Elly, aslina euy hoream nguruskeun si Alvin. (Jika bukan gara-gara amanat dari Ibu Elly, males banget ngurusin Alvin.)" Ardan beranjak dari duduknya dan hendak pergi ke kamarnya, namun pergerakannya terhenti ketika ia melihat Alvin sedang memperhatikannya tidak jauh dari ruang santai.
Alvin langsung menghampiri Ardan dan menahan tangan Ardan agar Ardan tidak berlalu begitu saja. Ardan sadar sepertinya Alvin mendengar ucapannya meskipun Alvin tidak akan paham dengan bahasa Sundanya.
"Aa, Alvin salah apa ke Aa? kenapa Aa sebegitu gak sukanya ke Alvin? Apa Alvin pernah ngelakuin kesalahan disini?" Suara Alvin sangat pelan hingga Ardan mengerutkan keningnya karena tidak begitu mendengar ucapan Alvin.
"Apaan sih?" Ardan yang menatap Alvin sangat datar membuat Alvin sedikit gugup.
"Iya Alvin ada salah apaan ke Aa nyampe Aa benci banget ke Alvin?" Alvin terus menarik tangan Ardan membuat Ardan sedikit kesal. Ardan menghempaskan lengan Alvin lumayan keras hingga Alvin terkejut.
"Denger, saya bukannya benci kamu. Tapi kamu emang gak menarik dimata saya, bahkan kamu cuman keliatan cowok yang doyan cari perhatian kesana-kemari." Ardan menatap tajam pada Alvin, Suara rendahnya membuat hati Alvin menjadi sesak.
"Jadi saya cuek ke kamu bukan berarti saya benci kamu, dan saya turun tangan dimasalah ini bukan karena saya perhatian atau tertarik ke kamu tapi karena saya hanya menjalankan tanggung jawab saya sebagai orang yang diberi wewenang disini. Paham?" Ardan berjalan meninggalkan Alvin yang terdiam didepan ruang santai. Ucapan Ardan benar-benar sangat menusuk dada Alvin.
"Ya udah gak usah diurusin sih kalo emang gak ikhlas atau karena terpaksa!" Alvin sedikit berteriak membuat Ardan berhenti melangkahkan kakinya.
"Jangan banyak omong!" Ardan berkata tanpa melihat ke arah Alvin dan kembali melangkahkan kakinya.Alvin menghela nafasnya, ia pun kembali kedalam kamarnya dan merebahkan tubuhnya.
Keesokan harinya Alvin berangkat ke kampusnya siang hari karena kelasnya memang berlangsung pukul 1 siang. Ia membawa bucket bunga mawar dan juga boneka Unicorn untuk Stella.
Kejadian Alvin masuk kerumah sakit membuat Alvin tidak dapat datang ke acara ulang tahun Stella. Alvin sangat tidak enak hati, namun Stella berkata jika itu bukan masalah. Justru Stella khawatir dengan kondisi Alvin saat itu.
Alvin menunggu Stella di parkiran kampusnya, ia melihat mobil Stella baru saja terparkir. Alvin bergegas menghampiri Stella yang masih berada didalam mobilnya.
Ia mengetuk kaca mobil Stella, setelah Stella membuka kaca mobilnya Alvin pun langsung menyerahkan bunga mawar dan bonekanya kepada Stella. Stella yang terkejut langsung membuka pintu mobilnya.
"Happy Birthday princess, maaf ya Alvin ingkar janji ke Stella. Alvin gak tau sih Stella suka apa, tapi sempet liat lockscreen hp Stella gambar Unicorn jadi Alvin beliin ini." Alvin dapat melihat bagaimana wajah Stella bersemu merah.
"Ih Alvin makasih loh, kamu ngucapin doang juga aku mah udah seneng banget. Ditambah kamu ngasih aku ini, jadi makin seneng. Romantis banget." Stella mengusap lembut boneka Unicorn dari Alvin, Alvin tersenyum karena melihat Stella tidak menolak hadiah darinya meskipun itu tidak ada harganya.
Stella memeluk Alvin membuat Alvin terkekeh. Ia mengacak-ngacak rambut Stella. Setelah Stella menyimpan hadiahnya didalam mobilnya, Stella mengajak Alvin untuk segera menuju kelasnya.
Stella yang berpegangan pada ujung hoodie yang Alvin kenakan membuat siapun yang melihat pasti menyangka jika mereka adalah sepasang kekasih.
"Siapapun yang jadi pacar kamu pasti beruntung banget Vin, kamu tipe cowo Soft banget." Ucap Stella dan melepaskan pegangannya ketika ia mulai memasuki kelasnya.
"Apaan sih lebay banget ah." Alvin mencubit pipi Stella membuat sahabat-sahabat Stella meledeknya dan wajah Stella kembali memerah.
Seperti biasa kegiatan belajar-mengajarpun tidak ada hambatan apapun, Stella berpamitan karena ia harus segera pulang. Alvin pun mengiyakan.
Alvin pergi ke perpustakaan kampus untuk mencari buku yang menurutnya dapat dijadikan referensi untuk tugasnya nanti. Suasana perpustakaan sangat sepi karena memang aturan di perpustakaan tidak boleh bising.
"Ah sorry~" Alvin meminta maaf ketika ia tidak sengaja menyentuh tangan seseorang saat hendak mengambil bukunya.
"Kamu mau ambil buku ini? Ya udah ambil, saya ambil buku lain aja." Ardan langsung pergi dari sana membuat Alvin berdecak. Ardan benar-benar sangat menyebalkan.
Alvin melihat jika Ardan sepertinya memang mencari buku lain, ia tidak ingin ambil pusing dan langsung mengambil buku itu lalu duduk di meja yang tersedia didalam perpustakaan.
Saking fokusnya dengan buku yang sedang dibacanya, Alvin tidak menyadari jika Devin sekarang berada tepat dibelakangnya.
Devin yang tiba-tiba menengadahkan kepala Alvin dan menciumnya membuat Alvin terkejut. Begitupun Ardan yang sedari tadi memperhatikan Alvin dari balik rak buku yang tidak jauh dari tempat Alvin.
Ardan yang pura-pura batuk membuat Devin melepaskan ciumannya dan langsung duduk disamping Alvin membuat Alvin tidak nyaman.
![](https://img.wattpad.com/cover/376524125-288-k196934.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SIKAPMU SEDINGIN BANDUNG [END] | PerthChimon (BL)
Hayran Kurgu🏳️🌈 BxB 1821 Area (MPREG tapi bukan OMEGAVERSE) 🏳️🌈 Ardan Sagara, mahasiswa semester akhir yang dikenal dengan sikap dingin dan acuh, hanya ingin menyelesaikan studinya tanpa gangguan. Namun, kehidupannya berubah drastis ketika Alvin Arsenalio...