Setelah mendapatkan persetujuan kedua orang tua Alvin, akhirnya Alvin menjalani proses kuretase dengan metode yang sama seperti melakukan operasi caesar. Sebenarnya Dokter yang menangani Alvin menyarankan rahim Alvin untuk diangkat karena Alvin adalah seorang pria.
Namun kedua orang tua Alvin mengatakan perihal pengangkatan rahim itu adalah harus keputusan dari Alvin sendiri. Jika nanti Alvin ingin mengangkat rahimnya, kedua orang tua nya akan mengurus semuanya. Dan jika Alvin ingin mempertahankan rahimnya pun, kedua orang tua Alvin akan tetap menerima dan menghargai keputusan Alvin.
Sudah dua hari semenjak Alvin masuk ke Rumah Sakit, Alvin belum sadarkan diri. Ditambah dengan efek obat bius pun membuat Alvin sadar lebih lama. Kedua orang tua nya pun tak henti-hentinya berdoa agar anak semata wayangnya selamat.
"Hng.. Aa.." Suara Alvin yang terdengar sangat lemah membuat Ayah Alvin segera memanggil Dokter karena Alvin mulai sadar dari tidur panjang nya.
"Alvin sayang, ini Ibu nak. Bangun sayang. Ibu mohon.." Sang Ibu terus berusaha menyadarkan Alvin agar Alvin membuka matanya.
"Aa.. A Ardan.." Alvin terus menggumamkan nama Ardan dengan mata yang tertutup, hal itu membuat sang Ibu semakin meneteskan air matanya.
Dokter pun datang untuk memeriksa kondisi Alvin. Detak jantung Alvin semakin melemah. Bahkan sekarang hanya sebuah garis lurus yang terlihat pada layar monitornya.
Sang Ibu semakin terisak dan memeluk erat suaminya karena ia tidak sanggup melihat Alvin yang kehilangan detak jantungnya.
Dokter dan beberapa perawat menggunakan alat pacu jantung untuk mengembalikan detak jantung Alvin. Tubuh Alvin terlonjak saat Dokter menempelkan alat tersebut pada dada Alvin. Namun detak jantung Alvin belum kembali.
"Alvin, Yah! Anak kita.. Ya Tuhan.." Sang Ibu semakin histeris saat melihat Alvin yang tetap tidak sadar sama sekali meskipun alat pacu jantung sudah mengenai tubuhnya.
"Tetap berdoa, Bu. Ayah yakin kok Alvin akan baik-baik aja." Ayah Alvin mencoba menenangkan istrinya meskipun hatinya pun terasa hancur melihat anak semata wayangnya seperti itu.
Saat Dokter mencoba ketiga kalinya, Alvin langsung membuka matanya dan nafasnya yang sangat berat membuat Dokter dan beberapa perawat langsung melakukan tindakan yang lain.
Detak jantung Alvin sudah kembali, namun Alvin masih terlihat lemas dan sesekali matanya tertutup.
Setelah diberi penanganan oleh Dokter, Dokter itu mengatakan jika Alvin harus tetap banyak beristirahat karena kondisinya belum stabil.
Jam sudah menunjukan pukul satu siang, Alvin pun membuka matanya dan melihat kedua orang tuanya setia menemani Alvin disamping tempat tidurnya.
"Ugh.." Alvin merasakan bagian perut bawahnya terasa sedikit ngilu dan ia mengerutkan keningnya saat ia menyentuh sebuah plester waterproof yang menempel di bagian perut bawahnya.
"Ayah, Ibu.. Alvin kenapa? Terus ini perut Alvin kenapa?" Suara Alvin yang sangat pelan dan serak membuat sang Ayah segera membantu Alvin untuk minum terlebih dahulu.
Kedua orang tua Alvin saling bertapapan, mereka bingung harus mengatakan apa dan bagaimana kepada Alvin.
"Um.. Ayah, Ibu. Maafin Alvin, Alvin udah ngecewain kalian. Alvin udah jadi orang yang gagal buat kalian. Tapi Alvin mau jujur, bahwa selama ini Alvin itu Gay. Alvin udah ngecewain Ayah dan Ibu. Kalian boleh kok benci ke Alvin, jijik ke Alvin, bahkan gak nganggep Alvin anak kalian lagi. " Ucap Alvin dengan suara yang pelan dan kepalanya menunduk. Ia sudah siap jika ia harus mendapat caci maki dan tamparan dari orang tuanya.
Namun bukannya cacian yang Alvin terima, justru ia langsung mendapat pelukan erat dari Sang Ibu. Sedangkan Ayahnya hanya mengusap kepala Alvin dengan lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
SIKAPMU SEDINGIN BANDUNG [END] | PerthChimon (BL)
Fanfic🏳️🌈 BxB 1821 Area (MPREG tapi bukan OMEGAVERSE) 🏳️🌈 Ardan Sagara, mahasiswa semester akhir yang dikenal dengan sikap dingin dan acuh, hanya ingin menyelesaikan studinya tanpa gangguan. Namun, kehidupannya berubah drastis ketika Alvin Arsenalio...