#49

140 25 0
                                    

"Vin! Alvin! Buka! Ini Aa.. Alvin! Buka, sayang!" Ardan terus memanggil nama Alvin dan mengetuk pintu Alvin sangat kencang. Farhan yang sudah tertidur pun menjadi terbangun karena mendengar suara Ardan.

"Buka Vin, Maafin Aa.." Suara Ardan terdengar begitu putus asa.

"Kunaon, A? (Kenapa, A?)" Farhan berlari menghampiri Ardan yang terus menerus mengetuk pintu Alvin.

Farhan dengan inisiatif membawa kursi plastik dan memanjat agar ia dapat melihat kedalam kamar Alvin menggunakan jendela ventilasi yang berada tepat diatas pintu.

"Aa! Itu si Alvin! Dobrak weh (aja). Alvin pingsan!" Farhan segera turun dari atas kursi. Ardan yang mendengar itupun langsung berusaha membuka pintu Alvin dengan paksa.

Adit dan Reza yang baru saja sampai kost pun langsung berlari menghampiri Ardan dan Farhan yang terus mencoba membuka pintu Alvin. Dengan sekali tendangan pada knop pintu, Adit berhasil membuka pintu kamar Alvin. Adit memang selalu berkelahi dari jaman dia masih duduk dibangku SMK, jadi kakinya masih kuat jika hanya untuk menendang knop pintu saja.

"APIN!!! ASTAGAAAA.. TUHAANNN.." Reza berteriak dan langsung menghampiri Alvin yang sudah terbaring dengan cairan merah yang sudah mengering ditangan dan sekitar tubuhnya.

"INI DIA KENAPA?! TADI EJA NELPON DIA MASIH BAIK-BAIK AJA!" Reza yang panik pun membuat dirinya berani membentak Ardan.

Adit tahu jika Alvin tidak menggoreskan kaca itu di pergelangan tangannya. Namun darah yang keluar dari telapak tangannya membuat Alvin lemas karena darah yang keluar cukup banyak.

"Alvin.. Pengen putus.." Suara Alvin sangat pelan bahkan nyaris tidak terdengar membuat Reza mengerutkan keningnya. Alvin berbicara namun matanya tetap terpejam.

"Apin, ini Eja.. Apin bangun, Pin.. Ke klinik yuk?" Reza terus memeluk tubuh Alvin.  Namun Alvin terus saja mengatakan jika ia ingin putus.

Reza yang kesal pun mengisyaratkan Adit untuk membawa Ardan keluar dari kamar Alvin. Ardan tentu menolak karena ia tidak ingin meninggalkan Alvin.

"KALUAR (keluar), ANJING!" Reza yang tidak pernah tersulut emosi pun akhirnya meluapkan emosinya membuat semua para dominan disana terdiam.

Adit pun langsung menarik Ardan untuk segera keluar dan membawanya menjauhi kamar Alvin.

"Han, eta punteun pang nyapukeun kaca na euy. Bisi kacugak. (Han, tolong sapuin kacanya, takut kena kaki.)" Farhan pun menggangguk dan segera membersihkan semua kekacauan yang Alvin lakukan. Farhan sedikit bergidik ngeri melihat bercak merah yang berada diantara pecahan kaca tersebut.

"Ya Tuhan.. Kamu teh kenapa Apin? Gara-gara si Aa nya?" Reza membaringkan tubuh Alvin dengan sangat lembut. Ia berniat membawa Alvin ke klinik, namun ia sadar jika ia tidak bisa mengendarai mobil.

Ardan yang tampak panik terus berusaha menerobos tubuh Adit yang menghalangi jalannya. Namun Adit tetap terus menghalangi Ardan agar ia tidak kembali masuk kedalam kamar Alvin.

"Nyesel teu? (nyesel gak?)" Tanya Adit dengan santai kepada Ardan yang sekarang bercucuran keringat dengan wajah paniknya.

"Bae Adit jujur? Aa bajingan nyaho teu? Aa apal kan si Alvin geus nyaah ka Aa, tapi naha Aa jol ninggalkeun si Alvin siga kitu? Eweuh kabar hampis sabulan lilana, nanaonan? (Biarin Adit jujur? Aa tuh bajingan tau gak? Aa kan tau kalo Alvin udah sayang ke Aa, tapi kenapa Aa ningalin Alvin kaya gitu? Gak ada kabar hampir sebulan lamanya, apa-apaan?)" Ucapan Adit membuat Ardan menatap tepat dimata Adit. Adit yang merasa kesal kepada Ardan pun tentu membalas tatapan Ardan dengan sangat tajam.

"MINIMAL MUN SIA REK INDIT NYA KABARAN, GOBLOG! TINGGALI ADI AING!!! (Minimal kalo lo mau pergi ya kabarin, goblok! Liat kondisi Adik gue!!!)" Reza tiba-tiba muncul dengan berteriak dan mendorong tubuh Ardan.

SIKAPMU SEDINGIN BANDUNG [END] | PerthChimon (BL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang