#20

164 17 0
                                    

Jam sudah menunjukan pukul 10 malam tapi Reza tidak kunjung datang ke kamar Adit. Adit mengusap wajahnya kasar, ia sudah memikirkan apa yang terjadi.

Ia merasa sangat bersalah karena telah membentak Reza. Dari awal bertemu hingga sekarang Adit tidak pernah sedikitpun membentak Reza.

Adit beranjak dari tempat tidurnya berniat untuk menemui Reza meskipun ia yakin jika Reza tidak ingin bertemu dengan Adit.

Tok.. Tok.. Tok.. 

"Ja.. Udah tidur belum?" Adit mengetuk pintu dan memanggil Reza dengan nada yang begitu lembut.

Namun pintunya tidak kunjung terbuka, Adit mencoba membuka sendiri namun pintunya pun terkunci.

"Eja, Adit lapar. Hayu kedepan yu nyari makakan." Adit terus mengetuk pintu kamar Reza, masih tidak terbuka juga.

Adit menghela nafasnya dan turun ke lantai 1 dan berjalan menuju ruang santai. Hanya ada Devin disana. Adit yang malas bertemu Devin pun langsung kembali ke kamarnya. Ia merebahkan tubuhnya diatas tidur dan menatap langit-langit kamarnya.

"Sigana urang kasar teuing. (Kayanya aku terlalu kasar.)" Adit mencoba untuk memejamkan matanya namun sangat sulit sekali.

Padahal Reza ini bukan tipe pria yang feminim, tentu saja karena Reza adalah Pria Straight yang selalu menjadi dominan ketika ia memiliki hubungan bersama seorang wanita.

Namun entah kenapa jika Reza sedang bersama Adit, sisi dominan Reza seperti hilang begitu saja dan cenderung lebih menunjukan sisi manisnya.

Adit memasangkan True Wireless Stereo ditelinganya. Dan mencoba untuk memejamkan kembali matanya berharap ia cepat mengarungi mimpinya. Entah sudah berapa lama ia terpejam sampai ia tidak bisa mendengar lagu apa yang sedang berputar.

We can hold on to forever
We're alone but we're together
Through the night, through the night, I'm by your side

Sebuah lagu berjudul Close Your Eyes berputar ditelinganya. Matanya terpejam namun ia dapat merasakan hangatnya sentuhan pada pipinya.

"Dit.. Adit.. Bangun." Suara lembut namun sedikit serak seperti suara seseorang yang sudah menangis membuat Adit mengerutkan keningnya.

Suaranya tidak begitu jelas karena Adit menggunakan TWS ditelinganya. Namun sentuhannya sangat terasa dipipinya. Adit menghiraukannya karena Adit berpikir jika ini adalah mimpi.

Heug
Adit membuka matanya ketika tubuhnya merasa tertindih oleh sesuatu. Benar saja ia melihat Reza yang tengah memeluknya diatas tubuhnya.

"Ja?" Adit memicingkan matanya untuk memastikan jika yang ia lihat adalah Reza.

"Eum?" Reza menyembunyikan wajahnya diceruk leher Adit membuat Adit meremang.

"Maafin Adit ya." Adit memeluk tubuh Reza yang sedikit gembul namun ia tidak merasa berat sama sekali.

"Eja ge (juga) minta maaf ya Dit. Eja nya sensian ke Adit." Reza terus menyembunyikan wajahnya membuat Adit terkekeh.

"Ini kalo dicium boleh gak sih?" Ucapan Adit membuat Reza langsung melepaskan pelukannya dan turun dari tubuh Adit. Adit terbahak melihat Reza yang menatap tajam pada dirinya.

Sebenarnya Reza tadi mendengar Adit kelaparan membuat hatinya berdenyut tidak tega, padahal Adit hanya alasan saja agar Reza membukakan pintunya.

Setelah dirasa Adit kembali ke kamarnya sendiri, Reza keluar dari kamarnya dan langsung pergi kedepan komplek untuk mencari makanan kesukaan Adit. Martabak Telor.

SIKAPMU SEDINGIN BANDUNG [END] | PerthChimon (BL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang