#70

152 22 3
                                    

Alvin masih berada diruang kerja orang tuanya. Banyak sekali berkas desain milik Ibunya yang harus ia rapihkan. Alvin yang memang sangat telaten tentu meringankan pekerjaan Ibunya.

"Ibu mau tanya sesuatu boleh?" Suara Ibunya memang sangat lembut, tapi entah kenapa Alvin merasa jantungnya sangat berdegup.

"Boleh, Bu." Alvin mencoba untuk tersenyum dengan tangan yang masih merapikan kertas-kertas yang ada didepannya.

"Kamu sama Ardan nyampe sejauh itu beneran karena suka sama suka? Dia gak maksa kamu kan?" Pertanyaan Ibunya membuat Alvin menghentikan kegiatannya.

"Umm.. Engga kok Bu, Aa gak ada maksa Alvin sedikit pun. Alvin sama Aa emang suka sama suka ngelakuinnya, t-tapi Alvin gak tau kalo Alvin bakal nyampe hamil kaya gitu. Alvin sayang ke Aa, Bu. Sayang banget." Suara Alvin semakin mengecil.

Ia pun menundukan kepalanya karena ia tidak ingin melihat reaksi sang Ibu. Helaan nafas Ibunya terdengar jelas membuat Alvin semakin enggan untuk mengangkat kepalanya.

"Dari awal Ibu liat Ardan, Ibu yakin Ardan emang orangnya gak macem-macem. Apalagi pas dia jagain kamu di Rumah Sakit, dia orangnya sopan terus lembut juga. Tapi Ibu gak nyangka aja kalian berdua bisa nyampe sejauh itu." Alvin memainkan ujung bajunya karena ia tahu jika suara Ibunya menandakan ada sedikit kekecewaan.

"Pas kamu di Rumah Sakit, itu kalian udah pacaran? Udah sejauh itu juga?" Lidah Alvin mendadak menjadi kelu. Ia benar-benar tidak sanggup untuk menjawab pertanyaan Ibunya.

"Alvin, liat Ibu.. Kalo ditanya itu Jawab, Nak." Kepala Alvin terangkat karena tangan Ibunya menyentuh pipinya dengan lembut.

"B-Belum.. Pas Alvin di Rumah Sakit, kita enggak sejauh itu. Kita cuman c-ciuman aja, Bu." Jawab Alvin dengan suara yang sangat kecil dan bahkan nyaris tidak terdengar.

"Berarti kamu pertama kalinya itu sama Ardan? Bukan sama Daniel?" Tanya Ibunya. Alvin hanya menggangkuk lemah.

Memang kenyataannya seperti itu, Ardan adalah orang yang berhubungan badan dengannya. Karena Daniel tidak sampai sejauh itu.

"Alvin, Ibu sebenernya gak masalah kalo kamu pacaran sama Ardan. Karena Ibu yakin Ardan orangnya baik, tapi Ibu minta satu hal. Kamu kan masih punya rahim, kamu belum boleh hamil lagi. Jadi sebisa mungkin kamu jangan ngelakuin hubungan badan lagi sama Ardan. Kamu juga masih Kuliah, gak mungkin kamu ke kampus kalo kamu hamil lagi." Hati Ibu mana yang tidak sakit ketika mengetahui putra satu-satunya yang dibanggakan ternyata hamil padahal putranya adalah seorang pria.

"Suruh Ardan kesini, ngomong ke Ayah sama Ibu kalo dia serius sama hubungan kalian." Suara Ayahnya yang tiba-tiba terdengar membuat Alvin menolehkan kepalanya.

"Kalo cuman buat main-main mendingan kalian putus aja, Ayah gak mau putra Ayah dipacarin cuman karena nafsu semata doang." Hati Alvin seketika sesak mendengar ucapan Ayahnya.

Memang suara Ayahnya terdengar sangat santai, namun setiap kata yang terdengar membuat hati Alvin lumayan sakit.

"Sebenernya Ayah sama Ibu ngerestuin atau enggak sih?" Alvin bergumam didalam hatinya.

Matanya mulai terasa panas dan mulai kabur karena tertutup air yang siap jatuh dari matanya. Alvin hanya mengangguk tanpa mengatakan apapun. Namun karena hatinya merasa semakin sesak, Alvin pamit kepada Ayah dan Ibunya untuk pergi ke kamarnya dengan suara yang bergetar. Air matanya menetes diatas kertas yang berada didepannya.

"Vin, Alvin. Dengerin Ayah sama Ibu dulu. Ayah sama Ibu gak maksud nyakitin perasaan kamu." Ibunya terus memanggil nama Alvin ketika melihat air mata Alvin yang membasahi kertas desain butiknya, namun Alvin tidak berhenti dengan langkahnya.

SIKAPMU SEDINGIN BANDUNG [END] | PerthChimon (BL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang