Chapter 11: Fajar Baru

9 7 0
                                    

Setelah Malakar dikalahkan, medan perang kembali tenang. Pasukan Verellia dan Noctaria menyaksikan dengan napas tertahan, tak percaya bahwa kekuatan kegelapan yang telah menghantui mereka selama bertahun-tahun akhirnya lenyap.

Zarathustra berdiri terengah-engah, tubuhnya terasa lelah dari pertempuran hebat yang baru saja terjadi. Lucien mendekatinya, menaruh tangan di bahunya. "Kita berhasil," katanya dengan suara rendah namun penuh arti.

"Ya," Zarathustra setuju, meskipun dalam hatinya, ia tahu bahwa pertempuran ini bukanlah akhir dari segalanya. "Tapi ini baru permulaan. Dunia kita harus disembuhkan."

Lucien tersenyum tipis. "Dan kita akan melakukannya. Bersama-sama."

Ketika fajar perlahan menyingsing di ufuk timur, sinar matahari pertama mulai menerangi medan perang yang telah kosong. Pasukan Verellia dan Noctaria berjalan mendekat, bersiap memulai lembaran baru. Mereka tidak lagi sekadar dua kerajaan yang terpisah oleh perang dan kebencian. Kini mereka adalah satu, disatukan oleh perjuangan bersama dan ikatan antara api dan bayangan.

Di atas reruntuhan kuil kuno tempat mereka membangkitkan api kuno, Zarathustra dan Lucien berdiri berdampingan, menyaksikan dunia mereka yang perlahan-lahan kembali ke kedamaian.

"Kita harus menjaga keseimbangan ini," kata Zarathustra, melihat ke arah cakrawala. "Keseimbangan antara api dan bayangan."

Lucien mengangguk. "Dan kita akan. Dengan kekuatan yang kita miliki, dunia ini akan terbebas dari kegelapan."

Di kejauhan, matahari semakin tinggi, membawa cahaya baru yang menyinari dunia yang telah lama dikuasai oleh bayangan. Dan di sanalah mereka, Zarathustra dan Lucien, simbol dari penyatuan yang tak terpisahkan antara dua kekuatan besar. Mereka adalah penjaga keseimbangan, pahlawan dari sebuah kisah yang akan dikenang sepanjang masa.

DIANTARA API DAN BAYANGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang