Perjalanan menuju gua kuno bukanlah hal yang mudah. Gua itu terletak di ujung paling terpencil dari kerajaan Noctaria, di sebuah lembah yang diliputi kabut tebal. Zarathustra dan Lucien, bersama pasukan elit dari kedua kerajaan, melakukan perjalanan melalui hutan yang tampak seperti tertidur, seolah-olah alam sendiri menahan napasnya. Di sepanjang perjalanan, burung-burung berhenti berkicau, dan suara alam seolah menghilang sepenuhnya.
Ketika mereka tiba di mulut gua, perasaan tidak nyaman menyelimuti mereka. Gua itu menjulang di depan mereka, gelap dan dalam, seperti mulut yang siap menelan apa pun yang berani mendekat. Simbol-simbol purba yang tertulis di dinding gua terlihat samar dalam cahaya obor, dan Zarathustra merasakan energi aneh yang memancar dari dalam.
"Kita harus berhati-hati," bisik Lucien, meskipun suaranya terdengar di antara keheningan yang mencekam.
Mereka masuk ke dalam gua, langkah-langkah mereka bergema di sepanjang lorong-lorong sempit. Suasana terasa semakin berat saat mereka berjalan lebih jauh ke dalam kegelapan. Dinding-dinding gua dipenuhi dengan lukisan kuno yang menggambarkan sosok-sosok raksasa yang tertutup dalam bayangan dan api, pertempuran hebat yang melebihi apa pun yang pernah dilihat manusia.
"Kekuatan ini... terasa jauh lebih besar dari yang bisa kita bayangkan," gumam Zarathustra saat mereka melewati salah satu lukisan yang menggambarkan langit yang terbelah oleh api dan bayangan.
Di tengah gua, mereka menemukan sebuah ruangan besar dengan lantai marmer hitam yang dipenuhi ukiran rumit. Di pusat ruangan itu, berdiri sebuah altar kuno yang memancarkan energi yang luar biasa kuat. Di atas altar, terletak sebuah kristal besar, memancarkan cahaya redup yang berganti antara merah api dan hitam pekat.
"Ini adalah sumber dari semua ini," bisik Lucien, matanya terpaku pada kristal itu. "Ini adalah kekuatan yang telah lama terkubur."
Namun, sebelum mereka bisa bergerak lebih jauh, bayangan mulai bergerak di sekitar mereka. Dari sudut-sudut ruangan, sosok-sosok tak berbentuk muncul, perlahan membentuk figur yang tinggi dan gelap. Mata mereka berkilauan dengan cahaya merah, dan aura mereka memancarkan kebencian yang dalam.
"Siapa kalian?" tanya Zarathustra, suaranya gemetar tapi tetap tegas.
Salah satu dari sosok itu melangkah maju, suaranya terdengar seperti bisikan ribuan jiwa yang hilang. "Kami adalah penjaga kekuatan kuno ini. Dan kalian... telah datang untuk membangunkan apa yang tidak seharusnya bangkit."
Zarathustra dan Lucien saling menatap, menyadari bahwa mereka kini berada di tengah-tengah sesuatu yang jauh lebih besar dari sekadar penyatuan kerajaan. Mereka berhadapan dengan kekuatan yang mungkin bisa menghancurkan semua yang telah mereka bangun.
"Kami tidak berniat membangkitkan apa pun," kata Lucien dengan tenang. "Kami hanya ingin memastikan bahwa kekuatan ini tidak jatuh ke tangan yang salah."
Penjaga itu tertawa rendah. "Kalian terlambat. Kegelapan ini sudah bangkit. Dan tidak ada yang bisa menghentikannya sekarang."
Sebelum mereka bisa bereaksi, lantai gua mulai bergetar. Cahaya dari kristal di altar semakin terang, hingga akhirnya meledak dalam kilatan api dan bayangan yang memancar ke seluruh ruangan. Zarathustra dan Lucien terlempar ke belakang, terhempas oleh gelombang kekuatan yang tak tertahankan.
Ketika mereka terbangun, kristal itu telah lenyap, digantikan oleh sosok tinggi berlapis bayangan, dengan api membara di matanya. Dia bukan Malakar, tapi sesuatu yang jauh lebih kuat dan purba. Sesuatu yang telah menunggu selama berabad-abad untuk bangkit kembali.
"Dunia ini," kata sosok itu dengan suara yang mengguncang ruangan, "akan kembali pada kegelapan yang sejati. Api dan bayangan milik kalian hanya serpihan dari kekuatan yang aku bawa."
Zarathustra dan Lucien berdiri dengan lemah, namun tekad mereka tidak goyah. Mereka tahu bahwa ini adalah ujian terakhir mereka. Dunia kini tergantung pada kekuatan mereka untuk mengalahkan kegelapan yang baru terbangun ini.
Dan dengan cahaya api dan bayangan yang menyala di dalam diri mereka, mereka siap untuk pertempuran yang menentukan nasib dunia.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIANTARA API DAN BAYANGAN
FantasíaKerajaan Verellia dan Noctaria telah lama berseteru, terpisah oleh sejarah permusuhan yang kelam. Namun, semuanya berubah ketika Aetheria, Phoenix legendaris milik Princess Zarathustra dari Azhura, tiba-tiba menghilang. Hilangnya sang Phoenix tidak...