Setelah serangkaian peristiwa dramatis yang telah mengubah nasib kerajaan mereka, Zarathustra dan Lucien merasa saatnya telah tiba untuk merayakan cinta mereka dengan cara yang lebih dalam dan bermakna. Momen yang penuh harapan dan kebangkitan ini menggugah keinginan untuk mengukuhkan kembali komitmen mereka satu sama lain, sebuah janji yang dibangun di atas dasar kepercayaan dan kekuatan yang telah mereka bangun bersama.
Malam itu, taman istana Verellia disiapkan dengan penuh perhatian. Lilin-lilin kecil dipasang di sepanjang jalan setapak, dan bunga-bunga berwarna-warni menghiasi setiap sudut. Dalam cahaya lembut yang menyinari malam, Zarathustra mengenakan gaun putih yang anggun, sementara Lucien tampil dengan setelan formal yang membuatnya tampak gagah dan berwibawa. Keduanya bersinar dengan aura cinta yang tulus, menciptakan suasana yang penuh kehangatan.
Mereka memilih malam bulan purnama untuk memperbarui janji mereka. Purnama yang bercahaya memberikan latar belakang yang sempurna untuk momen yang sangat spesial ini. Ketika mereka berjalan ke arah altar yang sederhana namun indah, di mana dua lilin besar dinyalakan sebagai simbol cahaya yang mengusir kegelapan, Zarathustra merasakan jantungnya berdegup kencang. Setiap langkah terasa penuh harapan dan keinginan untuk masa depan.
Di hadapan mereka, beberapa teman dekat dan anggota keluarga berkumpul, semua merasakan keajaiban momen tersebut. Mereka tahu betapa sulitnya perjalanan yang telah dilalui oleh Zarathustra dan Lucien, dan sekarang, melihat cinta mereka yang kuat, membuat semua orang terharu.
Lucien mengambil tangan Zarathustra, merasakan kehangatan dan kekuatan di dalam genggaman mereka. "Ketika kita pertama kali berjanji di hadapan dunia, kita berdua masih sangat muda dan penuh impian. Kita tidak tahu betapa sulitnya jalan di depan kita. Tetapi kita telah mengatasi semuanya. Kini, di hadapan semua orang yang kita cintai, aku ingin mengulangi janji itu."
Zarathustra menatap mata Lucien dengan ketulusan yang dalam. "Cintaku, kita telah melewati api dan bayangan bersama. Aku telah melihat kegelapan, tetapi cinta kita adalah cahaya yang membuatku merasa kuat. Aku berjanji untuk mencintaimu hari ini, besok, dan selamanya. Apakah kita akan terus bersatu dan berjuang untuk apa pun yang kita hadapi di masa depan?"
Lucien tersenyum dengan penuh kebahagiaan, matanya bersinar di bawah sinar bulan. "Ya, aku berjanji untuk selalu melindungimu, untuk menjadi teman terbaikmu, dan untuk mencintaimu dengan segenap hatiku. Kita akan menghadapi dunia bersama, tidak peduli seberapa gelapnya."
Dengan itu, mereka melangkah lebih dekat ke altar. Seorang pendeta tua, yang telah lama mengenal mereka dan menyaksikan perjalanan cinta mereka, berdiri di sana dengan senyum hangat. "Hari ini, kita berkumpul untuk menyaksikan pembaruan janji yang sudah terikat di antara kalian. Cinta yang tulus adalah kekuatan yang tidak dapat dipatahkan, dan kita semua hadir untuk merayakan momen ini."
Mendengar kata-kata itu, Zarathustra merasakan haru. Dia ingin mengungkapkan betapa pentingnya Lucien baginya. "Kita telah belajar bahwa cinta bukan hanya tentang kata-kata, tetapi juga tentang tindakan. Aku berjanji untuk mendukungmu dalam setiap langkahmu dan berjuang bersamamu dalam setiap pertempuran."
Lucien mengangguk, "Dan aku akan selalu menghargai keberanianmu dan kekuatanmu, Zarathustra. Cinta kita adalah kekuatan tak tertandingi, dan bersamamu, aku merasa mampu menghadapi apa pun."
Mereka kemudian saling bertukar cincin, simbol kekuatan dan ketahanan cinta mereka. Saat mereka mengenakan cincin tersebut, pendeta melanjutkan dengan doa yang menegaskan cinta mereka, mengikat mereka kembali dalam janji yang telah diperbarui.
Ketika upacara selesai, kerumunan bersorak, merayakan cinta yang telah teruji oleh waktu dan tantangan. Zarathustra dan Lucien, dengan mata penuh kebahagiaan, berpelukan erat. Dalam momen itu, mereka merasa seolah-olah dunia di sekeliling mereka lenyap, hanya ada mereka berdua yang berdiri di bawah sinar bulan.
Selama perayaan yang diadakan setelahnya, para tamu menikmati hidangan lezat dan berdansa di bawah sinar rembulan. Zarathustra dan Lucien meluangkan waktu untuk berbincang dengan setiap tamu, berbagi cerita dan tawa, tetapi dalam hati mereka, mereka tahu bahwa malam ini adalah awal dari fase baru dalam kehidupan mereka.
Ketika malam semakin larut, Zarathustra dan Lucien menjauh dari kerumunan, mencari ketenangan di tempat yang lebih sepi. Mereka menemukan diri mereka di tepi kolam yang dikelilingi oleh bunga lotus yang mekar. Refleksi bulan di permukaan air menciptakan suasana yang tenang dan indah.
"Lucien," kata Zarathustra dengan lembut, "aku merasa sangat beruntung memiliki kamu di sampingku. Kamu adalah pelita dalam kegelapan, kekuatan saat aku merasa lemah. Cinta kita adalah satu-satunya hal yang tak terkalahkan."
Lucien tersenyum lebar, merangkulnya lebih erat. "Aku juga merasakannya, Zarathustra. Kita telah berjuang keras untuk mencapai momen ini, dan aku tidak ingin melewatkan setiap detik bersamamu. Kita akan menghadapi apa pun yang datang ke depan bersama."
Dengan kehangatan yang mengalir di antara mereka, mereka saling berciuman lembut di bawah sinar bulan. Ciuman itu penuh rasa syukur, cinta, dan harapan untuk masa depan yang cerah. Mereka tahu bahwa bersama, mereka dapat mengatasi segala rintangan yang ada di depan.
Malam itu, saat mereka duduk di tepi kolam, bercengkerama dan tertawa, mereka membuat janji baru, tidak hanya untuk cinta mereka tetapi juga untuk masa depan yang ingin mereka bangun bersama. Janji yang diperbarui ini bukan hanya tentang kekuatan cinta mereka, tetapi juga tentang komitmen untuk terus berjuang demi kesejahteraan kerajaan mereka dan seluruh rakyat.
Saat bulan semakin tinggi di langit, mereka berdua merasakan kekuatan baru dalam diri mereka. Mereka berjanji untuk tidak hanya mencintai satu sama lain, tetapi juga mencintai dan melindungi dunia yang telah menjadi rumah bagi mereka. Dan di dalam hati mereka, cinta itu akan menjadi senjata terkuat yang akan menghadapi segala kegelapan yang mungkin kembali mengancam.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIANTARA API DAN BAYANGAN
FantastikKerajaan Verellia dan Noctaria telah lama berseteru, terpisah oleh sejarah permusuhan yang kelam. Namun, semuanya berubah ketika Aetheria, Phoenix legendaris milik Princess Zarathustra dari Azhura, tiba-tiba menghilang. Hilangnya sang Phoenix tidak...