Gagal?

657 70 6
                                    

Hallo readers, disini kata-kata nya sedikit beda sama yang aku spoiler kemarin gapapa kan? tapi alurnya tetap sama cuma kata-kata nya sedikit aku ubah.
.
.
.
.
happy reading🤍

Pagi ini Hazel memasak seperti biasa sembari menunggu Mahen keluar dari kamar nya, Hazel bertekat dengan yakin untuk jujur saat sarapan nanti.

Hazel menata makanan di atas meja makan, dengan tidak sabar dia duduk menunggu Mahen.

Setelah beberapa menit kemudian Mahen menuruni tangga dengan tas kerja di tangan nya dan pakaian jas yang rapi.

"Lama banget hen" Hazel menaruh beberapa makanan di piring kosong Mahen,

Mahen duduk di depan nya, dan menerima piring yang sudah di siapkan Hazel "Emang iya? perasaan aku turun kaya jam biasanya aja deh" sahut Mahen sambil melihat ke arloji nya,

Mahen memang ke meja makan jam seperti itu biasanya hanya saja Hazel merasa terlalu lama menunggu karna sedang menantikan saat dimana dia akan jujur.

"Tau ah, lupain aja" Hazel menghindari tatapan Mahen dan berusaha fokus pada sarapan nya.

Mahen sejak tadi malam merasakan gelisah yang tidak dia pahami, dia mulai sarapan dengan hati yang berdegup kencang karna kegelisahan.

Di tengah-tengah acara sarapan mereka, Mahen memecahkan keheningan dengan pertanyaan yang menghantui pikiran nya sejak malam "Kamu pagi ini ada ngecek kamarnya Maxim?"

Hazel menggeleng "Aku belum ada ke kamar Maxim"

Mahen hanya mengangguk kemudian melanjutkan sarapan nya, "Mahen, aku mau jujur sesuatu" nada serius dalam kata Hazel membuat udara ketegangan di atas mereka.

"Jujur apa? " sahut Mahen menghentikan sarapan nya dan fokus pada tatapan Hazel.

Hazel menundukkan pandangan nya ke lantai, jantung nya berdegup kencang, beberapa kali dia bergerak gelisah di bangku nya.

Tangan lentik yang cantik melilit leher Mahen dengan lembut sambil berkata "Selamat pagi sayang" wanita itu mengecup pipi Mahen,

Hazel dan Mahen sama-sama terdiam membeku sebelum akhirnya Mahen mendorong wanita itu menjauh dan segera berdiri dari kursi nya,

Mood Hazel turun drastis melihat kejadian itu, dia memilih untuk pergi ke kamar bayi (kamar Maxim).

Mahen menyaksikan kesedihan di wajah Hazel terpampang jelas, dia kembali menatap wanita di depan nya, "BRENGSEK! gimana caranya anda masuk ke dalam rumah ini?" emosi Mahen menggebu-gebu.

Dengan tanpa berdosa nya wanita itu memasang wajah pura-pura polos "Kenapa kamu marah pada ku, sayang? salahkan wanita sialan itu yang merekut ku sebagai babysitter baru untuk anak ku sendiri"

'plak'

Satu tamparan keras mengenai wajah wanita itu "SIAPA YANG ANDA BILANG WANITA SIALAN ITU?! DASAR JALANG TIDAK TAU MALU!!" kemarahan Mahen sampai di puncaknya saat mendengar hinaan yang keluar dari mulut wanita itu untuk Hazel.

Wanita itu merintih sakit, dia memegangi pipinya yang berbekas tamparan tangan Mahen, "Sebenci apapun kamu dengan ku, jangan lupakan fakta bahwa akulah ibu bayi kita, kamu tidak bisa memisahkan aku dan bayi ku"

Kekehan tajam dan keseriusan di wajah Mahen membuat suasana serasa mencengkam, "Bayi kita? jangan lupakan fakta bahwa bayi itu adalah hasil dari kamu sebagai JALANG di club bajingan, aku tidak pernah menyentuh mu! encamkan itu" suara Mahen memberat penuh dengan kemarahan,

Mata tajam Mahen mematikan siapa saja yang melihat nya "Dan ingat! kamulah yang meninggalkan anak mu saat itu! mulai detik ini Maxim bukan anak mu lagi!"

"Tenanglah, aku tidak akan menganggap anak haram itu sebagai anak ku dengan syarat berikan aku uang, atau aku akan terus meneror keluarga ini dan yang terpenting aku akan buat hidup orang yang kamu sayangi hancur" ancam wanita itu dengan senyuman liciknya.

"Dasar wanita gila" setelah selesai dengan kalimat nya, Mahen mendengar suara isak tangis dari lantai atas, siapa lagi yang menangis selain Hazel? di rumah ini tidak ada siapa-siapa lagi, baru saja Mahen ingin melangkah ke arah tangga, Hazel muncul dari penglihatan nya membawa Maxim di gendongan nya menuruni tangga.

"Mahen..." panggil Hazel lirih dengan tangisan pilu, menggendong tubuh kecil Maxim menuruni tangga.

Mahen terdiam melihat Maxim di gendongan Hazel dengan wajah pucat, tubuh kecil itu tak lagi bergerak, mata kecil itu tertutup sempurna, tubuh kecil yang hanya memakai popok itu terlihat banyak lebam di tubuh nya.

Mahen menatap Hazel meminta penjelasan, hati nya sakit melihat sosok kecil di gendongan Hazel.

Hazel menggeleng, "Aku-..menemukannya di bak mandi bayi penuh dengan air-" Hazel tidak sanggup menahan isak tangis nya "Dia tenggelam hen.. " tangisan pilu Hazel menggema di rumah itu.

Hazel peluk erat tubuh kecil di gendongan nya.

Mahen berbalik untuk menatap Wanita yang masih berdiri di dekat meja makan "Shinta!! WANITA IBLIS!" Mahen mengepalkan tangannya siap untuk menghampiri wanita itu _shinta_

Sebelum Mahen menghampiri shinta untuk menghajarnya hingga mati, shinta lebihh dulu melarikan diri keluar dari rumah Mahen.

Mahen berlari untuk mengajar, "Mahen.." panggilan lirih dari Hazel membuat langkah mahen terhenti, dia berbalik untuk menghampiri Hazel yang terus memeluk tubuh Maxim dengan tangisan yang tak pernah henti.

Mahen peluk tubuh Hazel yang masih menangis dengan Maxim di pelukan eratnya.

'Dia bukan anak ku, tapi aku yang merawat nya selama beberapa bulan terakhir ini' batin Hazel.

'Tuhan aku memang membenci anak ini tapi itu dulu, sekarang aku gagal melindungi anak kecil yang tidak berdosa ini' batin Mahen.







Sampai sini dulu ya,jangan lupa vote komen, kalau bisa mampir di book ke dua ku ya, sampai jumpa di part berikutnya, bye.

where is daddy? [markhyuck - Gs] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang