Janji Mahen

435 61 7
                                    

Hallo readers, semoga part kali ini kalian puas ya baca nya, aku up nya ga beraturan karna emang dari awal cuma iseng aja bikin book ini jadi ga bikin jadwal gitu loh, tapi aku ada rencana bikin book yang baru  dan aku up nya berjadwal kira-kira ada yang mau baca ga?
.
.
.
.
happy reading🤍




  "Aku minta maaf zel, maaf" Mahen terus memohon pada Hazel.

Hazel bingung harus bagaimana, tentang foto itu, ah bagaimana jika itu kekasih nya? pertanyaan-pertanyaan itu terus memutari otak nya, Hazel menatap ke arah lain agar tidak bersitatap dengan mata memohon Mahen.

Mahen terus mendongak berharap Hazel mau menatap nya kembali, "Bangun" ujar Hazel sambil mengangkat bahu Mahen namun mata nya tetap tidak mau menatap ke arah Mahen.

"Engga zel, engga mau, maafin aku" Mahen kekuh pada keinginan nya untuk meminta maaf, ia tidak akan berdiri sampai Hazel memaafkan nya.

Hazel mati-matian menahan air mata nya agar tidak jatuh, sebenarnya hal seperti ini lah yang Hazel tunggu namun di hati nya seperti ada yang janggal dan menolak.

Mulut nya ingin mengatakan sesuatu namun sangat sulit terucapkan, Hazel kembali bungkam lupa bagaimana caranya mengeluarkan suara, dengan mulut nya berat ia bersuara "Bangun lah, aku sudah maafkan ka mahen" walaupun kalimat itu berhasil keluar dari mulut nya, ia tetap enggan untuk menatap Mahen.

Mahen berdiri berusaha meraih pundak Hazel, namun sang empu menghindar, membuat tangan Mahen meraih udara kosong "Hazel" lirih Mahen menatap Hazel yang sedikit menjauh dari nya.

"Aku sudah memaafkan mu bukan berarti kamu boleh menyentuh ku" Hazel menjauh dari Mahen yang ingin meraih bahu nya.

Mata Mahen sudah sembab karna menangis "Kenapa? sebelum-sebelum nya kamu ga permasalahin kalau aku pegang"

Hazel tetap tidak mau menatap Mahen, hati nya terasa sakit ingin mengatakan alasan sebenarnya, tapi Hazel tidak mengerti perasaan sakit seperti apa yang hati ini rasakan, "Aku sudah maafkan kamu, anggap aja ga ada yang terjadi" kalimat itu lah yang berhasil keluar dari mulut nya, ia duduk di pinggir kasur.

"Aku bakal keluar dari rumah mu setelah ini, tapi tenang saja Casle akan tetap bersama mu" kalimat seterusnya dari Hazel membuat Mahen seperti tersambar petir, Mahen menggeleng lalu kembali berlutut di depan Hazel yang sedang duduk di pinggir kasur.

"Jangan, jangan keluar dari rumah ku" katakan lah bahwa Mahen terlalu cengeng disini, toh siapa pun akan menangis jika mendengar bahwa orang yang mereka sayang ingin pergi jauh.

Mahen menangis, dengan posisi berlutut itu Mahen bisa menaruh kepala nya di pangkuan Hazel. Hazel bungkam, tangan nya ingin mengangkat kepala Mahen namun rasanya sangat berat, tangan nya sulit untuk ia gerakan.

"Tetap disini, jangan tinggalkan aku lagi" lirih Mahen, tangan Hazel bergerak namun bukan untuk menjauhkan kepala Mahen dari pangkuan nya, tangan itu malam mengusap surai hitam Mahen.

Mahen merasakan tenang dan nyaman dengan usapan tangan itu di rambut nya.

Hazel tidak bisa menghentikan tangan nya, ia berusaha setenang mungkin agar suara nya jelas "Ga perlu memohon seperti ini, aku memang sudah seharusnya keluar dari rumah mu, aku ga mau pacar mu salah paham ka"

where is daddy? [markhyuck - Gs] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang