Di kamar Aeris. Alex menatap adiknya dengan tegas. "Tunggu di sini. Aku akan panggil Bibi Marie," katanya.
Aeris hanya mengangguk patuh, dan beberapa saat kemudian, Alex pun pergi entah ke mana. Begitu pintu tertutup, Aeris tak bisa menahan tawa. "Pft... hahaha!! Ternyata menjahili orang itu seru ya!" Ia tertawa terbahak-bahak, lalu sesaat kemudian menggigil kedinginan. Ia beranjak ke dekat perapian dan duduk di sana, memeluk kedua lututnya untuk menghangatkan diri.
Tak berapa lama kemudian, terdengar suara dari pintu. "Nona..." Bibi Marie datang sendirian, membawa kotak P3K di tangannya. "Kaki Nona terkilir? Mari pindah ke tempat tidur dulu, biar saya obati."
Aeris menoleh dan berkata, "Tidak perlu, Bi. Aku baik-baik saja."
Bibi Marie tampak bingung, "Tadi Tuan Muda bilang..."
"Sstt..." Aeris memotong. "Aku hanya bercanda. Tapi jangan beritahu Kakak, ya. Aku ingin pura-pura sakit untuk sementara waktu."
Bibi Marie tampak ragu, "Tapi Nona..."
Aeris memasang wajah cemberut. "Theo dan Kak Alex juga sering menjahiliku, ayolah Bi, sekali saja~" Ia memasang wajah memelas, membuat
Bibi Marie tak bisa menolak lagi.
"Baiklah, jadi sekarang saya harus bagaimana?""Cukup pasangkan perban saja di pergelangan kakiku, dan katakan bahwa aku perlu banyak istirahat."
Bibi Marie mengangguk, kemudian mulai memasang perban di kaki Aeris.
Saat sedang fokus, tiba-tiba terdengar suara Alex dari pintu, "Bagaimana?" tanyanya.
Baik Aeris maupun Bibi Marie langsung terkejut. Bibi Marie dengan gugup menjawab, "Um... itu..."
Aeris dengan cepat mengalihkan perhatian, "Tidak apa-apa, Kak. Besok pasti kakiku sudah bisa digerakkan. Benar, kan Bi?"
Bibi Marie menjawab, "I-iya. Nona juga harus banyak istirahat."
Alex mengangguk paham. Setelah kakinya selesai diperban, Aeris berkata, "Bibi, bisa tolong ambilkan selimut? Aku kedinginan."
"Baik, Nona. Tunggu sebentar."
Selagi Bibi Marie mengambil selimut, Alex yang sudah berdiri di dekat Aeris menatapnya dengan penuh curiga. "Separah itukah kakimu sampai-sampai harus diperban?"
Aeris dengan yakin menjawab, "Tentu saja! Apa Kakak pikir aku pura-pura sakit?"
Alex tak menjawab dan hanya memalingkan wajah. Ia kemudian duduk di di sofa yang berada tak jauh dari Aeris. Bibi Marie datang membawa selimut. "Ini selimutnya, Nona."
"Terima kasih, Bibi~ Bibi bisa pergi sekarang, semua orang pasti sibuk untuk persiapan pesta, kan?"
Bibi mengangguk, "Baik, Nona. Kalau begitu, saya pamit undur diri..." Bibi Marie pun pergi dari sana, meninggalkan Aeris hanya berdua dengan kakaknya.
Aeris menoleh ke arah Alex lalu memasang wajah menyedihkan. "Kakak..." panggilnya.
Alex menoleh tanpa menjawab.
"Aku lapar," ucap Aeris.
"Lalu?" tanya Alex tak peduli.
"Bawakan aku makanan," pinta Aeris sambil tersenyum polos.
Alex seketika memasang wajah kesal, lalu berkata, "Kenapa tidak minta pada Bibi saja tadi?"
Aeris menjawab, "Hmm... semua pelayan pasti sedang sibuk sekarang, apalagi Bibi Marie yang merupakan kepala pelayan. Jadi aku harus minta tolong pada siapa? Hmm... apa aku ambil sendiri saja, ya? Ah, tapi kakiku..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir yang Berulang [END]
FantasyAeris adalah seorang gadis muda yang selalu merasakan tekanan dan ketidakadilan dari kedua kakak tirinya, Alex dan Theo. Sejak kecil, hidupnya penuh dengan penderitaan dan ketidakbahagiaan. Kebencian Aeris terhadap mereka tumbuh seiring berjalannya...