Aeris melangkah dengan santai menuju dapur, niatnya sederhana—mencari cemilan untuk mengganjal perut. Namun, alangkah terkejutnya ketika ia mendapati dapur dalam keadaan kacau, penuh dengan kepulan asap yang menggelegak seperti awan gelap. Matanya segera menangkap sosok Theo di tengah asap yang menyesakkan, berdiri dengan wajah cemas di tengah-tengah kobaran yang mengancam.
Aeris menjerit dengan panik, suaranya terputus-putus karena asap. "Theo! Apa yang kamu lakukan?! Kemana perginya para pelayan? Kenapa kamu tiba-tiba memasak?!"
Dengan gesit, Aeris mematikan kompor yang mengepul dan mengangkat teflon yang sudah hangus. Asap masih berkabut di udara, dan bau gosong menyengat hidungnya.
Theo, dengan ekspresi penuh penyesalan, menjelaskan, "Sebentar lagi Kak Alex akan ulang tahun. Aku pikir dia tidak akan mau menerima hadiah material karena tidak ada gunanya."
Aeris mengerutkan dahi, bingung. "Tapi kenapa harus dengan memasak? Kamu bisa saja menulis surat, kan?"
Theo menunduk, wajahnya menunjukkan keputusasaan. "Aku sudah mencoba menulis surat, tapi tidak ada yang berhasil..."
Aeris menghela napas panjang, membayangkan bagaimana usaha Theo sebelumnya hingga membuat keadaan seperti ini. Tindakannya untuk berusaha menyiapkan sesuatu yang spesial mungkin telah membawa lebih banyak masalah ketimbang kebahagiaan.
"Ah... tidak bisa begini. Aku harus turun tangan!" seru Aeris, tekadnya membara. "Kalau ulang tahun, pasti harus ada kue, kan?"
Dalam keributan itu, Theo hanya bisa mengangguk, wajahnya tetap cemas. Aeris segera melangkah ke arah meja, siap untuk mengambil alih dan memperbaiki kekacauan yang ada. Ia menggulung lengan bajunya hingga ke siku, lalu mengikat rambutnya ke belakang.
"Kamu siap, Theo?"
Theo mengangguk, matanya bersinar penuh tekad.
"Ayo kita mulai!"
[Cara membuat kue]
[1. Siapkan bahan-bahan]
Mereka berdua segera beraksi, Aeris dan Theo mulai bergerak dengan penuh semangat, mengumpulkan bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat kue. Dapur yang awalnya penuh kekacauan mulai teratur kembali. Aeris memimpin dengan penuh keyakinan, tangannya bergerak gesit saat mengeluarkan tepung, gula, telur, dan mentega dari lemari dapur. Theo dengan hati-hati mengikuti setiap langkah, mempersiapkan peralatan yang diperlukan.
[2. Campurkan bahan-bahan]
"Bahan-bahan sudah siap, mari kita mulai!" kata Aeris dengan berapi-api. Mereka bekerja sama, mencampurkan bahan-bahan dengan cekatan. Suara mixer yang berputar, desisan oven yang terbuka, dan aroma manis yang mulai tercium menyelimuti dapur.
Setelah adonan tercampur rata, mereka dengan hati-hati menuangkannya ke dalam loyang dan memasukkannya ke dalam oven. Meskipun begitu, tak lama kemudian, asap mulai mengepul dari dalam oven. Aroma gosong mulai menggantikan aroma manis yang sebelumnya mengisi dapur.
"Aeris, kebakaran!" seru Theo dengan panik, matanya membesar melihat asap yang semakin tebal.
Aeris, walaupun sedikit panik, berusaha menjaga ketenangannya. "Kalau segini namanya bukan kebakaran!" jawabnya dengan berani. "Ini hanya sedikit asap!"
Di tengah kekacauan ini, pintu dapur terbuka dan Alex muncul, menatap dengan wajah bingung. "Keributan macam apa ini? Apa yang sedang kalian buat?" tanyanya sambil terbatuk-batuk akibat asap yang masih menyelimuti ruangan.
[3. Kakak, apa benar begini cara membuatnya?]
Dengan cepat, Aeris dan Theo menarik keluar loyang dari oven. Asap perlahan menghilang, memperlihatkan hasil kerja mereka—satu loyang kue yang telah hangus, hitam dan gosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir yang Berulang [END]
FantasyAeris adalah seorang gadis muda yang selalu merasakan tekanan dan ketidakadilan dari kedua kakak tirinya, Alex dan Theo. Sejak kecil, hidupnya penuh dengan penderitaan dan ketidakbahagiaan. Kebencian Aeris terhadap mereka tumbuh seiring berjalannya...