"Ayo~!" Theo, yang keras kepala, mulai menarik paksa Aeris menuju tempat sewa papan selancar. "Ayo ke tempat sewa papan selancar itu!" serunya dengan semangat yang tidak bisa dihentikan.
"Tunggu dulu! Aku belum ganti pakaian renang! Kamu ingin aku mati tenggelam, huh?!" Aeris berteriak panik.
Theo tiba-tiba menutup mulut Aeris dengan tangannya, wajahnya berubah serius. "Jangan sembarangan mengatakan mati!" ucapnya tegas.
Aeris menatap tajam, kemudian menggigit tangan Theo yang menutup mulutnya dengan keras.
"Aargh!! Sakit!!" Theo mengeluh, menarik tangan kembali dengan wajah kesakitan.
"Apa yang kalian lakukan? Kenapa belum ganti pakaian?" tanya Alex, yang tiba-tiba muncul di depan mereka.
"Loh? Kakak juga ikut?" tanya Aeris heran.
"Tentu saja. Aku kan harus menghabiskan waktu berharga bersama adik-adikku," jawab Alex dengan nada penuh perhatian.
Aeris hanya bisa meringis mendengar kata-kata Alex yang terdengar menggelikan di telinganya.
"Kakak... tolong jangan bicara dengan kata-kata menggelikan seperti itu lagi," ucap Aeris dengan nada memohon.
Alex hanya tersenyum lembut, sambil mengusap-usap kepala Aeris dengan penuh kasih sayang. "Ayo ke ruang ganti."
Beberapa menit kemudian, Alex dan Theo berdiri di depan salah satu bilik ganti, menunggu Aeris yang masih ada di dalam sana. Theo tampak bosan, bersandar pada papan selancar yang ditancapkan ke tanah.
"Hei, Aeris. Kenapa lama sekali? Kamu tidur, ya?" tanya Theo, tidak sabar.
"Sabar sebentar," jawab Aeris dari dalam bilik ganti, suaranya terdengar samar.
Tak lama kemudian, Aeris keluar dengan penampilan yang berbeda dari biasanya. Ia mengenakan setelan bikini merah muda yang dihiasi renda imut di atasannya, melangkah dengan canggung sambil mengusap kedua bahunya.
"Apakah terlihat aneh? Aku belum pernah memakai pakaian seperti ini," ucapnya, wajahnya merah padam, mencoba menutupi rasa malunya.
"Pakaian macam apa itu?!!" teriak Alex dan Theo secara bersamaan, suara mereka penuh dengan keterkejutan.
Aeris tersentak kaget, melangkah mundur. "K-kenapa?"
"Kamu sudah gila ya?! Bagaimana bisa kamu berpakaian seperti itu?!" teriak Theo, penuh kepanikan.
Alex dengan sigap melilitkan sebuah handuk besar hingga menutupi seluruh tubuh Aeris. "Kalian, tunggu di sini," perintah Alex sebelum melangkah pergi entah kemana.
Tinggallah Theo dan Aeris, saling adu mulut dengan suasana tegang.
"Kenapa reaksi kalian berlebihan seperti ini?! Bukankah ini normal? Lihat gadis di ujung sana, dia juga berpakaian sama!" protes Aeris, masih tidak mengerti.
"Tidak boleh! Bagaimana kalau ada bajingan cabul yang menatapmu?!" Theo membalas dengan ketegasan yang tak tergoyahkan.
"T-tapi...!"
"Tidak ada bantahan!" potong Theo, tegas.
Tak lama kemudian, Alex kembali dengan membawa sebuah paper bag yang sebelumnya tidak ada. Dia menyerahkan paper bag itu kepada Aeris dengan ekspresi tegas.
"Pakailah ini," perintah Alex dengan nada yang tidak bisa dibantah.
"Dari mana kakak—"
"Tidak usah banyak tanya dan pakai saja," potong Alex, tidak memberikan ruang untuk perdebatan lebih lanjut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir yang Berulang [END]
FantasyAeris adalah seorang gadis muda yang selalu merasakan tekanan dan ketidakadilan dari kedua kakak tirinya, Alex dan Theo. Sejak kecil, hidupnya penuh dengan penderitaan dan ketidakbahagiaan. Kebencian Aeris terhadap mereka tumbuh seiring berjalannya...