Setelah sarapan, Aeris berjalan keluar dari ruang makan, berniat kembali ke kamarnya. Namun, Theo yang berdiri di balik pintu dengan sengaja mengangkat kakinya saat Aeris melewati. Aeris pun tersandung dan tersungkur ke depan. Ia segera duduk lalu menatap Theo dengan kesal.
Theo berteriak, "Kamu benar-benar menyebalkan! Berhenti mendekati kami dan pergilah!"
Aeris menjawab dengan tenang namun tegas, "Kamu tahu? Kita tidak akan sering bertemu kalau kamu berhenti menggangguku."
Theo menatapnya dengan tajam, dan Aeris membalas tatapannya dengan tidak kalah sengitnya.
"Dasar jelek," ejek Theo.
"Dasar bodoh," balas Aeris.
"Apa yang terjadi di sini?" suara Grace terdengar dari kejauhan. Ia pun menghampiri keduanya.
"Ibu—"
"Aeris tersandung kakinya sendiri, Ibu," potong Alex tiba-tiba.
"Ya, itu yang terjadi, Ibu," sambung Theo.
Aeris menggeram menahan amarahnya. Alex? Sejak kapan dia ada di sini?
Grace bertanya dengan khawatir, "Benarkah? Apa kamu baik-baik saja, Aeris?"
"Kamu harus lebih berhati-hati. Sini, pegang tanganku," ucap Alex sambil mengulurkan tangannya pada Aeris.
Lihatlah dia pura-pura baik di depan Ibu. Kamu pikir cuma kamu yang bisa berakting, hah?
Aeris menyambut uluran tangan Alex, kemudian tersenyum manis, "Terima kasih, Kakak~" ucapnya.
Alex tiba-tiba mematung melihat reaksi gadis itu,
Apa-apaan reaksinya itu?
Ketika Aeris menggenggam tangannya, Alex tiba-tiba melepaskan tangannya sehingga Aeris terduduk lagi ke lantai.
"Aeris!" panggil Grace khawatir.
"Seharusnya kamu memegang tanganku dengan benar," ucap Alex tanpa rasa bersalah.
Aeris menggeram. Hah! Jadi maksudmu aku jatuh karena salahku sendiri?
"Tidak, aku—"
"Ya ampun, Aeris, kamu harus lebih berhati-hati lagi. Apa tubuhmu terasa sakit?" ucap Grace sambil membantu Aeris untuk berdiri.
Aeris menyerah. Memilih untuk mengalah, tak mengatakan yang sebenarnya. "Tidak, Ibu, aku baik-baik saja. Aku akan lebih berhati-hati lagi."
Tak lama kemudian, John datang, "Honey, kita pergi sekarang."
"Oh ya, kita hampir telat."
John berpesan kepada anak-anaknya, "Anak-anak, jaga perilaku kalian selama kami pergi. Alex, jaga Aeris baik-baik ya."
"Iya, Ayah," jawab Alex.
John dan Grace pun pergi. Alex menatap ke arah Aeris dengan tatapan tajam, kemudian berkata, "Sekarang aku tahu. Ternyata kamu punya bakat menipu orang. Aku tidak tahu bagaimana kamu menghasut Ayah, tapi itu tidak akan berhasil pada kami."
Aeris menatapnya marah.
"Keluarga? Kamu bilang keluarga? Aku tidak akan pernah mengakuinya," ucap Alex sebelum berbalik pergi.
Theo menambahkan, "Aku harap kamu menghilang," ucapnya sebelum akhirnya pergi menyusul Alex.
Kini tinggal Aeris sendiri, berusaha menahan amarahnya. "Sabar, Aeris. Mereka hanya anak-anak," ucapnya dalam hati, mencoba menenangkan dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir yang Berulang [END]
FantasyAeris adalah seorang gadis muda yang selalu merasakan tekanan dan ketidakadilan dari kedua kakak tirinya, Alex dan Theo. Sejak kecil, hidupnya penuh dengan penderitaan dan ketidakbahagiaan. Kebencian Aeris terhadap mereka tumbuh seiring berjalannya...