CHAPTER 6

122 11 2
                                    

Pukul 6 sore, senja melukis langit dengan warna keemasan saat Grace dan John kembali ke rumah. "Selamat datang, Ayah, Ibu," sambut Alex dengan penuh hormat.

John, dengan raut wajah yang dipenuhi kecemasan, bertanya, "Di mana Aeris?" Tanpa menunggu jawaban, dia segera melangkah menuju kamar Aeris, dengan Grace mengikuti di belakangnya.

"Oh Aeris, apakah kamu demam lagi? Apa kamu baik-baik saja?" tanya Grace yang khawatir, membawa nampan berisi makanan kesukaan Aeris, aroma lezatnya memenuhi ruangan.

Aeris tak menjawab, hanya diam menatap sang ibu. Di sudut ruangan, Alex diam-diam memperhatikan, sementara Theo yang baru datang bersembunyi di balik Alex, takut dimarahi.

Grace berkata lembut, "Aeris, walaupun lidahmu terasa pahit, cobalah untuk makan sedikit, ya?" Grace menyuapi Aeris dengan hati-hati. "Bagaimana? Apa enak?" tanyanya penuh harap.

Aeris menjawab pelan, suaranya hampir seperti bisikan, "Ini enak, Ibu."

Grace tersenyum lega, matanya berbinar, "Syukurlah."

Aeris kemudian menoleh ke arah John, "Ayah, aku ingin minum," ujarnya pelan.

Mendengar itu, John seketika mematung, tak percaya dengan apa yang baru didengarnya.

"A-Ayah...? Tadi kamu menyebut Ayah? Bisakah kamu mengulanginya sekali lagi, Aeris," pintanya dengan suara bergetar, seakan ingin memastikan mimpinya menjadi nyata.

Aeris tersenyum lembut, penuh kehangatan, "Ayah, aku ingin minum."

John tersenyum terharu, "Y-ya, Aeris, Ayah akan ambilkan minuman untukmu." Dengan langkah tergesa namun penuh kebahagiaan, ia pergi mengambil air.

Di sisi lain, Alex dan Theo menatap Aeris dengan tatapan tajam dan penuh emosi yang tak terbendung. Aeris hanya membalas tatapan mereka dengan senyum tipis.

Ekspresi mereka sangat bagus untuk dilihat. Jika aku tidak bisa bangun dari mimpi ini dalam waktu dekat, aku akan hidup seperti yang aku inginkan.

Beberapa hari kemudian, ketika senja mulai melabuhkan cahaya lembutnya, Grace yang baru saja pulang segera bergegas menuju kamar putrinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beberapa hari kemudian, ketika senja mulai melabuhkan cahaya lembutnya, Grace yang baru saja pulang segera bergegas menuju kamar putrinya. "Aeris, Ibu dan Ayah membelikan beberapa baju baru untukmu. Apa kamu mau mencobanya?" tanyanya penuh semangat.

"Tentu saja, Ibu," jawab Aeris dengan antusias.

Ia pun mencoba satu per satu pakaian barunya, memutar tubuhnya di depan cermin. "Bagaimana, Ibu, Ayah?" tanyanya, matanya berbinar meminta pendapat.

Grace tersenyum bangga, "Wah, Aeris, kamu memang cantik memakai apapun. Bagaimana menurutmu, Honey?" tanyanya pada John.

John mengangguk setuju, matanya berkilau penuh cinta, "Ya, putri kita memang cantik."

Aeris tersipu malu, pipinya merona.

"Ah, seharusnya Ibu membeli lebih banyak baju lagi," ucap Grace sambil tertawa kecil, lalu mulai memilih-milih baju yang paling bagus untuk dipakai besok.

Takdir yang Berulang [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang