Kediaman keluarga Ashford, disambut oleh embun malam yang lembut, tampak penuh dengan kehangatan dan kenyamanan. Di depan pintu utama, Alex berdiri dengan senyuman hangat menghiasi wajahnya yang kelelahan. Aeris, yang baru pulang, melihat sosoknya dan seketika melupakan segala kelelahan selama perjalanan.
"Kakak!!" teriak Aeris, suaranya penuh dengan kegembiraan dan kelegaan setelah 3 hari tak bertemu dengan sang kakak. Ia melesat ke arah Alex, seolah ingin menyerap seluruh kehangatan yang ditawarkannya. Dalam pelukan yang erat, Alex merasakan betapa dalamnya rasa rindu dan kekhawatiran yang selama ini mengganggu adiknya.
Alex, meskipun tubuhnya masih tampak lemah, memeluk balik sang adik dengan penuh kasih sayang. Tangannya dengan lembut mengusap kepala Aeris, tatapannya penuh kehangatan.
"Kenapa kakak di sini? Apa dokter sudah membolehkan kakak pulang?" tanya Aeris, suaranya dipenuhi dengan campuran kekhawatiran dan kelegaan.
Alex mengusap kepala Aeris dengan lembut, senyumnya tidak pernah pudar. "Kakak sudah lebih baik sekarang. Karena itu dokter membolehkan kakak pulang," jawabnya dengan nada menenangkan. "Bagaimana karya wisatanya? Apa menyenangkan?"
Aeris mengangkat kedua bahunya dengan ekspresi santai. "Hmm... yah, lumayan~" jawabnya, mencoba untuk tampak ceria.
Alex yang memperhatikan perubahan ekspresi Aeris, mengernyit bingung. Ia menoleh ke arah Theo, yang berdiri sedikit di belakang. "Apa terjadi sesuatu selama di sana?" tanyanya.
Aeris, dengan tatapan mata yang penuh makna, menoleh ke arah Theo. Keduanya seakan berbicara dalam diam, saling mengerti tanpa perlu mengucapkan kata-kata. Mereka sepakat untuk merahasiakan kejadian malam itu dari Alex, tidak ingin menambah beban pikirannya.
Theo, mencoba untuk menjaga suasana tetap tenang, menjawab dengan santai. "Tidak ada. Kami hanya bersenang-senang."
Alex menatap Theo dengan penuh kepercayaan, lalu tersenyum mendengar jawaban itu. "Syukurlah kalau begitu," ucapnya lega.
Mereka bertiga kemudian melangkah masuk ke dalam rumah, suasana hati terasa lebih hangat dan tenang. Dengan cepat, aroma makanan yang lezat mulai menyebar di udara, menandai waktu makan malam yang penuh kehangatan.
Saat mereka duduk di meja makan, keheningan malam dihiasi dengan suara riang tawa dan percakapan ringan. Alex, Aeris, dan Theo menikmati kebersamaan mereka, melepaskan penat dan merayakan kembalinya Aeris dan Theo.
Di dalam ruang kantor yang luas dan terawat, Alex duduk di balik meja mahogani yang elegan, dikelilingi oleh tumpukan berkas dan dokumen penting. Alex memandang ke arah Eric, sekretarisnya yang setia, dengan tatapan yang tegas.
"Eric," panggil Alex dengan nada yang penuh kehati-hatian, "Aku ingin kamu mengatur rapat pemilihan direktur baru dalam waktu dekat."
Eric tertegun, kepalanya menoleh sedikit, seolah mencari kepastian dari kata-kata yang baru saja didengar. "Mengapa tiba-tiba, Pak?" tanyanya dengan nada cemas, mencoba memahami alasan di balik keputusan mendadak ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir yang Berulang [END]
FantasyAeris adalah seorang gadis muda yang selalu merasakan tekanan dan ketidakadilan dari kedua kakak tirinya, Alex dan Theo. Sejak kecil, hidupnya penuh dengan penderitaan dan ketidakbahagiaan. Kebencian Aeris terhadap mereka tumbuh seiring berjalannya...