Tak terasa sudah hampir dua minggu Bibi Margaret tinggal di rumah itu. Namun, akhir-akhir ini Aeris merasa pajangan di koridor depan kamarnya kian hari semakin berkurang.
"Ini benar-benar aneh, padahal aku yakin kemarin siang masih melihat guci itu di sini," gumamnya. "Apa Bibi Marie yang memindahkannya? Tapi untuk apa?"
Karena penasaran, Aeris pun memutuskan untuk bertanya pada Bibi Marie. Ia menemui Bibi Marie di dapur, yang sedang sibuk menyiapkan makanan. "Bibi, apa Bibi melihat guci kesayangan ibu yang ada di depan kamarku?"
"Bukannya ada di sana, Nona?" Bibi Marie balik bertanya sambil menghentikan aktivitasnya sejenak.
"Tidak, saat aku lihat pagi ini sudah tidak ada," jawab Aeris sambil mengernyitkan dahi.
"Hm... mungkin ada yang memindahkannya. Nanti akan saya cari ya, Nona," sahut Bibi Marie dengan senyum tenang.
"Baiklah," jawab Aeris, mengangguk pelan. Ia merasa sedikit lega, meskipun masih ada rasa penasaran yang menggelayut di benaknya.
Tiba-tiba, Bibi Marie berseru, "Ah! Omong-omong, Nona! Ayo kita pergi ke pasar malam nanti malam bersama Tuan Muda!"
"Pasar malam? Kenapa tiba-tiba?" tanya Aeris bingung, menatap Bibi Marie dengan alis terangkat.
"Anda bertiga kan sudah tidak keluar rumah selama dua minggu. Ayo keluar untuk mengganti suasana. Hari Senin kan Nona akan masuk sekolah lagi," ujar Bibi Marie dengan semangat.
"Hmm... tapi, memangnya Kak Alex setuju?" tanyanya ragu, membayangkan kakaknya yang selalu serius dan jarang sekali mau bersenang-senang.
"Tentu saja! Tadi saya sudah minta izin! Dan Tuan bilang setuju," jawab Bibi Marie dengan senyum lebar.
"Hah? Bibi serius?!" Aeris tak percaya. Matanya membesar, mencoba menangkap kebenaran di wajah Bibi Marie yang ceria.
Bibi Marie mengangguk yakin. Aeris terdiam sejenak, merenungkan berita tak terduga itu. Seorang Alex...? Mau pergi ke pasar malam? batinnya.
"Baiklah, Bi. Aku akan pergi," akhirnya Aeris menyetujui, meskipun hatinya masih diliputi rasa tak percaya. Mungkin, ini bisa menjadi awal yang baik untuk memperbaiki hubungan mereka. Aeris tersenyum samar, harapan mulai bersemi di hatinya.
Malam harinya, Aeris bersiap-siap dengan antusias. Ia mengenakan gaun sederhana berwarna biru lembut yang membuatnya terlihat anggun. Saat melihat dirinya di cermin, ia berharap malam ini akan menjadi malam yang berkesan.
Di ruang tamu, Alex dan Theo sudah menunggu. Theo tampak bersemangat, sementara Alex terlihat lebih tenang, meskipun ada kilatan ketidaknyamanan di matanya. "Ayo kita pergi," kata Alex dengan nada yang lebih lembut dari biasanya.
Di pasar malam, suasana begitu meriah. Lampu-lampu berwarna-warni, aroma makanan yang menggugah selera, dan suara tawa anak-anak menciptakan atmosfer yang hangat. Theo langsung menarik Aeris menuju stand permainan, sementara Alex mengikuti dengan langkah tenang, memperhatikan sekitar dengan seksama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir yang Berulang [END]
FantasyAeris adalah seorang gadis muda yang selalu merasakan tekanan dan ketidakadilan dari kedua kakak tirinya, Alex dan Theo. Sejak kecil, hidupnya penuh dengan penderitaan dan ketidakbahagiaan. Kebencian Aeris terhadap mereka tumbuh seiring berjalannya...