Bab 3

612 82 0
                                    

Keduanya baru saja tiba di halaman rumah Tian yang cukup megah. Saat Muthe akan turun Tian menahannya.

"Jangan bilang kak Chika ya kalo kita sama-sama lupa dan ketemu di kantor," kata Tian.

"Iyee, gue juga gak mau kali diomelin kak Chika!" Kata Muthe melepas tangan Tian yang tadi menahannya dan segera turun mendatangi iparnya yang sudah menunggu di depan pintu.

"Pa kabar dek?" Tanya Chika memeluk Muthe.

"Kangen kakak," kata Muthe manja.

Tian hanya melongo saat keduanya masuk tanpa menunggu dirinya. Dalam hatinya bertanya, ini yang adeknya siapa sih! Gerutunya sambil membawa barangnya dan Muthe di bantu ART nya.

Tidak lama ketiganya sudah duduk bersama menyantap makan malam mereka. Tidak banyak obrolan yang keluar saat makan. Hanya basa basi singkat Chika yang menanyakan kabar adiknya yang gak pernah pulang itu.

"Bang Aran mana?" Tanya Tian memperhatikan kursi kosong disebelah Chika.

"Biasa, lagi dinas luar," jawab Chika dengan nada sedikit jutek.

"Oh..," Tian tidak melanjutkan pertanyaannya karena paham ketidak nyamanan kakaknya.

"Kalian pa kabar? Muthe juga dah jarang kesini lho," kata Chika menyadarkan Muthe dari lamunannya.

"So far so good, perusahaan dah bisa di handle dari sini, jadi gue sementara ini gak akan balik kesana," kata Tian masih terus makan.

"Muthe kenapa gak makan, dari tadi di aduk-aduk aja makanannya?" Tanya Chika membuat Muthe hanya nyengir menghentikan kegiatannya mengaduk makanannya.

"Gak papa kak," Muthe menjawab singkat.

"Sini kakak suapin aja, lama gak nyuapin kamu," kata Chika meminta Muthe pindah. Muthe sebenarnya sedikit gengsi karena ada Tian, namun karena Chika memaksa akhirnya dirinya bergeser kesebelah Chika dan makan dengan disuapin Chika.

"Kak, gue ke kamar duluan ya," pamit Tian meninggalkan keduanya.

Chika dan Muthe hanya mengangguk melihat Tian meninggalkan meja makan. Tidak banyak perubahan pada wajah Muthe yang masih terlihat canggung.

"Tian masih dingin ya? Maafin ya, Tian emang dari dulu gitu sibuk bengong sama dunianya sendiri," kata Chika sambil memasukan makanan ke dalam mulut Muthe. Keduanya tampak seperti mama dan anak bayinya.

"Lu yang sabar ya ma dia, jangankan lu, gue aja suka gak dikabarin apa-apa kok ma dia," kata Chika menggerutu tentang adiknya, Muthe hanya tersenyum mendengar penuturan iparnya.

"Oia, kata mama, lu sekarang dah mulai kerja di salah satu brand lokal?" Tanya Chika hanya di jawab anggukan dan senyum oleh Muthe.

"Lu kenapa gak kerja di perusahaan kita aja sih, kan bisa langsung jadi designer utama," kata Chika mendadak membuat Muthe tersedak sampai Chika mengambilkan minum.

"Gak mau kak, Muthe pengen nyoba berjuang sendiri, gak mau manja lagi," kata Muthe. Namun keduanya memandang tangan Chika yang sudah di depan mulut Muthe dan tertawa bersama.

"Manja tapi masih disuapin," kata Chika geleng-geleng, membuat Muthe hanya bisa senyum-senyum malu.

Setelah makan Muthe segera menuju kamar Tian. Sebenarnya dia bingung kamar Tian yang mana, namun karena disaat dia bingung Tian keluar kamar jadi dia bisa tau itu kamar Tian.

"Mau kemana?" Tanya Muthe melihat Tian membawa guling dan buku bacaan.

"Tidur di kamar tamu," jawab Tian santai.

"Eh tar kakak malah nanyain!" Protes Muthe panik.

"Udah, gak papa, sana tidur kamar gue," kata Tian berlalu melewati Muthe menuju kamar tamu yang ada di seberang kamarnya.

Muthe memandang sekeliling kamar Tian yang belum pernah di masukinya padahal pernikahan mereka sudah 7 tahun.

Warna dinding biru gelap senada dengan seprainya, dinding yang dihiasi beberapa ornamen khas pria macam hiasan dinding band metal. Namun yang membuat Muthe kaget sebuah foto di meja kerja Tian, foto pernikahan mereka 7 tahun lalu.

Muthe akhirnya bersiap mengganti bajunya. Baru saja melepas kaosnya tiba-tiba Tian masuk kamar dan membuat keduanya kaget dan berteriak.

Muthe segera menutup badannya dan membalikan badannya memunggungi pintu sementara Tian segera kembali keluar.

"Kenapa dek?" Tanya Chika dan beberapa ART yang kaget muncul dari tangga. Tian hanya menggeleng dengan wajah yang memerah.

Chika sepertinya memahami yang terjadi dan menyuruh para ART meninggalkan mereka. Chika mendatangi Tian yang masih berdiri bengong mematung di depan pintu kamarnya.

"Makanya punya istri itu jangan di anggurin, lu gak boleh tidur di kamar tamu!" Protes Chika beranjak menuju kamar tamu.

Tian baru sadar omongan kakaknya sepersekian detik kemudian, sehingga terlambat mencegah kakaknya. Chika melempar guling dan buku bacaan Tian kearahnya dan mengunci kamar tamu.

"Itu istri lu, 7 tahun lu tinggal, jadi cowo tanggung jawab! Inget pesen papa mama!" Kata Chika ngomel dan meninggalkan adiknya. Kalo udah gini Tian gak akan berani sama kakaknya.

**************************************

Happy reading

My HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang