Muthe berdiri di depan lobi. Dirinya lupa kalau tidak membawa kendaraan, dirinya lebih lupa kalo abis berantem sama Tian. Saat ini dirinya bingung mau pulang gimana, karena gak ada kendaraan, ogah telpon Tian tapi gak dapet-dapet taxi online.
"Lho Muth, kok belom pulang? Gak bawa kendaraan?" Tanya Rasya dari dalam mobilnya.
"Ah iya, hehe," Muthe hanya menjawab sekenanya dan memandang sekitar.
"Ikut gue aja gue anter," kata Rasya keluar dari mobilnya untuk membuka kan pintu.
"Gak usah pak," kata Muthe menolak halus.
"Udah ayo gak papa," kata Rasya sedikit memaksa mendorong Muthe masuk mobilnya. Akhirnya Muthe terpaksa masuk. Rasya yang riang segera menutup pintu dan kembali ke posisinya.
Mobil mahal Rasya perlahan meninggalkan tempat kerja mereka. Yang mereka tidak sadar adalah mobil yang berhenti di belakang mereka saat Muthe masuk ke dalam mobil. Sebuah wajah kusut memandang dari dalam mobil berdecak emosi.
Demi menjaga rahasia hubungannya, Muthe memutuskan pulang kerumah mamanya bukan rumah suaminya. Rasya yang tadinya hendak mampir langsung di larang dan di suruh pulang oleh Muthe.
"Lho, sayang, kok sendirian? Suaminya mana? Kamu naik apa?" Tanya mamanya yang bingung dengan kehadiran Muthe.
"Dianter temen ma, Muthe mau sekalian ambil mobil makanya kesini," kata Muthe basa basi.
"Udah bilang sama suamimu?" Tanya mamanya. Muthe hanya diam.
"Lho gimana sih, ya ijin dulu sama suamimu," kata mamanya. Muthe hanya cemberut hingga akhirnya mamanya menyadari ke cemberutan Muthe.
"Kenapa lagi kamu?" Tanya Mamanya menarik nafas panjang dan duduk disebelah Muthe.
"Ma, aku sama Tian gak cocok, banyakan diem-dieman, Tian juga gak mau dengerin aku ngomong," kata Muthe menopang dagunya.
"Kalian udah lama gak komunikasi aja kali," kata Mamanya menenangkan Muthe.
"Muthe," suara lembut itu membuat Muthe dan mamanya menoleh. Disana ada Tian berdiri.
"Eh Tian, masuk nak, udah makan belom?" Tanya mamanya Muthe pada Tian.
"Udah ma, Tian cuman mau jemput Muthe aja kok, abis tadi di jemput ke tempat kerja udah pulang," kata Tian senyum.
"Tuh kan di cariin suaminya," kata sang mama menepuk lengan Muthe.
"Ngapain kesini?!" Tanya Muthe ketus sambil cemberut.
"Heh, kok gitu sih!" Protes mamanya lagi.
"Udah yuk pulang, kamu gak capek ngomel terus?" Tanya Tian hanya senyum, mengelus rambut Muthe.
Muthe merasa aneh diperlakukan begitu, namun membuatnya luluh. Dirinya akhirnya menurut dengan Tian dan akhirnya ikut pulang bersama Tian.
"Lu kok diemin gue?" Tanya Muthe kembali kesal. Mereka masih dalam perjalanan pulang. Semenjak meninggalkan rumah Muthe, Tian kembalu ke setelan pabriknya yang hanya diam.
"Hmmm, emang harusnya gue gimana?" Tanya Tian mulai buka suara.
"Marah kek, apa kek, gimana pun kan gue istri lu, kok lu gak ada respon sama sekali," kata Muthe bete.
"Hmmm, nanti kita bahas di rumah aja," kata Tian menghentikan obrolan mereka. Tian memacu mobilnya agar segera sampai dirumah.
"Hai sayang, capek ya," kata Chika menyapa Muthe yang langsung memeluknya. Tatapan sinis langsung ditujukan Chika pada adiknya.
"Gue ke kamar," kata Tian langsung beranjak pergi meninggalkan keduanya.
"Maapin Tian ya, dia emang agak tolol, keseringan jatoh kayaknya waktu kecil," kata Chika masih tetap memeluk Muthe.
"Sebenernya Tian gak salah kak, itu salah paham aja,"kata Muthe akhirnya menceritakan pada Chika yang sebenarnya terjadi antara mereka.
"Ya udah, kalian ngobrol berdua sana, jangan malah saling kabur dari masalah," kata Chika mengecup pipi imut Muthe. Muthe perlahan berjalan meninggalkan kakak iparnya menuju kamarnya.
Didalam kamar dilihatnya Tian sedang duduk di meja kerjanya. Muthe mendatanginya duduk di sebelahnya.
"Tian, aku mau minta maaf," kata Muthe manja. Tian hanya menoleh sesaat dan tersenyum kemudian kembali memandang laptopnya.
"Iihh Tian, aku kan lagi bicara!!" Protesnya dengan nada yang menggemaskan membuat Tian tersenyum melihat Muthe yang menggemaskan.
Tian menutup laptopnya dan memutar posisi duduknya menghadap Muthe. Muthe menarik nafasnya beberapa kali sebelum berbicara.
"Muthe minta maaf ya, tadi cuman salah paham aja, Muthe tadi nahan tangan Rasya biar gak manggil Tian," kata Muthe.
"Hmm, Muthe malu ketauan punya suami gue?" Tanya Tian.
"Iih stop lu gue! I'll try to be your wife here!" Kata Muthe menggemaskan.
"Hufft, i'm sorry, aku terlalu dingin ya sama Muthe? Maaf ya, maaf aku gak menjalankan kewajibanku selama ini sebagai suami, maaf 7 tahun ini kamu g ngerasa punya suami, ijin kan aku coba memperbaiki ya, aku udah janji sama papa, buat bahagiain kamu," kata Tian perlahan tapi pasti menggenggam tangan Muthe.
Senyum diwajah Muthe mulai sumringah. Akhirnya keduanya mau mencoba memperbaiki hubungan tak berarti selama 7 tahun ini.
**************************************
Happy reading

KAMU SEDANG MEMBACA
My Hubby
Fiksi PenggemarChrisMuth another story Jangan di bawa ke real life ya Hanya hiburan semata Jika ada kesamaan nama itu hanya kebetulan yang diniatkan saja