Bab 11

1.1K 126 1
                                    

"Mutheeee!!!" Teriak Cindy dari ruangannya. Muthe segera berlari dari sana. Dirinya berpapasan dengan Khatrin yang tersenyum licik.

"Lu tu yee, gak bisa kerja bener dikit!" Kata Cindy marah-marah. Muthe jelas bingung dengan apa yang terjadi.

Tiba-tiba Cindy keluar dari ruangannya dan berjalan menuju area Muthe. Muthe hanya berjalan mengiringi di belakangnya. Gracie memberikan gesture bertanya ada apa, sementara Muthe hanya mengangkat bahunya.

"Design lu sampah!" Teriak Cindy marah-marah. Dirinya melihat design Muthe yang sebenarnya baik-baik saja.

Tiba-tiba Cindy mengambil cutter di meja Muthe dan langsung merobek-robek hasil karya Muthe. Muthe mencoba menahan namun di dorong oleh Cindy sampai terjatuh. Garcie langsung menolongnya.

"Lu kalo gak paham design keluar aja dari sini!" Kata Cindy kesal dan pergi meninggalkan Muthe.

Muthe terduduk menangis melihat karyanya yang hancur. Semua mata tertuju padanya. Cindy tidak pernah semarah ini. Gracie mencoba menghibur Muthe yang menangis sesenggukan.

Siang itu Tian baru saja selesai meeting saat Chika menelponnya sambil marah-marah. Tian otomatis bingung karena sang kakak marah-marah padanya.

"Kak Indah!" Panggil Tian setelah Chika menutup telpon begitu saja.

"Kenapa pak?" Tanya Indah muncul di pintu.

"Panggil Muthe ke ruangan saya," kata Tian bingung.

"Mutiara yang divisinya bu Cindy pak?" Tanya Indah. Tian hanya mengangguk sambil berusaha menelpon Muthe.

Tian menelpon Muthe namun tidak diangkat. Sudah berulang kali di cobanya namun hasilnya nihil. Akhirnya dia hendak menuju ruangan Muthe saat Indah masuk.

"Maaf pak, mba Muthenya tadi pulang setelah jam makan siang, sakit kata mba Gracie," ucap Indah. Tian berubah panik dan segera mengambil jasnya.

"Lah kemana pak?" Tanya Indah bingung.

"Cancel semua meeting, ada urusan keluarga!" Kata Tian melangkah pergi.

Tepat di depan pintu lobby dirinya berpapasan dengan Cindy yang menyapanya dengan manja namun tak digubrisnya dan segera beranjak pergi dari sana.

Dirinya menelpon mama Muthe dan menanyakan keberadaan Muthe. Muthe berada di rumah dan sejak tadi mengurung diri di kamarnya.

Tian segera meluncur menuju rumah mertuanya. Sesampainya disana sang mertua langsung menyuruhnya menemui Muthe dikamarnya.

"Sayang, aku masuk ya," kata Tian melangkah masuk kedalam kamar bernuansa pink itu. Muthe meringkuk di tempat tidur.

"Hei, kamu kenapa?" Tanya Tian duduk disebelahnya sambil mengelus lembut rambut istrinya.

"Aku kayaknya emang gak kuat mental deh, aku nyerah," kata Muthe yang pucat itu.

"Kenapa sih?" Tanya Tian lagi.

"Kak Cindy ngamuk-ngamuk dan ngerusak design ku," jawab Muthe sambil cemberut.

"Oh....," Tian hanya menjawab begitu. Hal ini membuat Muthe menoleh sinis.

"Lho gak, maksudnya... aduh... gimana ya?!" Tian panik sendiri karena lirikan Muthe.

"Aku nyebelin ya? Childish? Gak suka!?" Protes Muthe lagi. Tian hanya senyum mengelus pipi istrinya.

Dalam hatinya sebenarnya Muthe udah luluh. Berfikir, kenapa gak dari dulu aja sih suaminya ini ada di sebelahnya, tau tiap marah di sayang gini kan enak, batinnya.

"Dih senyum," goda Tian membuat Muthe kembali cemberut.

"Iya-iya ampun, mana Muthe yang selalu di banggain mama sama kak Chika, mana Muthe yang kata kak Chika kalo aku gak pulang Muthe bakal jadi independen woman yang gak butuh aku?" Kata Tian membuat Muthe lebih tenang dan bangkit duduk di sebelah suaminya.

"Jadi kamu pulang karena aku?" Tanya Muthe tiba-tiba.

"Kok jadi bahas itu sih?" Kata Tian berusaha mengalihkan.

"Ssttt, stop, jawab dulu!" Kata Muthe memegang wajah Tian menghadapnya.

"Huft, iya, aku sadar aku bukan suami yang baik, aku sadar dulu mungkin kita mulai dengan cara yang salah, kak Chika negur aku, bilang aku gak cuman nyakitin kamu kalau begini terus, tapi mama papa juga, kak Chika bilang, aku yang butuh kamu bukan kamu yang butuh aku," kata Tian mengelus lembut rambut wanitanya. Keduanya tersipu, namun tanpa aba-aba wajah keduanya makin mendekat.

Hidung mereka mulai bersentuhan, dan saat bibir mereka hanya terpaut beberapa centi pintu kamar Muthe terbuka.

"Eh sori, kirain kalian kemana," kata Mama melongo dari pintu.

"Ih mama ngerusak moment!" Protes Muthe cemberut. Mamanya buru-buru kabur. Tian hanya tertawa melihat tingkah istrinya.

"Udah makan?" Tanya Tian melihat wajah pucat Muthe. Muthe hanya menggeleng.

"Perutku sakit kayaknya karena stres dan telat makan, tadi pagi kan juga makannya sedikit," kata Muthe.

Tian tidak bertanya lagi melainkan mengangkat istrinya ala bride dan membawanya turun keruang makan.

**************************************

Happy reading

My HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang