Bab 23

323 54 3
                                    

Baru saja hukuman Delynn berjalan 2 hari, Delynn sudah mulai merayu Chika untuk membiarkannya jalan dengan teman-temannya. Chika adalah orang yang sama tegasnya dengan adiknya sehingga semua rayuan Delynn gagal.

Esok siangnya yang ditakutkan Chika terjadi. Saat Chika menjemput Delynn, dirinya sudah lebih dulu kabur bersama teman-temannya. Chika berusaha menelpon Delynn namun tidak diangkat, sampai akhirnya Chika mengancam memberitahu papinya dan jelas kondisinya akan lebih runyam dari sekarang. Delynn akhirnya minta dijemput oleh Chika di mall.

"Kamu itu mikir gak sih, kalo papi mu ngamuk kan kamu juga yang rugi," protes Chika pada Delynn yang masuk mobil sambil cemberut.

"Ish, mama mah gitu! Kayak gak pernah muda aja!" Protes Delynn cemberut.

"Mama mah mudanya gak nakal," celetuk Freya.

"Freya!" Tegur mamanya membuatnya menutup mulut. Delynn kesal mendengar ucapan sepupunya akhirnya dia hanya diam dalam perjalanan pulang.

"Kenapa kak?" Tanya Muthe melihat Delynn berjalan ke kamarnya sambil cemberut.

"Dia kabur ke mall sama temen-temennya," kata Chika merebahkan dirinya di sofa.

"Maaf ya kak jadi ngerepotin," kata Muthe gak enak hati. Chika menggerakan tangannya memberikan kode "thats okay".

"Lu ma Tian masih diem-dieman?" Tanya Chika lagi. Muthe hanya diam dan mengangguk.

"Dia mang keras, anaknya dididik begitu sama papa, makanya dulu dia milih lanjutin pendidikan daripada tinggal di indo sama lu yang istrinya, sabar ya," kata Chika.

"Iya kak, aku paham kok aku juga yang salah," kata Muthe tersenyum pait.

Sementara siang itu Tian sedang menemani Marsha makan siang. Awalnya karena Marsha sedang berada di dekat kantor Tian jadi mengajaknya makan siang bareng.

"Tian, jadi keinget jaman pacaran pas SMA," kata Marsha iseng.

"Ada-ada aja lu mah," kata Tian menyauti.

"Coba deh kamu inget lagi, kenapa kita bisa putus? Cuman karena kita bakal kepisah jarak kan? Kalo gak kita gak bakal putus tau," kata Marsha tertawa.

"Iya sih, sebenernya dulu juga gue sempet mikir bakal nikah ma lu, gak nyangka malah ketemunya lagi sekarang," kata Tian hanya tersenyum.

"Iya ya, waktu cepet juga ya dah berlalu, gak kerasa kita dah seumur ini, tapi kalo aku boleh jujur, kenangan kamu itu gak pernah ilang lho," kata Marsha dengan senyum manis gingsulnya. Membuat Tian terpana.

"Udah lah, yang udah lewat biar aja lewat, btw sori ni ya, semenjak suami lu meninggal lu gak nikah lagi?" Tanya Tian.

"Belum nemu yang kayak kamu," goda Marsha menopang dagunya memandang Tian membuat Tian grogi.

"Bisa aja sih lu," kata Tian dengan wajah memerah.

Tiba-tiba telpon Marsha berbunyi. Anaknya memintanya menjemputnya. Sehingga obrolan mereka harus terputus disitu.

"Minggu ini kamu ada acara gak?" Tanya Marsha tiba-tiba.

"Gak tau, kenapa?" Tanya Tian bingung.

"Aku mau sekedar mengulang masa lalu sama kamu boleh, anggep aja untuk terakhir kalinya," kata Marsha.

"Hmm, tar gue kabarin deh, gue gak janji ya," kata Tian. Marsha hanya mengangguk kemudian cipika cipiki dengan Tian sebelum pergi dari sana.

Tanpa mereka ketahui seseorang melihat keberadaan keduanya dari kejauhan dan segera pergi dari sana untuk menyebarkan info tentang Tian dan Marsha.

**************************************

Happy reading

My HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang