Siang itu sesuai yang disampaikan Indah, mereka meeting untuk membicarakan progres. Cindy agak terkejut dan bete saat melihat Indah ada disana bersama Tian.
"Lu kok disini?" Tanya Cindy ketus pada Indah.
"Gue yang suruh," kata Tian datar, sementara Indah hanya nyengir.
Cindy akhirnya memaparkan beberapa progres yang menurut Tian sebenarnya terlalu lambat. Dan beberapa produk terlalu mirip dengan yang sudah pernah mereka publish.
"Lu gak ada sesuatu yang baru gitu? Kan gue dah bilang Cin, penjualan kita mulai turun di tipe yang gini," kata Tian. Cindy terlihat gelagapan.
"Tar coba gue diskusiin lagi deh ma designer gue," kata Cindy.
"Oke gue tunggu, yuk kak," kata Tian beranjak pergi bersama Indah.
"Eh mau makan siang bareng gak?" Tanya Cindy tiba-tiba sambil menahan tangan Tian.
"Pak, makanan dari bu Chika masih di meja," kata Indah nyeletuk membuat Cindy kesal.
"Oh iya, sori ya, gue di bawain makan ma kakak gue," kata Tian pergi. Saat Indah menutup pintu dirinya masih melihat Cindy yang menggerutu padanya.
Saat Tian sedang makan Indah masuk kedalam ruangannya membawakan beberapa berkas dan meletakkannya di sisi meja.
"Kak, jujur gue suka takut ma si Cindy," celetuk Tian.
"Kenapa pak?" Tanya Indah senyum siap bergosip.
"Gue sempet nanya lu kan, yang gue bangun-bangun ada lu, ada siapa sebelomnya," kata Tian, Indah hanya manggut-manggut.
"Lu bilang ketemu Cindy disini kan? Masalahnya baju gue berantakan, dan gue gak inget abis ngapain," kata Tian.
"Naaah!!! Bapak tau kan gosipnya bu Cindy ngejar-ngejar bapak, jangan-jangan bapak dah di apa-apain tuh," kata Indah sok memasang wajah serius.
"Hah!" Tian panik memeluk dirinya sendiri membuat Indah tertawa.
"Dah pak, kan ada saya," kata Indah pergi meninggalkan Tian yang bengong membayangkan dirinya di gerayangi Cindy.
"Khatrina, Gracie, Mutiara, sini lu bertiga!" Panggil Cindy kesal.
Ketiganya datang dengan panik. Baru saja mereka masuk dalam ruangan, Cindy langsung melampiaskan ke kesalannya pada ketiganya.
"Sore ini design baru harus jadi! gue tunggu, harus out of the box, kalo gagal lu bertiga terima akibatnya!" Katanya Cindy kesal. Terus mengusir ketiganya pergi.
"Njrit, kenapa gue kena juga!" Kata Gracie lesu.
"Ayo mba semangat, kita pasti bisa, yuk," ajak Muthe kepada Gracie. Gracie jadi cukup semangat dan langsung kembali. Sementara Khatrin sudah hilang sejak keluar dari ruangan Cindy.
Muthe berusaha keras berfikir sesuatu yang menarik. Berusaha menyesuaikan temanya, ke kreatifitasan otaknya dan berusaha tidak nyeleneh seperti sebelumnya.
Tian baru selesai bekerja sekitar jam 7 malam. Dirinya sudah meminta supir untuk mengantarkan Muthe pulang. Saat dirinya bersiap pulang, Chika menelponnya.
"Dek, lu sama Muthe dimana? Kok belom pada pulang?" Kata Chika.
"Gue dikantor, masa Muthe belom pulang? Gue dah suruh supir jemput dari tadi," kata Tian terperanjak dari kursinya.
Tian segera mematikan ponselnya tanpa menunggu Chika menyahut. Dirinya berlari menyusuri lorong sepi kantornya. Dirinya bernafas lega saat memandang Muthe yang masih sibuk di areanya dengan segala keriwehannya.
"Kok gak ngabarin," kata Tian yang kembali mengatur nafasnya.
"Eh, ini jam berapa?" Muthe baru menyadari kalau dirinya sisa sendiri disana.
"Aku dah panik ternyata dia lagi asik disini," kata Tian senyum.
"Eh, gak boleh liat!" Kata Muthe langsung menutup manequinnya.
"Hahaha, siap, dah yuk pulang," kata Tian mengulurkan tangannya. Muthe langsung membereskan barangnya dan menyambut tangan Tian.
Mereka beranggapan kantor sudah sepi sehingga tidak ada yang melihat mereka bergandengan. Namun yang tidak mereka tau, sepasang mata memandang keduanya dengan wajah licik tidak jauh dari mereka.
**************************************
Happy reading

KAMU SEDANG MEMBACA
My Hubby
FanfictionChrisMuth another story Jangan di bawa ke real life ya Hanya hiburan semata Jika ada kesamaan nama itu hanya kebetulan yang diniatkan saja