"Wah Tian mulai macem-macem!" Protes Khatrina mulai emosi.
"Udah, mungkin mas belom sampe, atau ada perlu lain dulu," kata Muthe menahan Khatrina yang menggebu-gebu.
"Emang dia pergi dari jam berapa belom sampe? Kalo lu masih gak percaya, kita telpon Indah!" Kata Khatrina makin emosi dan hendak menelpon Indah, sekertaris Tian, namun Muthe menahannya.
"Udah-udah, gak usah Khat," kata Muthe masih berusaha senyum padahal hatinya gundah.
"Kenapa sih lu! Ni laki lu lagi macem-macem ni, gue gak peduli dia bos gue, kalo macem-macem ma sohib gue, gue sikat!" Kata Khatrina masih emosi.
"Cukup! Ini keluarga gue! Biar gue yang beresin!" Kata Muthe tegas membuat Khatrina terdiam kesal.
"Muth, cinta boleh, tapi jangan goblok!" Kata Khatrina kemudian pergi dari sana.
Tanpa Muthe sadari air matanya menetes begitu saja. Fikirannya kacau, apakah yang ditakutinya benar-benar terjadi. Apakah benar suaminya selingkuh darinya.
Sementara itu di tempat Tian dan Marsha. Mereka tengah asik menikmati udara dingin di area Lembang. Marsha tak lepas sedikitpun dari merangkul Tian. Bak dua orang kasmaran, keduanya tidak terpisahkan.
"Yang, dingin," kata Marsha manja menggosokan kedua telapak tangannya. Tian meraih tangan Marsha dan menghangatkannya dengan tangannya.
"Kangen deh masa-masa begini sama kamu, akhirnya kesampaian begini lagi sama kamu," kata Marsha meletakkan kepalanya di bahu Tian.
Tian sejak tadi hanya diam dan tersenyum. Namun love language nya yang act of service tidak berhenti memanjakan Marsha.
"Kamu kenapa? Gak suka kita gini?" Tanya Marsha melirik ke arah Tian. Tian hanya tersenyum.
Marsha langsung merubah posisinya dan menangkupkan kedua tangannya di pipi Tian.
"Aku sayang kamu, aku gak mau kehilangan kamu lagi, nikahin aku ya," kata Marsha yang langsung memajukan wajahnya, sehingga bibirnya dan bibir Tian bertemu.
Delynn sejak tadi tidak fokus bermain ataupun shopping dengan tantenya. Dirinya sibuk saja dengan hpnya. Wajahnya sudah di tekuk berlipat-lipat.
"Hei sayang, kenapa sih daritadi kayak marah-marah terus?" Tanya Chika merangkul keponakannya.
"Nelpon papi gak bisa-bisa, gak diangkat," kata Delynn.
"Kenapa nelpon papi?" Tanya Chika lagi.
"Biar papi pulang, kasian mami sakit," kata Delynn yang terlihat mulai stress.
"Oh itu yg daritadi ganggu pikiranmu?" Tanya Chika. Delynn hanya mengangguk dengan wajah masih cemberut.
"Mau pulang aja? Biar mama anter," kata Chika. Delynn ragu akan apa yang harus dia lakukan. Dirinya ingin liburan, namun sang mami sakit dan papinya tidak dapat dihubungi.
"Ma, Delynn pulang sendiri aja naik taksi gak papa, kasian papa sama Freya kalo mama nganter Delynn, Delynn gak papa kok," kata Delynn meyakinkan Chika.
"Beneran?" Tanya Chika lagi.
"Iya gak papa Ma," kali ini Delynn gak menunggu jawaban Chika dan langsung pergi dari sana.
Sesampainya di rumah Delynn langsung mencari maminya ke kamar maminya. Disana didapati maminya tertidur dengan wajah lelah dan mata sembab. Delynn memutuskan membiarkan maminya istirahat dahulu.
Tian yang sejak sampai di Bandung hpnya di sita oleh Marsha makin gelisah karena, walau suara nya kecil tapi dirinya tau kalau Delynn menelponnya sejak tadi.
"Kenapa yang, kok gelisah gitu," kata Marsha memeluk Tian dari belakang. Saat ini keduanya sedang berada di dalam penginapan yang disiapkan Marsha.
"Sha, hp ku mana?" Tanya Tian.
"Kan udah janji hari ini buat aku," kata Marsha tidak mau melepaskan Tian bahkan mulai menjelajahi leher dan tengkuk Tian dengan bibirnya.
Tangan Marsha terus bergerilya di dada bidang Tian dan setiap inchi tengkuk Tian tidak luput dari bibir Marsha.
Sekali lagi ringtone bernada Hisatsu teleport, ringtone khusus putri kesayangan Tian kembali berbunyi. Entah kekuatan dari mana, kesadaran Tian yang sempat terbang bersama tiap hembusan nafas Marsha kembali dan mendorong Marsha menjauh.
Marsha terkaget dengan reaksi Tian. Tian dengan segera mencari hp nya di dalam tas Marsha dan mengangkat telpon putrinya.
**************************************
Happy reading

KAMU SEDANG MEMBACA
My Hubby
FanfictionChrisMuth another story Jangan di bawa ke real life ya Hanya hiburan semata Jika ada kesamaan nama itu hanya kebetulan yang diniatkan saja