Bab 7

1.2K 125 2
                                    

"Kak Chika, Muthe berangkat ya," kata Muthe menghampiri kakak iparnya yang masih sarapan.

"Tiannya mana?" Tanya Chika memperhatikan sekitar.

"Gak tau, Muthe gak liat Tian dari tadi," kata Muthe setengah cemberut karena sejak selesai sarapan dan mandi dirinya tidak melihat keberadaan Tian.

"Den Tian udah di depan non, nungguin non Muthe, mau nganter katanya," saut Bibi yang sedang membereskan meja makan.

"Hah?!" Muthe dan Chika sama-sama kaget. Keduanya segera berjalan ke depan. Dan benar saja, mobil Tian sudah terparkir rapi di depan.

"Ayo tar kamu telat," kata Tian turun dan membuka kan pintu. Chika dan Muthe sama-sama sumringah melihat tingkah Tian.

Muthe seperti sebelumnya, dirinya meminta berhenti tidak ditempat kerjanya. Tian awalnya menolak, namun setelah mendengarkan penjelasan Muthe dirinya berusaha memahaminya.

Dikantor Tian dirinya baru saja tiba dan langsung memanggil sekertarisnya. Indah wanita dengan senyum manis dan anggun masuk ke ruangannya.

"Kak, bilangin Cindy mulai besok aku minta 2 designer yang kemarin di minta pindah udah masuk ya," kata Tian, dan hanya dijawab anggukan oleh Indah.

Proses yang diminta Tian tidak berlangsung lama. Info dan surat perpindahan Khatrina dan Muthe sudah segera tersampaikan pada Gita. Gita pun segera mendatangi keduanya di area kerja mereka.

"Khat, Muth, besok kalian dah pindah tempat bu Cindy ya, barangnya beresin aja pas kalian mau pulang, tar sisanya di beresin tim, biar besok kalian dah bisa langsung kerja," kata Gita tanpa basa basi.

"Baik mba," jawab keduanya kompak.

"Yang akur ya," kata Gita tersenyum smirk dan pergi meninggalkan keduanya.

"Ck, orang aneh kayak lu kenapa sih harus kepilih, dah designnya aneh, gak sesuai brand, pasti punya orang dalem kan lu!" Protes Khatrina sinis. Muthe berusaha gak menanggapi.

"Heh gak usah sirik lu, design lu juga sebenernya standar aja, karena lu murid bu Cindy aja lu kepilih, lu tu yang pake Ordal!" Protes Eli yang datang bersama Dey ke tempat Muthe, membuat Khatrin cemberut dan kembali menghilang.

"Haha, kena kan lu!" Kata Dey tertawa.

"Selamat ya sayang," kata Eli memeluk Muthe yang masih gak percaya.

"Sukses ya lu, kalahin noh nenek lampir cerewet," saut Eli agak kencang kearah Khatrina.

"Makasih ya guys, ih gue masih gak nyangka lho, gimana nih? Gue takut nih, apalagi bu Cindy gitu kan gosipnya," kata Muthe pelan.

"Lu bisa, lu harus buktiin, duh kita harus ngerayain nih, gimana ya?" Tanya Dey pada Eli.

Tiba-tiba semua di alihkan dengan suara kehebohan seseorang yang buru-buru mendatangi Muthe dengan wajah panik.

"Muth, lu beneran pindah?" Tanya pak Rasya masih mengatur nafasnya setelah berlari.

"Iya, katanya gak betah di gangguin bapak mulu!" Saut Eli bercanda.

"Yah, Muth!" Tiba-tiba Rasya berlutut di hadapan Muthe dan menggenggam tangannya.

"Eh apaan pak?" Tanya Muthe kaget berusaha menarik tangannya namun keburu ditahan oleh Rasya.

Banyak mata mulai mengintip kejadian ini. Muthe mulai panik, wajahnya mulai memerah. Dey yang paham kondisi hendak menolong Muthe namun di tahan oleh Eli.

"Mutiara, ijin kan saya Rasya Xava Wardhana, meminta kamu menjadi pendamping saya seumur hidup," kata Rasya mengeluarkan cincin di hadapan Muthe.

Orang-orang disekitar mereka mulai bersorak. Sementara Muthe makin panik. Muthe berusaha berbisik halus mengatakan "jangan" pada Rasya namun tidak direspon.

"Saya menunggu jawabannya," kata Rasya.

Akhirnya Muthe pasrah, toh ini hari terakhir dia di kantor ini. Nothing to lose, pikirnya.

"Maaf pak, saya sudah menikah," kata Muthe tiba-tiba membuat semua heboh.  Rasya tampak terkejut dan tidak percaya.

"Kamu bercanda kan?" Kata Rasya kesal dan malu.

"Kan saya udah bilang bulak balik sama bapak, sudah gak usah berharap, kita kan teman," kata Muthe berusaha menjelaskan.

Rasya terperangah dengan penuturan Muthe dan kesal. Dirinya dipenuhi rasa malu, karena dirinya sudah menjadi tontonan oleh pegawainya.

Muthe pun mengeluarkan kalungnya yang diujunganya tergantung cincin kawinnya. Semua ikut terkejut kecuali Dey yang paham. Bisik-bisik mulai semerbak disana. Rasya pun akhirnya memilih pergi meninggalkan Muthe dengan kesal. Muthe hanya bisa menarik nafas panjang.

**************************************

Happy reading

My HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang