Tian baru saja memasuki mobilnya saat hp nya berbunyi. Telpon dari sang kakak tersayangnya yang langsung di angkatnya.
"Kok pulang gak nyamperin gue dulu!" Protesnya dari seberang sana.
"Abis dari kantor kak, udah deh gak usah ngomel," kata Tian merubah posisi duduknya agar lebih santai.
"Istri lu dah tau lu pulang?" Tanya Chika lagi.
"Oh iya belom, lupa ngabarin," kata Tian santai.
"Bener-bener lu tu yee, tar malem lu berdua tidur dirumah, gue tunggu makan malem, awas aja lu berani gak dateng," kata Chika langsung menutup telponnya. Tian hanya tersenyum dan mengirimkan chat ke Muthe bahwa dia pulang jadi nanti malem dijemput kerumah mamanya.
Wajah Muthe yang sendu menarik perhatian Dey yang langsung menghampirinya.
"Nape lu, kusut amat?" Tanya Dey pada Muthe yang masih memandangi Hpnya.
"Gak papa," jawab Muthe lesu.
"Dih, gue temenan ma lu dari kuliah ya, gue dah apal ma sikap lu!" Protes Dey.
"Kalian itu ya, hasil kerjanya masih biasa aja tapi kerjanya malah ngobrol!" Celetuk Khatrina yang lewat dihadapan mereka.
"Dih nyamber ae lu kayak layangan putus!" Saut Dey membuat Khatrina makin kesal dan pergi menghilang di areanya.
"Suami gue mau pulang, kak Chika barusan ngabarin" bisik Muthe ditelinga Dey.
"Harusnya lu seneng dong!" Protes Dey cukup nyaring membuat Muthe segera menutup mulut Dey. Memang hanya Dey yang tau masalah pernikahan Muthe di sana.
"Heh ribut!" Protes Khatrin nongol dari areanya.
"Lu sih Dey, maaf ya Khat," kata Muthe berusaha lembut sementara Khatrin dengan acuh kembali ke tempatnya.
"Sori-sori, kenapa lu kayak sedih gitu?" Tanya Dey.
"Ya lu bayangin aja, gak pernah ketemu 7 tahun tiba-tiba ketemu lagi, apa gak canggung," kata Muthe kemudian menarik nafas panjang.
"Ya bagus dong?" Tanya Dey yang bingung.
"Bagus gimana! Gue inget mukanya aja enggak!" Kata Muthe menggaruk kepalanya yang tidak gatel itu.
"Ya elah, bisa-bisanya gak inget muka suami sendiri," ucap Dey kembali membuatnya menutup mulut Dey dan menoleh kesekitar.
"Eh btw kok tadi gue ngerasa familiar ya sama muka si mas CEO," celtuk Muthe yang mulai kembali ke mode normal.
"Ya elah Muth, tu orang mukanya di pajang dimana-mana kali, muda, CEO perusahaan gede, brand ternama," kata Dey. Muthe hanya mengangguk-angguk tapi dirinya masih merasa janggal.
Tidak lama mereka dibuyarkan karena sudah jam pulang. Mereka berduapun segera membereskan barang-barangnya dan bergegas pulang dari sana.
Mobil Muthe baru saja memasuki garasi rumahnya saat dirinya bingung dengan sebuah mobil sedan mewah di halamannya. Dirinya masuk kedalam dengan sedikit bingung.
"Muthe pulang," sapanya saat memasuki rumah. Dan alangkah terkejutnya saat dirinya melihat sang CEO sedang duduk di ruang tamunya bercengkrama dengan mamanya.
"Eh selamat sore pak," kata Muthe menundukan badannya. Membuat sang mama dan sang CEO bingung.
Karena muncul suasana awkward disana Muthe juga ikut menjadi bingung. Mamanya akhirnya tertawa diikuti senyum manis sang CEO.
"Muthe kamu tu ada-ada aja, masa kamu gak tau kalo ini suami mu!" Protes mamanya sambil tetap tertawa. Muthe hanya bisa melongo.
"Pasti gak buka chat," kata Tian tersenyum. Muthe buru-buru membuka hp nya disana terpampang 2 pesan, 1 dari mamanya yang mengabarkan Tian sudah dirumah dan 1 lagi dari Tian yang mengatakan dirinya sudah pulang dan akan menjemput Muthe.
"Dah ah, kamu ganti dulu sana, sekalian ajak Tian ke kamar, mama kedapur dulu," kata mamanya meninggalkan mereka berdua dengan suasana canggung disana.
"Ja..jadi...," Muthe bingung mau bilang apa.
"Gimana kalo ke kamar lu aja, biar mama gak denger," kata Tian menyadarkan Muthe kalo mamanya masih agak mengintip. Muthe buru-buru menarik tangan Tian ke kamarnya di lantai 2 rumahnya.
Muthe masih berdiri di pintu mengatur nafasnya yang masih degdegan. Sementara Tian duduk di ujung tempat tidur Muthe sambil melamun.
"Kok bisa sih!" Gerutu Muthe pelan. Tian tidak teralihkan masih asik melanjutkan bengongnya memandang foto Muthe.
Tiba-tiba Tian tersenyum sendiri membuat Muthe langsung memandang si pria manis yang duduk di ranjangnya itu.
"Kenapa senyum-senyum!" Katanya ketus.
"Hah?!" Tian tiba-tiba tersadar dan menoleh pada Muthe.
"Ngapain senyum-senyum!" Protes Muthe lagi.
"Gak papa, sejujurnya kejadian tadi lucu, soalnya gue juga lupa ma wajah lu," kata Tian nyengir.
"Tuh kan sama aja, berarti bukan salah gue dong!" Kata Muthe. Tian hanya senyum dan berdiri tepat di hadapan Muthe. Wajah mereka hanya berjarak 1 jengkal.
Hal ini membuat Muthe grogi gak karuan. Wajahnya berubah merah seketika karena perlakuan Tian.
"Apa sih!" Kata Muthe mendorong Tian dan segera berlari masuk kamar mandi setelah mengambil bajunya.
**************************************
Happy reading

KAMU SEDANG MEMBACA
My Hubby
FanfictionChrisMuth another story Jangan di bawa ke real life ya Hanya hiburan semata Jika ada kesamaan nama itu hanya kebetulan yang diniatkan saja