Bab 21

858 86 4
                                    

Tengah asik mengobrol dengan Marsha, Delynn tiba-tiba menelpon ayahnya minta dijemput. Akhirnya Tian bertukar nomor telpon dengan Marsha dan pamit menjemput anaknya.

Delynn masuk mobil dengan wajah cemberut. Delynn meminta papinya segera pergi dari sana. Tian hanya mengiyakan permintaan putrinya. Sepanjang jalan pulang Delynn hanya diam saja.

Sesampainya dirumahpun Delynn segera memasuki kamarnya tanpa menyapa maminya yang menunggunya pulang. Muthe memandang Tian dengan bingung, Tian hanya bisa mengangkat bahunya.

"Kamu bersih-bersih dulu, aku liat Delynn," kata Muthe mencium tangan suaminya. Tian mengangguk dan mengecup kening istrinya.

"Sayang, mami boleh masuk?" Tanya Muthe membuka perlahan kamar anaknya. Dirinya mendapati Delynn yang terisak menutup wajahnya dengan bantal.

"Sayangnya mami kenapa?" Tanya Muthe mengelus lembut rambut panjang putrinya.

"Mami maafin Delynn," kata Delynn langsung meluk maminya.

"Hei kenapa ini anak mami?" Tanya Muthe bingung.

"Maafin Delynn gak nurut sama mami," kata Delynn disela-sela tangisnya.

"Kenapa sayang?" Tanya Muthe lagi.

"Tapi mami janji jangan bilang papi," kata Delynn.

"Kenapa? Kok sampe gak boleh bilang papi?" Tanya Muthe makin bingung.

"Nanti pasti papi ngamuk," kata Delynn.
Muthe mulai curiga, dia paham putrinya cuman begini kalau takut dimarahi oleh papinya.

"Cerita dulu," kata Muthe.

"Delynn maksa buat dateng kesana karena ada kakak kelas yang Delynn suka," kata Delynn terbata. Muthe mulai menarik nafas panjang tidak suka.

"Papi udah wanti-wanti Delynn, terus Delynn gak nurut," kata Delynn mulai takut maminya ikut ngamuk.

"Emang Delynn ngapain?" Muthe berusaha menekan emosinya.

"Dia deketin Delynn, Delynn udah seneng, tapi ternyata cowo itu berengsek!" Kata Delynn. Muthe mendorong anaknya dari pelukannya dengan wajah panik.

"Kamu gak papa? Kamu diapain nak!" Kata Muthe panik. Delynn langsung menutup mulut maminya.

"Dia maksa Delynn minum, tapi karena baunya gak enak Delynn gak mau, tapi dia maksa," kata Delynn.

"Tapi kamu gak papa?" Tanya Muthe. Delynn hanya menggeleng.

"Delynn langsung tampar dia sama lempar minumannya ke dia, terus minta jemput papa," kata Delynn. Muthe menarik nafas panjang bersyukur anaknya baik-baik saja.

"Ini yang mami takutin, kamu udah gadis sayang, kamu cantik, kamu harus bisa jaga diri, paham kan kenapa mami selalu berusaha jagain kamu?" Kata Muthe. Delynn hanya mengangguk.

Muthe membaringkan anak tunggalnya untuk tidur dan menemaninya hingga terlelap sebelum dia kembali ke kamarnya.

"Delynn kenapa?" Tanya Tian.

"Gak papa, dia lagi sedih aja, biasa remaja," kata Muthe senyum dan berbaring di sebelah suaminya.

"Beneran?" Tanya Tian masih penasaran. Muthe hanya mengangguk dan mencium suaminya agar tenang dan bisa istirahat.

Siang itu Tian baru saja selesai meeting dan belum sempat makan siang. Dirinya memilih makan siang di luar karena terlalu lama jika harus kembali ke kantornya dulu.

"Tian!" Tiba-tiba seorang wanita memanggilnya saat Tian memasuki sebuah restoran.

"Eh Sha, kebetulan banget," kata Tian mendatangi Marsha.

"Sini-sini, makan bareng aja, gue juga baru mesen kok," ajak Marsha menggeser duduknya. Melihat tempat yang cukup ramai Tian akhirnya memilih duduk bersama Marsha.

Sambil makan siang, mereka melanjutkan obrolan mereka kemarin. Disela obrolan tanpa sengaja Marsha menawarkan Tian untuk mencoba makanannya dengan menyuapi Tian. Tian sempat salting sebelum menerimanya.

Saat akan bayar bahkan Marsha meminta dirinya yang membayarkan, itung-itung sudah di temani makan. Akhirnya untuk balas budi Tian meminta mengantar Marsha yang kebetulan tidak membawa kendaraan untuk kembali ke kantornya.

"Thanks ya Tian, nice to meet you, kapan-kapan temenin lagi ya," kata Marsha kemudian mengecup pipi Tian sebelum turun dari mobil. Tian sempat terdiam beberapa saat sebelum kembali tersadar dan kembali ke kantornya.

Sementara siang itu Muthe yang sedang memasak dirumah, tiba-tiba dirinya tersayat pisau. Hatinya mendadak tidak enak dan merasa ada sesuatu.

"Mami kenapa?" Tanya Delynn yang baru pulang melihat maminya yang memegangi jari yang berdarah.

"Kena pisau," kata Muthe tersenyum.

"Aduh mami, sini Delynn obatin," kata Delynn langsung mengambil kotak obat untuk mengobati maminya.

Sepanjang Delynn mengobatinya, tatapan mata Muthe tampak kosong. Tampak ada yang mengganggu pikirannya.

"Udah mi, Delynn kekamar dulu ya ganti baju," kata Delynn beranjak pergi.

"Abis ini makan ya," kata Muthe yang hanya di angguki Delynn.

"Lu kenapa kayak ada pikiran?" Tanya Chika sedari tadi memperhatikan gelagat Muthe.

"Ma, Freya ke kamar ya," celetuk Freya pamit pada mamanya. Chika hanya mengangguk.

"Gak tau kak, gue dari tadi feel gak enak, gak tau kenapa," kata Muthe.

"Delynn tadi gue jemput fine-fine aja," kata Chika.

"Apa mas Tian ya?" Tanya Muthe.

"Lu telpon aja," kata Chika. Muthe mengangguk dan berusaha menelpon Tian namun tidak dapat dihubungi.

Muthe menelpon Indah namun menurut Indah Tian belum kembali dari rapat. Muthe akhirnya menunggu suaminya dengan gelisah sambil tetap berusaha menelpon nya.

**************************************

Happy reading

My HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang