Dokter menyampaikan bahwa saat ini Tian menghadapi fase depresi. Dirinya pingsan karena kelelahan dan kekurangan cairan dan nutrisi. Mereka tidak ada yang mengetahui apa yang dilakukan Tian selama hilang seminggu ini.
Tian dalam kondisi stabil dan tenang. Namun tiap dirinya tertidur dirinya akan memanggil Muthe dan Delynn, seperti ada mimpi buruk yang menghampirinya dan hanya mereka berdua yang dapat menyelamatkannya.
Jika dalam kondisi sadar Tian lebih banyak melamun. Apalagi saat dirinya sadar, Muthe pasti masih tidak mau menemuinya.
"Dek, lu masih gak mau makan?" Tanya Chika. Tian hanya diam dan menggeleng.
"Ayo dong dek, kapan sehatnya lu kalo gini terus," kata Chika memaksa Tian makan.
"Delynn belom pulang kak?" Tanya Tian.
"Belom lah ini baru jam berapa, Delynn janji kok hari ini sampe minggu bakal disini nemenin lu," kata Chika berusaha menyemangati adiknya.
"Kak, maafin gue ya, gue dah ngecewain lu, papa mama, Muthe sama Delynn, gue dah ngecewain keluarga," kata Tian menunduk sedih. Untuk kesekian kalinya dirinya yang biasanya tidak pernah menangis, meneteskan air matanya.
"Udah dong, gue tau lu sedih, gue tau lu khilaf, sekarang lu makan dulu biar lu ada tenaga dan bisa perbaiki semuanya," kata Chika.
"Percuma kak, gue udah telat memperbaiki semuanya," kata Tian masih menunduk. Chika akhirnya menyerah memaksanya makan.
Sementara di tempat Muthe saat ini dirinya bak seorang wanita karir, duduk di singgasana sang suami dan membereskan semua pekerjaan suaminya.
"Muth, gue masuk ya," kata Khatrin muncul di pintu. Muthe hanya senyum dan mengangguk.
"Sibuk?" Tanya Khatrin. Muthe hanya mengangguk sambil terus mengerjakan pekerjaannya.
Akhirnya Muthe sadar dengan Khatrin yang belum beranjak dari depannya. Dirinya menutup laptop dihadapannya dan membuka kacamatanya.
"Lu kok mau disuruh gantiin Tian?" Tanya Khatrin.
"Ya yang pertama, saat ini nama gue tertulis sebagai orang yang bertanggung jawab di perusahaan ini setelah Tian, yang kedua gimana juga ini perusahaan warisan mertua gue, harus gue jaga,..." kata-kata Muthe nampak mengambang belum selesai.
"Terus...?" Khatrin memancingnya untuk meneruskan kalimatnya.
"Dah ah, gue bingung ma situasinya Khat!" Protes Muthe menyandarkan dirinya yang lelah.
"Sori nih ya, gue cuman nanya aja," kata Khatrin masih memikirkan pertanyaannya.
"Hmm," Muthe hanya bergumam.
"Lu masih sayang ma Tian?" Tanya Khatrin hati-hati.
Muthe kembali menegakkan duduknya. Dirinya menatap kosong kearah Khatrina. Semua memorinya tentang Tian berputar cepat di otaknya.
"Gimana juga dia first love gue Khat, bapak dari anak gue, suami yang balik setelah gue pikir ilang gitu aja, gue dulu udah janji sama diri gue, gak bakal ngelepas dia sampe dia ngelepas gue," kata Muthe tertunduk.
"So?" Khatrin menanyakan terusan dari kalimatnya.
"Waktu kejadian ini gue pikir emang dia yang mau ngelepas gue Khat," kata Muthe lagi.
"Gue, sebagai sahabat cuman bisa minta lu pikirin baik-baik keputusan lu, pikirin Delynn juga, jangan sampe lu sendiri yang nantinya menyesal," kata Khatrin kemudian memeluk sahabatnya dan pergi dari ruangan Muthe.
Muthe hanya mengadahkan kepala menatap kosong langit-langit ruangan itu. Kemudian matanya beralih pada foto di meja kerja Tian. Foto berdua saat akhirnya honeymoon setelah lama berpisah dan foto dirinya, Tian dan Delynn saat mereka liburan.
Tian menuliskan sebuah note di foto itu. Muthe mengangkat foto itu agar dapat membacanya dengan jelas. Tulisan tangan Tian yang bertuliskan "Selamanya hartaku, kan ku jaga selamanya".
Lonceng pulang sekolah berbunyi. Anak-anak sekolah Callie mulai berhambur keluar sekolah. Termasuk Callie yang berjalan bersama sahabat-sahabatnya menuju parkiran.
"Call, itu bukannya abang lu?" Tanya salah seorang sahabatnya menunjuk seorang pemuda ganteng memakan permen karet, yang berdiri di pagar sekolah dengan jaket kulitnya. Callie langsung sumringah melihat abang kesayangannya ada disana, dirinya langsung berlari menghampiri abangnya.
"Bang, kok tumben jemput, hehehe," katanya manja. Namun Iel hanya diam saja.
"Ih abang, kok aku dicuekin," protes Callie mencubit Iel, namun Iel hanya menghindar tanpa merespon.
"Delynn!" Panggil Iel melambaikan tangannya. Callie kaget dan menoleh. Delynn berlari kecil penuh senyum mendatangi Iel.
"Udah?" Tanya Iel penuh senyum. Delynn hanya mengangguk. Iel langsung menarik tangan Delynn pergi dari sana.
"Kak duluan," kata Delynn tersenyum. Dirinya berusaha tetap menyapa Callie walaupun ada sakit hati disana. Dan yang membuatnya sumringah bukan karena Iel menjemputnya tapi akan bertemu papinya.
Iel dan Delynn pergi dengan motor sport milik Iel. Menyisakan Callie yang melongo melihat keduanya pergi. Bagi Callie, Gabriel memang bukan sekedar abangnya. Iel adalah sosok pria yang menjadi first love Callie karena ayahnya yang sibuk. Bagi Callie, Iel adalah segalanya. Melihat Delynn yang merebut Iel, dirinya menjadi emosi.
"Lho kak, kok disini, ayo pulang," kata Liam mendatangi Callie. Callie naik ke atas motor Liam dengan kesal dan hanya diam selama perjalanan pulangnya.
Kembali ke Muthe yang saat ini sudah tidak berada di kantornya. Dirinya duduk menaburkan bunga diatas pusara oma Shani, mamanya.
"Ma, Muthe bingung, Muthe harus apa, Muthe sayang Tian, sayang Delynn tapi Muthe kecewa sama Tian,"kata Muthe curhat pada mamanya.
"Apa bener yang udah Muthe lakukan?" Muthe kembali mengadu dan tidak mendapat jawaban.
"Pertahanin apa yang menjadi punya lu," saut seseorang di belakang Muthe. Muthe menoleh dan kaget karena Ashel berdiri disana dengan style modisnya dan kacamata hitamnya.
"Kok lu tau gue disini?" Tanya Muthe.
"Kak Indah yang ngasih tau, tadi gue ke kantor nyari lu," kata Ashel.
"Pertahanin apa yang punya lu, jangan mau lu kalah sama orang yang mau ngerampas harta lu, Lu dah tau kan dia nipu lu dan Tian, dia jebak Tian ke keadaan yang dia mau, sekarang waktunya lu stand up, ambil balik Tian yang menjadi hak lu," kata Ashel.
Kata-kata Ashel bagai jawaban dari semua pertanyaan Muthe. Dirinya menyambut uluran tangan Ashel dan keduanya beranjak pergi dari sana.
**************************************
Happy reading
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hubby
FanfictionChrisMuth another story Jangan di bawa ke real life ya Hanya hiburan semata Jika ada kesamaan nama itu hanya kebetulan yang diniatkan saja