Khatrina, Ashel, dan Chika melarang Tian bertemu dengan Muthe untuk beberapa saat. Akhirnya Tian memilih pindah sesaat ke apartemennya.
Tentu saja kondisi ini membuat Delynn mempertanyakan kondisi kedua orang tuanya. Di rumah dia hanya mengatakan iya, kala Chika menjelaskan orang tuanya sedang mengalami masalah yang rumit. Sementara di sekolah dirinya banyak terlihat murung. Liam sudah berusaha menghibur namun tidak merubah suasana sendu hati Delynn.
"Call, ada yang nyari," kata salah seorang teman Callie saat jam istirahat. Callie yang sedang asik tiktokan bareng sahabat-sahabatnya pun menemui orang yang mencarinya.
"Oh Liam, kenapa dek?" Tanya Callie.
"Kak gue boleh cerita gak," tanya Liam ragu.
"Kenapa dah lu?" Tanya Callie berpindah ke kursi panjang di depan kelasnnya diikuti Liam.
Liam menceritakan tentang kondisi Delynn padanya. Dirinya tanpa sengaja juga curhat tentang hubungan dengan Delynn. Callie berusaha menenangkan Liam dan membantu memberi solusi.
Sore itu Tian baru saja tiba di apartemennya saat tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang. Dirinya yang kaget segera memutar badannya dan terkaget dengan Marsha yang ada disana, padahal belakangan selalu dihindarinya. Keduanya masuk ke dalam apartemen sebelum dilihat orang banyak dan makin menjadi masalah.
"Sha, gue gak mau lagi nambah masalah," kata Tian.
"Tapi babe, lu gak bisa lari, gue hamil anak lu!" Kata Marsha kembali mengingatkan Tian alasannya mengamuk tempo hari.
"Bukan, itu bukan anak gue!" Kata Tian.
"Sori to say, tapi kita terlalu mabok waktu itu untuk sadar yang terjadi," kata Marsha mendekat pada Tian.
"Gue gak bisa hidup tanpa lu Yan, plis," kata Marsha mendorong Tian sampai terduduk di sofanya.
Marsha langsung mencium Tian dengan ganas. Membuat Tian kewalahan melepasnya. Tian mencoba mendorong Marsha namun percuma.
Tiba-tiba pintu apartemen terbuka. Tian panik saat dirinya sadar yang memiliki kunci apartemennya hanya dirinya dan Muthe.
"Oh jadi gini sekarang? Oke sori ganggu, aku cuman mau ngasih ini, surat cerai, aku udah tanda tangan," kata Muthe melempar amplop cokelat ditangannya ke atas meja tepat disamping Marsha dan Tian bercumbu.
Muthe beranjak pergi dari sana. Walau sesaat, Tian melihat jelas air mata yang terjatuh dipipi Muthe. Tian segera mendorong Marsha hingga tersungkur, dan segera mengejar Muthe. Namun sayang Muthe telah pergi meninggalkannya.
Saat dirinya kembali ke apartemen, dirinya semakin kesal dengan Marsha yang sedang membaca gugatan dan surat cerai milik Muthe dan Tian.
"Gak papa yang, dia cuman minta hak asuh anak, kasih aja," kata Marsha tanpa rasa bersalah.
"KELUAR!" Bentak Tian sudah kehilangan kontrol dirinya.
"Beb," Marsha masih mencoba merayu Tian, namun Tian malah menyeretnya keluar apartemennya dan menutup pintu tepat didepan muka Marsha.
Hp nya berbunyi panggilan masuk dari kakaknya. Dengan malas karena tau apa yang akan dibicarakan dirinya mengangkat telpon itu.
Jelas Chika mencaci maki adik kandungnya itu. Chika berkata kalau sebenarnya Muthe berat untuk melakukan itu semua, makanya dirinya ke apartemen untuk meminta penjelasan. Chika juga memberitahu jika beberapa hari lalu Marsha mendatangi Muthe membawa surat dokter dan USG kehamilannya.
Tian hancur, hatinya luluh lantah. Dirinya tersadar akan kesalahan yang dia lakukan. Terdiam akan semua yang diceritakan Chika.
**************************************
Happy reading

KAMU SEDANG MEMBACA
My Hubby
FanficChrisMuth another story Jangan di bawa ke real life ya Hanya hiburan semata Jika ada kesamaan nama itu hanya kebetulan yang diniatkan saja