Bab 16

1.1K 108 1
                                    

Perut Muthe sudah semakin membuncit seiring bertambahnya usia kehamilannya. Semenjak ke suksesan yang di bawa Muthe saat launching produk terbaru mereka sebelumnya, Tian semakin sibuk.

Muthe sendiri sudah memilih untuk cuti karena perutnya yang membesar dan dirinya yang gampang lelah. Namun di sela waktu kosongnya ide kreatifnya tetap tak terbendung.

"Yang, udah malem kamu harus istirahat," kata Tian yang baru saja selesai bersih-bersih sepulang kerja. Sementara Muthe masih berkutat di meja kerjanya membuat banyak design indah.

"Dih suaminya di cuekin," kata Tian cemberut sambil memeluk istrinya dari belakang.

"Kamu aja kerja sampe malem," kata Muthe melirik tajam ke Tian.

"Iya-iya ampun, kan yang hamil kamu," kata Tian nyengir.

"Oh gitu!" Muthe langsung melepas pelukan Tian dan ngambek.

"Dedek, maminya ngambek dek," kata Tian berbicara di perutnya Muthe.

"Dek bilangin papi, jangan cuman nyuruh mami istirahat tapi papinya gak,"kata Muthe ketus namun jarinya tak bisa berbohong kalau dirinya khawatir. Jemarinya mengusap lembut rambut sang suami.

"Iya sayang, yuk istirahat," kata Tian mengecup Muthe tepat di bibirnya dan membawa wanita tercintanya beranjak untuk beristirahat.

Pagi itu Tian sudah siap berangkat. Dirinya yang belakangan ini sibuk memilih diantar supir agar bisa beristirahat selama perjalanan.

"YAAAAANG!!!" Teriak Muthe dari kamarnya. Tian dan Chika yang sudah hendak pergi seketika menoleh dan berlari menyambangi Muthe.

Muthe berdiri mematung dengan kaki terbuka dan banjir di bawah kakinya. Tian dan Chika sama melongonya dengan Muthe.

"Pecah ketubannya," kata Muthe. Tian dan Chika langsung membawa Muthe ke rumah sakit.

Aran dan mama Muthe menyusul Tian dan Chika ke rumah sakit. Sampai disana Muthe masih dalam pemeriksaan dokter.

"Gimana Muthe?" Tanya mamanya.

"Masih di periksa ma," jawab Tian yang terlihat gelisah.

"Lu duduk diem sini!" Kata Chika menarik Tian yang daritadi mundar mandir.

Tiba-tiba dokternya Muthe keluar ruangan. Dirinya segera memanggil semua keluarga Muthe.

"Pak, Bu Mutiara kondisinya stabil, baru mulai masuk fase laten, baru buka 2 cm, masih agak lama, tapi buat jaga-jaga kita rawat inap dulu aja ya, mengingat riwayat bu Mutiara yang gampang lelah," kata sang dokter.

"Yang penting anak istri saya aman dokter," kata Tian diangguki keluarganya.

"Iya aman, anaknya juga kondisi baik, oke nanti sebentar kita pindah ruangan perawatan," kata sang dokter kemudian pamit pergi.

Tian akhirnya dapat bernafas lega. Dirinya akhirnya merebahkan dirinya di kursi ruang tunggu. Chika, Aran dan mamanya Muthe hanya tersenyum melihat calon ayah tersebut.

"Nama calon anak lu dah ada?" Tanya Aran iseng. Tian langsung terbangun mendengar pernyataan Aran dan tiba-tiba kabur menghilang.

"Kemana tu anak?" Tanya Chika bingung, Aran hanya mengangkat bahunya.

Muthe yang sudah pindah keruangan jelas segera mencari suaminya. Namun semua bingung karena Tian pergi begitu saja.

"Hmm, lagi ke kantin kayaknya," kata mamanya berbohong.

"Coba gue telpon dulu ya," kata Chika beranjak menjauh dari Muthe.

Tidak lama Tian muncul dengan wajah sumringah sambil membawa bunga untuk istrinya.

"Dari mana mas?" Tanya Muthe melihat suaminya yang ngos-ngosan.

"Beliin kamu bunga," kata Tian nyengir. Muthe hanya melirik curiga.

"Lu kemana sih!" Protes Chika berbisik.

"Ada deh," kata Tian masih ngos-ngosan. Chika hanya menepuk lengan adeknya dengan kesal.

"Eh gue ma Aran kerja dulu ya, kabar-kabar," kata Chika kepada Muthe.

Siang itu tiba-tiba saja perut Muthe terasa sakit dan kondisi bayinya bermasalah sementara Muthe juga mulai mengalami perdarahan.

Akhirnya tim dokter memutuskan untuk melakukan operasi pada Muthe. Tian dan mama Muthe yang siang itu hanya berdua akhirnya memilih yang terbaik dengan Muthe.

1 jam operasi berjalan belum ada info terkait Muthe. 2 jam berjalan keluarga mulai gelisah. Dey, Khatrin, Eli dan Gracie menjenguk mereka disana, akhirnya mereka ikut menemani dengan gelisah.

Tak lama dokter lain keluar bersama Bayi. Semua orang langsung mendatangi sang bayi.

"Bayi perempuan sehat, lengkap, berat badan 3000 gram, ijin saya bawa ke ruang bayi ya," kata dokternya. Semua tampak gembira namun tidak dengan Tian yang masih galau karena istrinya.

"Pak Tian!" Panggil dokter kandungan Muthe muncul dari kamar operasi.

"Pak, bu Mutiara ke habisan darah cukup banyak dan saat ini membutuhkan darah segera, apakah ada yang bergolongan darah sama?" Tanya sang dokter.

"Saya dokter!" Saut Tian. Memang disana hanya Tian yang memiliki golongan darah yang sama dengan Muthe.

"Baik tolong segera di urus pak, dan saya minta semua berdoa, karena kondisi bu Mutiara tidak terlalu baik," kata sang dokter kembali ke dalam.

Semua shock mendengar penjelasan tersebut. Tian segera pergi mengurus darah untuk dirinya sementara Chika dan Aran mengurus sang bayi dan para sahabat Muthe menemani mamanya.

**************************************

Happy reading

My HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang