Hari-hari berlalu, dan kehadiran Pharita menjadi bagian tak tergantikan dalam kehidupan Ahyeon. Setiap kali rasa sedih atau kelelahan menghampirinya, Pharita selalu ada, memberikan perhatian kecil yang membuat Ahyeon merasa dihargai."Ahyeon, aku buatkan sup. Aku tahu kamu lelah setelah latihan," ujar Pharita sambil meletakkan semangkuk sup di meja.
Ahyeon tersenyum lelah, menatap Pharita dengan penuh rasa terima kasih. "Unnie selalu tahu apa yang kubutuhkan. Aku nggak tahu gimana caranya aku bisa balas ini semua."
Pharita tertawa kecil. "Nggak perlu balas apa-apa. Lihat kamu baik-baik aja, itu udah cukup."
Malam itu, mereka duduk di ruang tamu, berbincang tentang hal-hal kecil. Pharita bercerita tentang jadwal pemotretannya, sementara Ahyeon berbagi cerita tentang persiapannya untuk tur konser berikutnya.
"Kadang aku iri sama unnie," kata Ahyeon tiba-tiba.
Pharita menoleh, bingung. "Iri kenapa?"
"Karena unnie selalu tenang, selalu tahu apa yang harus dilakukan. Sementara aku..." Ahyeon menghela napas, menundukkan kepala. "Aku merasa kacau, nggak bisa berpikir jernih."
Pharita meletakkan tangannya di bahu Ahyeon. "Kamu jauh lebih kuat dari yang kamu pikirkan. Nggak apa-apa merasa kacau. Itu tandanya kamu manusia."
Ahyeon tersenyum kecil, tetapi matanya menunjukkan sesuatu yang lebih. Ada rasa nyaman yang tumbuh dalam dirinya, rasa yang berbeda dari sebelumnya.
Hari berikutnya, Pharita mengajak Ahyeon berjalan-jalan di taman kota. Cuaca cerah, dan angin sepoi-sepoi membawa aroma bunga yang menyegarkan.
"Kamu kelihatan lebih santai sekarang," kata Pharita sambil melirik Ahyeon.
Ahyeon mengangguk. "Mungkin karena ada unnie. Aku merasa... lebih ringan."
Pharita tersenyum, tetapi ada perasaan berdebar di dadanya. Dia tahu perasaannya kepada Ahyeon semakin tumbuh, tetapi dia juga sadar bahwa Ahyeon masih memulihkan diri dari luka yang ditinggalkan Rora.
Mereka duduk di bangku taman, menikmati suasana. Pharita mengambil kamera kecil dari tasnya dan mulai memotret Ahyeon.
"Unnieee! Aku belum siap," protes Ahyeon sambil tertawa.
"Tapi kamu kelihatan cantik," jawab Pharita sambil tersenyum.
Ahyeon merasakan pipinya memanas. Ada sesuatu dalam cara Pharita memandangnya yang membuatnya merasa istimewa.
.
.
.
Malam itu, mereka duduk di balkon mansion Pharita, memandangi bintang-bintang. Ahyeon memeluk lututnya, merasa nyaman dalam keheningan bersama Pharita.
"Aku nggak tahu bagaimana aku bisa bertahan tanpa unnie," kata Ahyeon pelan, suaranya penuh kejujuran.
Pharita menoleh, menatap Ahyeon dalam-dalam. "Aku selalu ada untuk kamu. Apa pun yang terjadi."
Ahyeon menatap Pharita, matanya berkaca-kaca. "Aku nggak pernah merasa seaman ini sebelumnya. Terima kasih, unnie."
Pharita ingin mengatakan lebih banyak, tetapi dia menahan dirinya. Dia tahu Ahyeon butuh waktu, dan dia bersedia menunggu.
Namun, di dalam hatinya, dia berharap bahwa suatu hari Ahyeon akan melihatnya lebih dari sekadar teman yang mendukung.
———
Hari-hari berlalu, dan hubungan Ahyeon dengan Pharita semakin erat. Tidak ada momen besar yang mengubah segalanya, tetapi setiap percakapan kecil, setiap tawa bersama, dan setiap kehadiran Pharita di saat Ahyeon membutuhkannya menambah kenyamanan yang perlahan tumbuh menjadi sesuatu yang lebih.

KAMU SEDANG MEMBACA
Artist
RomanceRora, aktris muda yang membintangi drama-drama populer dan film yang sukses secara komersial. Karismanya di layar, ditambah dengan kemampuan akting yang mendalam, membuatnya disukai oleh publik dan diakui oleh kritikus. Ahyeon, solois muda yang naik...