Sore harinya, ketika sekolah sudah membunyikan bel tanda kegiatan belajar mengajar sudah selesai.
Gyu dengan santainya berjalan menuju kelas Una.
Sontak semua siswa dan siswi yang ada didalam kelas XI IPA 3 mendongak menatap Gyu, termasuk Jake cs.
Sudut mata Gyu melihat Jake yang menatapnya heran. Ada seringai tipis disudut bibirnya kala menyadari hal itu.
Gyu berjalan ke arah bangku milik Una, membuat Una mendongak dan menatapnya khawatir. Hatinya dag dig dug, bukan karena Gyu, tapi karena Jake masih ada disana. Ya, hatinya takut Jake akan salah faham.
"Una, ayo, kita langsung pulang. Biar gak kemaleman," Gyu menyodorkan lengannya, mengajak Una pergi.
Jake yang melihatnya mulai gerah, hatinya bergejolak.
Una menatap tangan Gyu yang terulur, lalu menoleh pada Jake yang kini menatap Gyu tajam.
Dia menelan salivanya kasar.
"Emmm, kamu duluan aja Gyu, nanti aku nyusul. Tunggu aku diparkiran," ujar Una akhirnya.
Gyu mengernyit dengan senyuman, tanda sudah menebak maksud Una.
"Kenapa? Ayo, kita kesana barengan. Kenapa harus duluan aku?," Gyu tak ingin pergi.
Jwan menatap Jake yang kini terlihat menahan emosi, dia mengelus punggungnya pelan.
Jake menoleh pada Jwan, menatapnya tanya. Jwan hanya memberikan tatapan teduh, tanda meminta Jake untuk menahan emosinya.
"Tapi Gyu....,"
"Udah ayo, biar cepet selesai tugasnya. Ayo," Gyu menarik lengan Una sedikit memaksa.
Terpaksa, Una mengikuti Gyu, dia menoleh pada Jake sesaat. Namun Jake memalingkan wajahnya pada Jwan. Ada gurat kecewa disana, Una menyadarinya.
Mona, Soraya dan Yeyen bergantian menatap kepergian Una dan Jake. Mona terlihat kebingungan dengan apa yang terjadi.
Jake cs sudah akan berdiri dan melangkah keluar kelas, sebelum akhirnya dihentikan Soraya.
"Jake!," panggilnya.
Ketiganya menoleh.
Soraya dan Yeyen menghampiri mereka.
"Gue harap lo gak marah soal ini. Una cuma mau membantu Gyu, gue gak tau dia minta bantuin apa. Yang jelas, Una juga terpaksa melakukan hal ini. Gue harap lo ngerti," ujar Soraya tanpa diminta.
Jake menatap Soraya, lalu menundukan wajahnya.
"Gue faham, thank's udah ngasih tau," Jake tersenyum pahit kemudian melangkah keluar diikuti oleh Mona.
Sementara Jwan menatap Soraya.
"Katakan pada Una untuk memberi ketegasan pada dirinya. Kamu bisa mengatakan hal itu atas namaku, atau atas namamu. Terima kasih dan maaf sebelumnya," Jwan tersenyum singkat lalu melangkah keluar menyusul Jake dan Mona.
Soraya masih tertegun ditempat, matanya masih melotot tak percaya bahwa Jwan berbicara sepanjang itu padanya. Ini pertama kalinya. Ah, ini akan jadi sejarah dalam hidupnya.
Hatinya berdesir kala mendengar setiap kata yang diucapkan Jwan. Suara pria itu memang benar-benar mampu menghipnotis lawan bicaranya.
Saat Jake cs sedang memarkirkan motornya, Gyu melewati mereka dengan Una dibelakangnya.
Una menatap Jake sendu, dia tak bisa melakukan apa-apa. Jake hanya melihat mereka berdua lewat sudut matanya. Dia terlalu malas melihat keduanya bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Youth : Psycho
FanfictionTrilogi kisah dari Smeraldo Universe. 1.Youth : Psycho 2.Smeraldo Flower 3.Moonchild : The Legendary Of Black Swan. ~ "Aku tak dapat mempercayai ini. Kenapa takdir begitu kejam?." "Siapa aku? Apakah ini yang namanya kehidupan?." "Tolong jangan main...