Joana masuk ke dalam lift, pikirannya sekarang dipenuhi oleh kekhawatiran tentang Jwan, aneh memang.
Namun tiba-tiba, tak ada polisi tak ada pol pp, Jwan muncul dari luar dan masuk kedalam. Hal itu sontak membuat Joana terkejut setengah mati.
"Astaghfirullah," ucapnya spontan.
Jwan tersenyum smirk tipis sekali, melihat Joana kaget seperti itu. Joana masih memakai kupluk hoodie dan maskernya.
Jwan segera menutup pintu lift, dan menekan lantai nomor 1.
"Senang bertemu denganmu lagi, Joana," ucap Jwan lembut tanpa menoleh pada Joana.
Sedangkan Joana seketika menoleh pada Jwan. Menatap yang kagum pada sosok laki-laki tinggi, dengan bahu lebar dan wajah yang tampan.
Sepersekian detik Joana terpana oleh penampilan pemuda ini, lagi. Kali ini hanya berjarak tidak lebih dari 5 cm.
"K-kamu, k-kenapa kamu tahu kalau ini aku?," tanya Joana gugup, wajahnya dia tundukkan dari presisi Jwan.
Jwan tersenyum gemas, melihat gadis mungil disampingnya ini.
"Aku tidak tahu. Aku juga tidak tahu apakah kita memang tidak sengaja bertemu atau apa," Jwan menjeda kalimatnya.
Itu menyindir Joana, dan kini dia sedang merona sekarang, wajahnya terangkat lagi menatap Jwan. Merasa terpergok mengikuti Jwan dan sekarang dia sedang diinterogasi. Wajahya semakin menunduk setelahnya.
"Yang aku tahu, sejak aku melihatmu saat pertama kali itu, aku merasa diriku jadi ada dua," Joana tersentak lagi. Dia mendongak lagi untuk menatap Jwan. Entahlah, itu karena dia kaget atau memang dia kecanduan oleh ketampanan Jwan.
Lift tiba dilantai satu, dan pintunya terbuka. Jwan jalan keluar terlebih dahulu, lalu berbalik dan melihat Joana yang kini malah mematung menatapnya dari dalam dengan tatapan bingung.
"Lift akan naik lagi, jika kau tak keluar, maka kau akan kembali naik ke lantai 7," ucap Jwan menyadarkan lamunan Joana.
Joana tersadar, dia melangkah keluar. Namun anenhnya, dia malah berdiri dihadapan Jwan dan bukan pergi keluar untuk pulang. Karenanya Jwan tersenyum kecil.
"Aku belum makan, apa kau mau makan sesuatu? Aku yang bayar, ayo!," ajak Jwan sambil melangkah menuju cafetaria Rumah Sakit.
Entah karena dorongan apa, Joana malah mengikuti langkah kaki Jwan. Dia seperti seorang manager, atau mungkin tunangan?, seperti yang dia bualkan tadi pada wanita dibagian administrasi.
Jwan menyiapkan kursi untuk Joana duduk, Joana tertegun melihat hal sepele tersebut. Tapi efeknya membuat hati Joana cenat cenut.
"Duh, kenapa sekarang dadaku terasa geli?," gumam Jwan sambil mendudukkan dirinya setelah menyiapkan kursi untuk Joana.
"Emmm, kau tak mau duduk? Kasian kursinya, dia akan kehilangan harga dirinya ditolak untuk diduduki wanita cantik," celetuk Jwan yang tak memikirkan akibat perkataannya.
Hati Joana semakin menggebu dan wajahnya memerah semerah tomat. Dia tak akan membuka maskernya.
"Eyyy, dadaku geli sekali, ah, permisi," panggil Jwan pada waiters sambil memegangi dadanya.
"Emmm, boleh aku pesan?," tanya Jwan bodoh.
"Eh, tentu boleh mas. Silahkan, ini kan memang untuk dijual," waiters tersebut menjawab dengan sedikit kekehan.
"Ahh, baiklah. Aku ingin ini dan ini, Joana, kau mau makan apa?," tanya Jwan.
Joana masih sedikit terkekeh saat tiba-tiba Jwan bertanya, dia langsung berhenti.

KAMU SEDANG MEMBACA
Youth : Psycho
FanfictionTrilogi dari kisah Smeraldo Universe. 1.Youth : Psycho 2.Smeraldo Flower 3.Moonchild : The Legendary Of Black Swan ~ Banyak orang yang mendapatkan cinta mereka kembali dengan berbagai macam cara. Ada yang mudah, sulit, aneh, biasa, bahkan ada yang t...