Hujan deras membasahi bumi sejak tadi pagi, kabut-kabut tanda udara dingin mulai bermunculan, membuat sebagian orang enggan untuk keluar rumah.
Begitu juga dengan Savira, ia menyeduh teh hangat untuk menemaninya mengerjakan pekerjaan kantor, sembari mencari kembali obat untuk anaknya.
Ditengah-tengah konsentrasinya yang tinggi, ponselnya bergetar beberapa kali, menandakan ada panggilan masuk.
"Halo.."
"Selamat pagi, kami pihak sekolah ingin mengabari bahwa Freen pingsan dan dilarikan ke rumah sakit!"
"A-apa? Ru-rumah sakit mana? Biar saya kesana sekarang"
"Rumah sakit Karya Asih"
"Baik, saya segera kesana. Tolong lakukan yang terbaik untuk anak saya."
Telpon mati dengan Savira yang panik setengah mati, ia segera berganti pakaian lalu mengambil kunci mobilnya.
"Freen!"
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Seorang perempuan tidak bisa duduk dengan tenang, menunggu dokter keluar dari ruangan tempat kekasihnya dirawat. Wajahnya penuh kekhawatiran, dalam hatinya tidak henti-henti untuk mendoakan Freen di dalam sana.
'Kamu harus bertahan Freen'
Tak berapa lama, sebuah drap kaki terdengar mendekat. Perempuan paruh baya yang terlihat sangat cantik, celingak-celinguk mencari ruangan tempat anaknya dirawat.
Rebecca yang sedang duduk, teralihkan fokusnya, ia mengenali wajah itu. Wajah yang sangat mirip dengan wajah Freen.
Perlahan ia menghampirinya, untuk memastikan dugaannya benar atau tidak.
"Maaf, apa ibu, ibunya Freen?"
Savira berbalik, memandang perempuan cantik, blasteran ini lalu mengangguk.
"Benar! Dimana Freen?"
"Freen masih di dalam bu, dokter belum keluar. Perkenalkan aku Rebecca." Ujar Rebecca menjulurkan tangan, bermaksud mencium punggung tangan Savira.
Savira memperhatikan lagi anak perempuan didepannya ini,
"Ohh ini Rebecca ya, gimana kejadian sebelum Freen pingsan?"
Rebecca mengajak Savira untuk duduk terlebih dahulu, ia menghembuskan nafasnya pelan lalu mulai bercerita.
"Tadi pagi saat Freen jemput aku ke rumah, keadaan Freen baik-baik aja. Kami ke sekolah dengan selamat. Lalu mata pelajaran pertama di kelas Freen adalah olahraga, aku melihat Freen bermain basket dengan aktif, tak lama kemudian hujan turun dengan deras. Freen dan beberapa temannya malah bermain hujan, aku liat dia basah kuyup."
"Terus?" Ujar Sania
"Terus, waktu istirahat tiba, aku sama Freen makan bareng, pas itu dia mulai sering bersin-bersin. Tapi, belum demam. Setelah makan Freen nampak lebih baik dari sebelumnya. Teruus dia izin ke kelasnya lagi karena bel udah bunyi. Belum lama dari keluar kelas, Freen pingsan. Badannya tiba-tiba demam. Sampe pihak sekolah akhirnya memutuskan untuk membawa Freen ke rumah sakit"
Rebecca menceritakan semuanya dengan detail dan sedikit rasa canggung. Itu membuatnya tidak bisa bercerita dengan kata-kata yang enak didengar. Savira menyandarkan punggungnya, ia memijat pelipisnya pelan.
"Semoga Freen cuma demam aja ya bu" Lanjut Rebecca mencoba menenangkan Savira yang terlihat sangat khawatir. Perempuan paruh baya itu mengangguk. Ketika hening menyelimuti mereka, suara pintu dari ruangan tempat Feeen dirawat terbuka, menampilkan dokter dengan wajah yang sangat sulit diartikan oleh Rebecca.

KAMU SEDANG MEMBACA
Best Part
FanficDi kehidupan yang sementara ini, begitu banyak hal yang menyebalkan dan tidak berjalan sesuai rencanaku. satu-satunya hal yang bisa menyelamatkanku dari semua yang terjadi di dunia adalah musik. Musik membuatku tenang, membuatku merasa lebih baik...