keluar rumah sakit

478 90 16
                                    

Sudah 3 hari berlalu sejak Rebecca mengunjungi Freen dirumah sakit, ia keluar dengan harapan Freen berada di depan rumahnya, tersenyum lebar seperti biasanya.

Tapi, pandangan matanya sama sekali tidak melihat itu, wajahnya mendadak menjadi sedih. Ia merindukan kekasihnya sekarang.

Tin.... Tin...

Rebecca yang sedang membenarkan tali sepatu mengangkat kepalanya dengan senyum mengembang. Tapi, seketika senyumnya hilang karena menyadari bahwa bukan Freen yang datang menjemputnya.

"Pagi Re! Aku anterin ya!"

Rebecca menghembuskan nafasnya pelan, sejak Freen berada di rumah sakit, Kevin nampak sangat gencar mendekatinya. Belum lagi ia mengganti panggilan menjadi aku-kamu, sangat menunjukan bahwa ia tertarik kepada sahabat kecilnya ini.

"Pagi" Rebecca menjawab dengan seadanya, ia memakai helm pink yang biasa Freen bawa ketika menjemputnya. Kevin sudah terbiasa dengan helm pink milik Rebecca. Ia berpikir bahwa itu adalah helm kesukaannya.

"Udah?" Tanya Kevin ketika Rebecca sudah duduk dengan manis diatas motornya. Tangan Rebecca berpegangan pada besi di belakangnya.

"Sudah!"

Kevin mulai menarik gas dengan pelan, baru saja motornya bergerak, sebuah suara menghentikannya

"Tunggguuuu!"

Rebecca berbalik , mendapati orang yang sangat dirindukannya berada di belakang. Ia memakai jaket, dengan senyum khasnya.

"Freen!"

Tanpa berbasa-basi Rebecca langsung turun dari motor Kevin, lalu berlari ke arah Freen yang masih tersenyum lebar.

"Freeeeeennn!" Rebecca memeluk kekasihnya itu dengan sangat erat, Helm mereka sempat beradu. Tapi, ia tidak peduli, ia masih ingin memeluk Freen dengan erat.

"Aku kangen banget sama kamuu" Ujar Freen memeluk Rebecca tidak kalah kuat. Keduanya terkekeh kecil.

Disisi lain, Kevin mengepal tangannya erat. Ia sangat tidak menyukai jika Freen sudah mengganggu waktunya dengan Rebecca. Karena bagaimanapun , Rebecca akan selalu memilih Freen ketimbang dirinya.

Ia juga melihat Rebecca mulai naik ke motor Freen, lalu memeluk pinggang perempuan itu dengan erat. Di balik helmnya Kevin menatap marah ke arah Freen, sampai motor itu melewatinya dengan begitu saja.

Rasa kesal mulai menguasai diri Kevin, ia memukul setir motornya dengan kuat.

"Sialan! Freeennn!!!!!!"

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Hembusan angin menerbangkan beberapa helai daun, mereka jatuh dengan pelan ke tanah, lalu mengering dan menghilang. Tapi, walau begitu, daun tidak pernah membenci angin.

Taman siang ini cukup ramai dengan anak-anak yang tertawa sambil bermain bola, ditambah cuaca saat ini yang tidak terlalu panas dan tidak juga turun hujan.

Keadaan sekitar mereka tampak sangat bising. Tapi, tidak ada yang bisa merusak dunia yang mereka bangun bersama.

Tangan berkulit putih -khas kulit orang luar- itu mengenggam erat tangan yang sedikit lebih besar darinya.

Kepalanya bersandar sambil tersenyum, pandangannya memperhatikan seluruh anak-anak yang tertawa senang, sambil berlari kesana kemari.

"Aku pengen punya anak, kayanya bakal lucu"

Freen menghembuskan nafasnya pelan, ia mengusap kepala Rebecca.

"Mau berapaa? Satu lusin? Kita akan membuat sebuah club sepakbola" Jawab Freen diiringi dengan pukulan ringan pada pahanya.

Best PartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang