hujan

744 118 17
                                    

Suara rintik dari hujan siang ini terdengar jelas, saat kelas dalam keadaan hening. Embun pada kaca-kaca mulai terlihat, menandakan bahwa udara semakin dingin.

Siswa-siswi diperbolehkan memakai jaketnya masing-masing. Begitu juga Rebecca , memakai hoodie yang Freen berikan padanya pagi tadi.

Bunyi bel pertanda untuk pulang berbunyi, Rebecca melihat ke arah jendela dan hujan sepertinya tidak berniat untuk segera berhenti.

"Kalo masih hujan, kalian jangan pulang dulu ya! Kecuali kalo sudah dijemput oleh keluarganya"

Rebecca mengangguk mendengar saran dari gurunya itu , keadaan kelas kembali menjadi ramai. Suara deritan dari kursi yang terdorong terdengar menggema. Ia membereskan buku dan peralatan tulisnya.

"Rebecca!"

Yang dipanggil menengadahkan kepalanya, alisnya berkerut melihat seorang laki-laki didepannya.

"Iya? Kenapa?"

"Gue, bisa minta nomor lo ga?"

Rebecca terdiam sejenak, baru laki-laki ini yang meminta nomor ponselnya. Ia menimbang-nimbang apakah akan memberi nomornya atau tidak.

"Gue...."

"Ada apa ya?"

Tiba-tiba suara dari seseorang yang sangat familiar untuk Rebecca terdengar.

"Lo mau ngapain?" Tanyanya sekali lagi.

"Ini, gue mau minta nomor Rebecc-"

"Ga boleh, ga ada yang nyuruh dia buat ngasih ke lo. Mending pergi deh" Usir Freen dengan wajah marah.

Laki-laki itu memandang aneh ke arah Freen. Tapi, akhirnya pergi juga tanpa mengatakan apa-apa.

Setelah laki-laki itu pergi, Freen melihat ke arah Rebecca lalu tersenyum manis.

"Masih hujan diluar, enaknya kita ngapain ya?"

Rebecca menggelengkan kepalanya, ia memilih memandang hujan sekarang.

"Kamu suka hujan?"

Ia mengangguk.

"Kamu tau, aroma tanah yang tercium saat hujan pertama kalinya turun?"

Freen mengangguk, ia terduduk disamping Rebecca sambil siap untuk mendengar apapun yang akan Rebecca ceritakan.

"Aku suka aroma itu"

"Terus, terus. Kalo hujannya? Sesuka itu?"

"Aku gatau secinta apa aku sama hujan, dan ketika hujan turun kena tanah, aku kaya lagi di peluk setelah nahan rindu yang lamaaaa banget."

"Rindu sama siapa?" Tanya Freen lagi, pikirannya menebak-nebak siapa orang beruntung yang dirindukan oleh Rebecca.

"Nenek"

"Neneknya ...."

"Iya, beliau sudah tenang diatas sana"

"Maaf" Sesal Freen, ia takut membuat Rebecca sedih karena mengingat mendiang neneknya

"Dulu aku pernah sampai ga sadar netesin air mata saat hujan pertama turun setelah musim kemarau panjang. Tapi aku dulu mengartikan itu sebagai perwujudan rasa rinduku yg seakan terbalaskan kepada seseorang yang tak lagi bisa aku lihat. Makanya, memandang hujan seperti sekarang membuatku merasa sangat tenang."

Freen menatap rintik-rintik hujan didepan sana, kemudian beralih pada wajah cantik Rebecca.

Hening menyelimuti mereka, Freen sedang berpikir bagaimana caranya agar Rebecca bisa kembali tersenyum.

Best PartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang