cemburu

887 114 21
                                    

Diteriknya matahari yang mulai membakar kulit, orang-orang kini berfokus pada dua orang yang sepertinya sedang bertengkar.

Mereka menatapnya dengan heran. Tapi, tidak pernah mau ngusiknya secara langsung.

"Liat, itu kenapa deh" Mereka tertawa pelan melihat perempuan itu berlari sambil berteriak tanpa henti.

"Becca! Becca! Becca!"

Perempuan yang kini menjadi pusat perhatian orang-orang bernama Freen Sarocha. Ia berlari kecil mengikuti Rebecca yang berjalan sangat cepat.

"Tunggu!"

Akhirnya Rebecca menghentikan jalan cepatnya lalu berbalik ke belakang, melihat Freen yang menopang tubuhnya dengan kedua tangan berada dilutut. Nafasnya terengah-engah dengan wajah yang sedikit pucat.

"Apa si? Teriak-teriak. Liat tuh kamu diliatin sama satu sekolahan!"

Freen berdiri tegak, ia menatap kesekelilingnya yang tersenyum sembari menahan tawa. Pandangan mereka mengarah padanya. Tapi, Freen tidak peduli. Yang ia pedulikan sekarang adalah maaf dari Rebecca.

"Lagian kamu, aku suruh tunggu malah pergi gitu aja"

Rebecca melipat tangannya didepan dada, ia kesal, ia cemburu, kenapa Freen lebih mementingkan mantannya daripada makan siang bersamanya.

"Rebecca, dengerin dulu penjelasan aku yaa.. Aku sama dia-"

Teeeet....teeeeeet.. Teeetttt

Bunyi bel menggema ke seluruh penjuru sekolah, Rebecca menunjuk ke atas lalu melangkah pergi dari hadapan Freen.

Freen mengacak rambutnya pelan, ia menggerutu menyalahkan bel yang berbunyi saat dirinya akan menjelaskan siapa Ciize.

"Kenapa harus bel dulu sih? Kalo Rebecca ngambek dan gamau pulang bareng gimana?"

"Aaarrrrrghhhh"

Freen berjalan ke gedung sebelah cepat dengan terus mengomel pelan.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Waktu terasa lambat sekarang, Freen terus memperhatikan jam didepannya dengan perasaan gelisah. Pikirannya melayang terhadap Rebecca. Ia juga memikirkan bagaimana cara membujuknya.

"Perasaan lama banget deh, biasanya udah pulang aja"

Tak berapa lama setelah Freen mengomel pelan dengan tangan yang terus menulis materi didepan sana, akhirnya bel tanda pulang pun berbunyi nyaring.

"Akhirnya!"

Freen segera membereskan alat tulisnya, memasukannya asal lalu keluar kelas , setelah gurunya.

"Freen!"

Ia memberhentikan langkahnya lalu berbalik ke belakang, dilihatnya seorang perempuan yang ternyata Irin -sahabat dari Ciize-

"Kenapa?"

"Lo, mau ke rumah sakit habis ini? Jagain Ciize" Tanya Irin to the point. Perempuan di hadapannya ini membenarkan tasnya , sambil menanti jawaban Freen.

"Gatau, gue ada urusan. Tapi, kalo udah selesai, gue pasti ke rumah sakit. Lo juga bakal kesana kan?"

Irin mengangguk, setelahnya Freen melenggang pergi tanpa mengatakan apa-apa lagi.

Dirinya berjalan cepat, menuju gedung sebelah. Terik matahari tidak menghentikkannya, yang ada dipikirannya hanya Rebecca.

"Jangan dulu pulang, please. Tungguin aku dulu"

Hingga akhirnya Freen sampai di depan ruang kelas tempat Rebecca berada. Pintu kelas tersebut masih tertutup rapat dan terdengar guru didalam sana sedang berpamitan.

Best PartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang