"Ko diem bu? Freen sakit apa?"
Pertanyaan yang mampu membuat Sania dan Savira terdiam cukup lama, Freen memandang ke arah keduanya lalu ke arah kekasihnya.
"Aku ga sakit apa-apa. Itu cuma obat yang dari dokter. Sama vitamin juga. Sekarang kan cuaca lagi ga nentu" Jawab Freen sambil menyeka bibirnya.
Rebecca mengerutkan alisnya secara bersamaan.
"Jadi itu cuma vitamin?"
Freen mengangguk dengan pasti lalu memandang ibunya.
"Iya kan, bu?"
Savira mengangguk,
"Iya Rebecca, Freen kan kemarin sempet demam, kata dokter karena kecapean, jadi ibu beliin Freen vitamin."
"Kamu juga nanti beli vitamin yaa.. Biar ga gampang sakit" Lanjutnya mengusap kepala Rebecca pelan.
Diam-diam Rebecca memandang aneh ke arah ibunya, beliau nampak selalu memalingkan wajahnya begitu Rebecca melihat ke arahnya.
'Apa mereka menyembunyikan sesuatu? Kenapa semuanya nampak janggal? Aku sakit dan aku tau pasti itu bukan hanya sekedar vitamin. Atauuuu... Aku terlalu berlebihan?'
"Becca!"
"Becca!!"
"Hei"
Freen menggoyangkan bahu Rebecca pelan,
"Kamu kenapa?"
Rebecca mengerjapkan matanya beberapa kali sambil memandang ke arah Freen.
"Kamu kenapa? Ada yang sakit?" Tanya Freen khawatir.
Rebecca menggeleng, ia tersenyum sambil mengenggam tangan Freen erat.
"Engga, aku ga sakit. Nanti kita beli vitamin yaa"
Freen mengangguk, dipeluknya sang kekasih didepan kedua orangtuanya.
"Ehem.. Ehemm.."
Keduanya saling pandang sambil tersenyum malu, mereka tidak sadar bahwa kedua ibunya, memperhatikan setiap tindakan yang mereka lakukan.
"Yaudah, ibu sama tante Savira mau keluar dulu yaa.. Kalian dirumah aja, sekalian jaga rumah."
"Kalo mau keluar juga boleh, kemana aja yang kalian mau" Lanjut Savira dengan senyuman lebar.
Freen dan Rebecca mengangguk cepat. Keduanya sudah merencanakan akan pergi ke suatu tempat setelah mendapatkan izin.
"Eh tapi. Kalian dirumah aja, istirahat. Inget Rebecca. Kamu ga boleh kecapean" Sania melihat ke arah Rebecca yang sudah memajukan bibirnya. Freen terkekeh kecil melihat ekspresi dari kekasihnya.
"Yaudah, kita nonton aja dirumah. Nonton netflix, mau?"
Rebecca mengangguk cepat, mereka meninggalkan Sania dan Savira yang tersenyum gemas melihat keduanya. Setelah mereka tidak lagi terlihat, Sania memandang Savira lama.
"Kenapa ga bilang yang sebenernya aja? Itu penyakit yang ga main-main loh."
Savira duduk sambil memandang awan yang semakin menghitam diluar sana.
"Ga mudah, Freen sudah mengidapnya sedari kecil, karena kakeknya dulu mengidap juga."
"Faktor keturunan?"
Savira mengangguk.
"Iya, makanya aku sudah memberinya obat sedari kecil. Obat herbal yang digunakan orangtuaku. Beruntung aku tidak mengidap penyakit itu."
Sania mengusap pundak Savira pelan.
"Freen juga berhak tau kondisi tubuhnya sendiri. Aku yakin dia juga pasti menyadari ada yang salah sama tubuhnya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Best Part
FanfictionDi kehidupan yang sementara ini, begitu banyak hal yang menyebalkan dan tidak berjalan sesuai rencanaku. satu-satunya hal yang bisa menyelamatkanku dari semua yang terjadi di dunia adalah musik. Musik membuatku tenang, membuatku merasa lebih baik...