kamu

527 93 24
                                    

"Tunggu"

Rebecca berbalik dengan wajah bingungnya.

"Gue suka sama lo"
.
.
.

Sudah beberapa hari berlalu sejak Freen mengatakan perasaannya pada Rebecca. Acara festival sudah selesai dua hari yang lalu dan kegiatan belajar-mengajar kembali normal. Freen ingat, bahwa Rebecca mengatakan akan bersekolah disini. Tapi, sampai detik ini ia sama sekali tidak melihatnya.

Bel berbunyi beberapa kali, menunjukan bahwa pembelajaran hari ini sudah selesai. Saat yang lain sibuk memasukan alat tulisnya, Freen malah memandang ke arah langit cerah didepan sana. Berharap bahwa ia bisa memutar waktu kembali.

"Andai aja, aku tau bakal kaya gini. Aku ga akan pernah bilang perasaanku sama dia. Udah 3 hari berlalu dan dia ga ada kabar sama sekali."

Freen menidurkan kepalanya di meja sambil memejamkan matanya.

"Ke rumahnya pun, aku ga berani. Takut kalo diusir. Lagi pula..."

"Lo? Lo suka sama gue? Lo gila apa gimana?"

Melihat respon Rebecca yang seperti itu membuat Freen menjadi serba salah,

"Kita baru aja ketemu hari ini, baru beberapa jam yang lalu! Dan lo udah bilang suka sama gue? Mending lo pulang."

"Ahhhhhhh, dasar bego, bego. Kenapa harus langsung bilang si, kan ada masanya PDKT, masanya saling mengenal. Malah main nembak aja. Dasar Freen"

Freen mengacak rambutnya, sekarang ia benar-benar menyesali perbuatannya kemarin. Andai saja ia lebih matang memikirkan semuanya, mungkin sekarang Rebecca sudah dekat dengannya.

"Aku harus apa ya? Ke rumahnya? Iya, aku harus ke rumahnya"

Tekad Freen sudah bulat sekarang, ia membereskan semua peralatan tulisnya, lalu berjalan keluar kelas dengan tergesa. Tidak lupa ia juga membawa sapu tangan putihnya.

"Aku harus nemuin Rebecca-, eh? Rebecca?"

"Hallo Freen"

Wajah Freen mendadak sumbringah, melihat perempuan yang sedang dipikirkannya, berada didepan dirinya.

"Lo- lo udah masuk sini ternyata?"

"Engga, gue baru aja ngurus pindahan sekolah hari ini. Kebetulan gue nyasar deh kayanya, gue pengen ke kamar mandi."

Freen menahan kekehannya, ia menatap wajah Rebecca lama, lalu mulai berdiri disamping Rebecca.

"Gue bisa anter lo ke kamar mandi"

Rebecca mengangguk kecil, seolah lupa kejadian kemarin, mereka tidak lagi membicarakan itu.

"Gue pikir, lo ga jadi masuk sini. Soalnya yaa, sekolah bagus di Bandung banyak."

"Engga, gue udah yakin bakal sekolah disini. Lagian udah ngurus semuanya. Kayanya besok mulai masuk kaya biasa"

Mata Freen seketika berbinar, ia menatap Rebecca dengan gummy smile yang menggemaskan.

"Bener? Lo mau sekolah disini?"

Rebecca mengangguk sambil tersenyum kecil. Mendengar itu Freen melompat-lompat girang dengan senyum yang mampu membuat Rebecca terpanah.

'Freen kaya anak kecil yang girang dibeliin mainan'
.
.
.

Angin berhembus cukup kencang siang ini, Freen membenarkan rambut panjangnya sambil bersenandung kecil. Sekarang dirinya sedang menunggu Rebecca didepan toilet.

"Kaya mimpi jadi kenyataan hehehe." Kembali Freen bersenandung, ia menyalakan keran wastafel, lalu mencuci tangannya.

"Kira-kira Rebecca masuk kelas mana ya? Lebih bagus kalo sekelas sih. Tapi, beda kelaspun ga masalah. Kan ku kejar-"

Best PartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang