.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Winta duduk dengan punggung kaku di kursi, kedua tangannya saling meremas, berusaha menenangkan diri meskipun wajahnya tak mampu menyembunyikan kekhawatiran yang menghantuinya sejak pagi.
Giselle yang sudah mendampingi mereka sejak awal, mendekat dan duduk di sampingnya, memberikan senyum untuk menenangkan. "Nggak usah tegang begitu, ini tahap yang wajar dan aman, kok. Karina dalam tangan yang tepat sekarang."
Winta hanya mengangguk, mencoba menyerap ketenangan yang diberikan oleh Giselle. Matanya kemudian beralih ke arah Karina yang baru dipanggil ke ruang prosedur. Karina tersenyum padanya, berusaha menenangkan, meskipun di dalam hatinya juga ada rasa gugup yang tak terelakkan.
Sebelumnya, seminggu yang lalu, Winta dan Karina telah melalui proses pemilihan donor sperma, sesuatu yang membawa percakapan mereka ke tingkat yang lebih dalam dan serius.
Bagi Winta dan Karina, ini bukanlah keputusan yang mudah, namun mereka tahu bahwa ini penting untuk menentukan genetik calon anak mereka. Dengan hati-hati, mereka meninjau beberapa kandidat, berbagi pikiran, dan mempertimbangkan banyak hal yang mungkin tak pernah mereka bayangkan sebelumnya.
Karina dengan senyum tipis penuh mata yang berbinar, mengutarakan pilihannya pada seorang donor yang memiliki kesamaan fisik dengan Winta, berharap agar bayi mereka kelak memiliki sedikit kemiripan dengan perempuan itu. Winta, yang awalnya canggung dengan situasi, akhirnya mengangguk setuju setelah mendengar alasan Karina. Dan setelah keputusan itu diambil, hari ini Karina akan menjalankan tahap tranfer embrio.
Begitu Karina memasuki ruang prosedur, seorang dokter spesialis dengan perawat yang membantu menyambutnya. Karina dipersilakan berbaring di atas tempat tidur yang sudah dipersiapkan, mengganti pakaiannya dengan gaun khusus rumah sakit. Terdengar bunyi monitor yang mencatat tanda-tanda vitalnya. Sementara itu, di balik kaca ruang observasi, Winta menatap tanpa berkedip, perasaannya berbaur antara harap dan cemas.
Di dalam ruang tindakan, dokter spesialis mulai bekerja dengan sangat hati-hati. Dengan menggunakan kateter yang sangat halus, dokter memandu embrio menuju rahim Karina. Giselle yang berada di samping Winta memberikan penjelasan singkat, membantu Winta memahami langkah-langkahnya tanpa membuatnya semakin cemas.
Beberapa menit kemudian, prosedur selesai dengan lancar, dan sang dokter memberi isyarat pada Winta bahwa semuanya berjalan sesuai rencana. Winta menarik napas lega. Karina kemudian dipindahkan ke ruang istirahat untuk menjalani pemulihan singkat, dan begitu diperbolehkan, Winta segera menghampirinya.
Winta menggenggam tangan Karina, tersenyum kecil saat Karina membuka mata. "Pasti sakit, ya itu," bisiknya.
Karina menggeleng pelan sambil tersenyum tipis. "Nggak kok," jawabnya dengan lembut, suara yang tenang berusaha meredam kecemasan Winta. Meskipun ada rasa perih yang mengganggu, Karina memilih untuk tidak menunjukkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us | Winrina ✔️
FanfictionWinta Arindra dan Karina Maheswari dijodohkan oleh keluarga mereka yang kaya dan berpengaruh. Bagi Winta, pernikahan ini hanyalah sebuah kewajiban demi menjaga keharmonisan keluarga, karena hatinya telah lama terikat pada Putri Asya Salsabila-----ke...