037

1.1K 125 35
                                    

Jangan lupa vote, ya...

Jangan lupa vote, ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Mobil melaju dengan tenang di jalan, Winta yang duduk di kursi kemudi sesekali melirik ke arah Karina yang duduk diam di sebelahnya, pandangannya tetap tertuju keluar jendela dan ekspresinya tetap datar. Sesekali, jemarinya terlihat memainkan ujung baju yang ia kenakan.

Winta merasa ada sesuatu yang tidak beres. Sejak mereka masuk ke dalam mobil, Karina hanya memberikan jawaban singkat atau sekadar anggukan yang seolah setengah hati, "Kamu mau aku temenin sampai selesai nggak?" tanyanya dengan nada yang lembut.

Namun, tanpa menoleh, Karina menjawab pendek, "Terserah."

Jawaban itu membuat Winta sedikit bingung. Ia menghela napas pelan, tetap berusaha memahami, ia terus mengingat-ingat, apakah ada sesuatu yang mungkin membuat Karina kesal atau tidak nyaman. Mungkin, pikirnya, ini hanya efek dari prosedur transfer embrio yang dijalani Karina beberapa waktu lalu. Winta memaklumi, pastilah itu adalah pengalaman yang tidak mudah dan bisa memengaruhi suasana hati Karina.

Di sisi lain, Karina sendiri sedang bergumul dengan perasaannya. Pikiran tentang percakapan pagi tadi masih melekat di benaknya. Entah mengapa. Padahal, Karina sendiri yang memancing Winta untuk membicarakan masa lalunya dengan Asya, tapi sekarang ia malah merasakan emosi yang sulit dijelaskan. Sebenarnya ia menginginkan perhatian Winta, tapi kenyataan bahwa Winta tak menyadari rasa cemburunya semakin membuatnya kesal.

Winta kembali mencoba memulai pembicaraan, kali ini dengan topik yang lebih ringan, berharap bisa mengembalikan suasana yang akrab di antara mereka. Tapi, setiap usaha yang dilakukannya hanya berbalas dengan anggukan atau desahan dari Karina. Ia mulai merasa sedikit putus asa, tetapi tetap mengemudi dengan tenang, memastikan perjalanan mereka menuju butik tetap lancar.

Karina melirik ke arah Winta sekilas, memperhatikan ekspresi tenang yang terpancar dari wajahnya. Alih-alih mereda, perasaan kesal itu justru semakin membuncah dalam hatinya. Seolah-olah Winta benar-benar tidak peduli pada perasaan yang sedang ia rasakan saat ini.

Mereka mendekati lampu lalu lintas dan berhenti sejenak ketika lampu berubah merah. Winta melirik ke samping, ingin mencoba sekali lagi membangun percakapan, tetapi begitu melihat ekspresi Karina yang tetap dingin, ia hanya menarik napas panjang. Tatapan matanya kembali tertuju ke jalan, dan dalam hati ia bertanya-tanya, apakah ada sesuatu yang ia lewatkan atau apakah ia harus lebih peka terhadap perasaan Karina. Ketika akhirnya lampu berubah hijau, Winta kembali melajukan mobilnya

Mobil mereka akhirnya sampai di depan butik. Karina membuka pintu mobil tanpa banyak kata, melangkah keluar. Winta segera mengikutinya dari belakang, menutup pintu mobil dengan hati-hati dan berjalan mendekat ke samping Karina.

"Kalau kamu mau, aku bisa nunggu di sini sampai kamu selesai," tawar Winta.

Karina hanya menanggapi dengan anggukan kecil dan berbalik menuju pintu butik, meninggalkan Winta sejenak yang berdiri agak canggung di dekat pintu masuk. Melihat Karina yang tampak tidak ingin berbicara lebih lanjut, Winta hanya bisa menghela napas pelan, berbalik masuk kembali kedalam mobil.

Between Us | Winrina ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang