.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Karina duduk dengan punggung tegak di kursi tunggu koridor, menatap ke arah pintu dengan sorot mata yang tenang. Winta duduk disebelahnya, tampak sedikit gelisah, menatap Karina sambil sesekali mencuri pandang ke arah Giselle yang tengah berbicara dengan seorang dokter lain—dokter yang akan menangani pemeriksaan Karina secara lebih mendalam.
Winta memiringkan badan sedikit, "Kamu nggak takut?"
Karina menoleh, tersenyum kecil. "Aku nggak apa-apa." Suaranya terdengar ringan, seolah ingin menenangkan sekaligus meyakinkan.
Giselle kembali mendekat, mengarahkan pandangannya pada keduanya, "Santai aja, ya, Karina. Ini baru pemeriksaan awal, kok. Nanti ada beberapa tes lain untuk mempersiapkan prosedur."
Karina tersenyum, mengangguk tanda mengerti. Ia mencoba menenangkan Winta lagi dengan menepuk lembut tangan Winta yang kini sudah tergeletak di pahanya.
Setelah beberapa saat, dokter yang akan menangani Karina pun memanggil namanya. Karina bangkit dengan tenang, menatap sekilas ke arah Winta sebelum melangkah ke ruang pemeriksaan. Winta dan Giselle ikut mengikutinya dari belakang.
Winta berdiri di samping pintu, memandangi Karina yang terbaring di ranjang pemeriksaan, di sisinya, Giselle berdiri agak menyamping, sesekali melihat ke arah monitor yang menampilkan data pemeriksaan.
Kemudian, dokter mulai menjelaskan beberapa prosedur yang telah mereka jalani hari itu, menyinggung persiapan yang perlu dilakukan sebelum memulai program yang sesungguhnya. Karina mendengarkan dengan saksama, sementara Winta tidak melepaskan perhatiannya sedikit pun.
Ketika sesi pemeriksaan hampir selesai, dokter berpamitan untuk memeriksa hasil lanjutan dari laboratorium.
Winta segera mendekati Karina, kali ini duduk disamping ranjang, "Bilang ke aku kalau kamu nggak nyaman." katanya pelan.
Karina menatap Winta dengan senyum tipis, "Iya."
Giselle yang sedari tadi menemani mereka, memeriksa jam tangannya. "Bentar, ya. Gue mau cek istri gue dulu, kalau kalian perlu apa-apa, bisa langsung telpon gue aja," ucapnya sambil menatap Winta.
Winta mengangguk, "Iya, makasih, Giselle."
Giselle tersenyum kecil, lalu pergi meninggalkan mereka. Karina melihat kepergian Giselle sejenak, kemudian beralih pada Winta yang masih gelisah, "Kamu jangan khawatir terus begitu, ih," katanya dengan suara lirih. "Aku beneran nggak apa-apa."
Winta membalas dengan senyum, lalu menarik napas panjang, mencoba meredakan ketegangan dalam hatinya. Dia tahu Karina niat dengan ini, tapi tetap saja, pikiran mengenai prosedur dan kemungkinan-kemungkinan yang mungkin muncul membuat Winta sedikit gundah.
Tak lama kemudian, Dokter kembali masuk ke dalam ruangan, membawa hasil pemeriksaan terbaru yang menunjukkan tanda-tanda kesiapan tubuh Karina untuk prosedur lebih lanjut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us | Winrina ✔️
Hayran KurguWinta Arindra dan Karina Maheswari dijodohkan oleh keluarga mereka yang kaya dan berpengaruh. Bagi Winta, pernikahan ini hanyalah sebuah kewajiban demi menjaga keharmonisan keluarga, karena hatinya telah lama terikat pada Putri Asya Salsabila-----ke...